Bom Bunuh Diri Libatkan Anak-Anak, Seskab: Ini Pelajaran, Terorisme Bisa Datang Dari Siapa Saja

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 15 Mei 2018
Kategori: Berita
Dibaca: 14.483 Kali
Seskab Pramono Anung menyampaikan penjelasan terkait aksi terorisme di Surabaya, di ruang kerjanya, Jakarta, Selasa (15/5) pagi. (Foto: Rahmat/Humas)

Seskab Pramono Anung menyampaikan penjelasan terkait aksi terorisme di Surabaya, di ruang kerjanya, Jakarta, Selasa (15/5) pagi. (Foto: Humas/Rahmat)

Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung mengatakan, aksi bom bunuh diri di sejumlah tempat di Surabaya, Minggu (13/5) dan Senin (14/5), yang melibatkan  keluarga (ayah, ibu, dan anak) menjadi pelajaran berharga bagi semua orang, bahwa terorisme bisa datang dari siapa saja.

“Ini menjadi pelajaran bagi kita semua bahwa terorisme itu bisa datang dari siapa saja. Bukan lagi orang miskin, tidak berpendidikan, tapi juga orang kelas menengah, orang kaya, berpendidikan,” kata Seskab di ruang kerja, Gedung III Kemensetneg, Jakarta, Selasa (15/5) pagi.

Kalau dulu tidak ada anak maupun wanita yang menjadi terorisme, lanjut Seskab, tetapi akibat brainwash (cuci otak) ataupun kesalahan mereka menangkap paham-paham yang salah, sehingga mereka kemudian menjadi keluarga teroris.

Seskab Pramono Anung menunjuk aksi para teroris yang terjadi di Surabaya, yang dilakukan oleh 2 (dua) keluarga, yang latar belakang keluarganya sebenarnya cukup mapan dan juga dari keluarga yang harmonis.

“Maka sekali lagi, ancaman terorisme bisa datang dari mana saja, dan  ini harus menjadi kewaspadaan kita,” ujar Seskab.

Sebelumnya Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Tito Karnavian dalam keterangan pers di Surabaya, Senin (14/5) menyampaikan, bahwa dalam serangan bom bunuh diri yang terjadi di 3 (tiga) gereja di Surabaya, Rusunawa Sidoarjo, dan Kantor Polres Surabaya, pelaku melibatkan istri dan anak-anaknya.

Untuk 3 (tiga) gereja di Surabaya, pelaku berasal dari 1 (satu) keluarga, yaitu Dita Supriyanto (ayah) di Gereja Pantekosta Surabaya, Puji Kuswati (ibu) dengan FS dan FR (anak) di GKI Diponegoro, dan Yusuf Fadil dan FH (anak) di Gereja Santa Maria Tak Bercela.

Sedang bom di Rusunawa Sidoarjo melibatkan Anton Ferdiantono (ayah), Puspita Sari (Ibu), dan HAR, AR, FP, dan GHA (anak).

Bom di kantor Polres Surabaya melibatkan Tri Murtiono (ayah), Tri Ermawati (ibu), AAP, MDS, dan MDAM (anak).

Terkait pelibatan anak-anak dalam kasus terorisme itu, Seskab Pramono Anung mengatakan, sudah waktunya pemerintah melakukan program deradikalisasi sejak usia dini.

“Sejak SD (Sekolah Dasar), karena paham ini ternyata juga masuk dari anak-anak tingkat SD,” ujar Seskab seraya menambahkan, bahwa program deradikalisasi itu menjadi tugas pemerintah. (DNA/ES)

Berita Terbaru