BPS: Dalam 6 Bulan, Jumlah Penduduk Miskin Berkurang 500 Ribu Orang

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 18 Juli 2016
Kategori: Berita
Dibaca: 28.305 Kali
Kepala BPS Suryamin (tengah) saat konferensi persi di kantornya, Senin (18/7)

Kepala BPS Suryamin (tengah) saat konferensi persi di kantornya, Senin (18/7)

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, pada Maret 2016, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 28,01 juta orang (10,86 persen). Jumlah ini merupakan pengurangan sekitar 500 ribu orang dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada  kondisi September 2015 atau 6 (enam) bulan sebelumnya yang sebesar 28,51 juta orang (11,13 persen).

Kepala BPS Suryamnin menjelaskan, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2015 sebesar 8,22 persen, turun menjadi 7,79 persen pada Maret 2016. Sementara persentase penduduk miskin di daerah perdesaan naik dari 14,09 persen pada September 2015 menjadi 14,11 persen pada Maret 2016.

“Selama periode September 2015–Maret 2016, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun sebanyak 0,28 juta orang (dari 10,62 juta orang pada September 2015 menjadi 10,34 juta orang pada Maret 2016), sementara di daerah perdesaan turun sebanyak 0,22 juta orang (dari 17,89 juta orang pada September 2015 menjadi 17,67 juta orang pada Maret 2016),” jelas Kepala BPS Suryamin kepada wartawan, di kantornya Jakarta, Senin (18/7) pagi.

Menurut Suryamin, peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan).

“Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada Maret 2016 tercatat sebesar 73,50 persen, kondisi ini tidak jauh berbeda dengan kondisi September 2015 yaitu sebesar 73,07 persen,” kata Suryamin.

Ia menyebutkan, jenis komoditi makanan yang berpengaruh terbesar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan maupun di perdesaan, di antaranya adalah beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, gula pasir, mie instan, bawang merah dan roti. Sedangkan untuk komoditi bukan makanan yang terbesar pengaruhnya adalah biaya perumahan, listrik, bensin, pendidikan, dan perlengkapan mandi. (Humas BPS/ES)

Berita Terbaru