BPS: Neraca Perdagangan Oktober 2019 Surplus 161,3 Juta Dollar

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 15 November 2019
Kategori: Berita
Dibaca: 891 Kali

Kepala BPS Suhariyanto menyampaikan keterangan pers di Kantor BPS, Jakarta, Jumat (15/11) pagi. (Foto: ANTARA)

Badan Pusat Statistik (BPS) menginformasikan, nilai ekspor Indonesia Oktober 2019 mencapai 14,93 miliar dollar AS atau meningkat 5,92 persen dibanding ekspor September 2019. Sementara nilai impor Oktober 2019 mencapai  14,77 miliar dollar AS atau naik 3,57 persen dibanding September 2019.

“Dengan demikian, pada bulan Oktober 2019, terjadi surplus perdagangan sebesar 161,3 juta dollar AS,” kata Kepala BPS Suhariyanto dalam keterangan pers di Kantor BPS, Jakarta, Jumat (15/11) pagi.

Menurut Kepala BPS, kondisi surplus ini akan membantu mengatasi permasalahan defisit neraca perdagangan ke depannya.

Ekspor Non Migas

Lebih lanjut Kepala BPS Suhariyanto mengemukakan, ekspor Indonesia pada Oktober 2019 meningkat 5,92 persen dibanding September 2019, yaitu dari 14.099,5 juta dollar AS menjadi 14.933,8 juta dollar AS. Sedangkan dibanding Oktober 2018, ekspor menurun 6,13 persen.

“Peningkatan ekspor Oktober 2019 dibanding September 2019  disebabkan oleh meningkatnya ekspor nonmigas 5,56 persen, yaitu dari 13.269,5 juta  dollar AS menjadi 14.007,7 juta dollar AS. Demikian juga ekspor migas naik 11,58 persen dari 830,0 juta dollar AS menjadi 926,1 juta dollar AS,” jelas Suhariyanto.

Dari sisi volume, menurut Kepala BPS, ekspor Indonesia Oktober 2019 meningkat 12,47 persen dibanding September 2019 yang disebabkan peningkatan volume ekspor nonmigas 12,42 persen dan migas naik 13,78 persen.

Dibandingkan dengan Oktober 2018, Kepala BPS Suhariyanto mengemukakan, volume total ekspor meningkat 8,45 persen, dengan nonmigas naik   10,31 persen, sedangkan migas turun 25,05 persen.

Ia menyebutkan, peningkatan terbesar ekspor nonmigas  Oktober 2019 terhadap September 2019 terjadi pada bahan bakar mineral 144,6 juta dollar AS (8,24 persen), sedangkan penurunan terbesar terjadi pada kapal, perahu, dan struktur terapung 74,1   juta dollar AS (86,68 persen).

Peningkatan ekspor nonmigas Oktober 2019 jika dibandingkan dengan September 2019, menurut Kepala BPS, terjadi ke sebagian besar negara tujuan utama, yaitu Tiongkok 359,7 juta dollar AS (14,94 persen); Jepang 102,4 juta dollar AS (8,99 persen); Thailand 79,8 juta dollar AS (18,06persen); Malaysia 77,8 juta dollar AS (13,01 persen); India 76,5 juta dollar AS (8,23   persen); Australia 54,2 juta dollar AS (35,16 persen); Amerika Serikat  48,0 juta dollar AS (3,24 persen); Italia 42,4 juta dollar AS (31,50 persen); Jerman 24,6 juta dollar AS (12,84 persen); serta Belanda 24,4 juta dollar AS (11,06 persen).

Impor

Sementara terkait impor, Kepala BPS Suhariyanto menyampaikan, nilai impor Indonesia Oktober 2019 mencapai 14.772,5 juta dollar AS atau naik 509,1 juta dollar AS (3,57 persen) dibanding September 2019. Hal ini karena naiknya nilai impor migas 163,4 juta dollar AS (10,26 persen) dan nonmigas sebesas 345,7 juta dollar AS (2,73 persen).

Kenaikan impor migas dipicu oleh naiknya nilai impor hasil minyak dan gas masing-masing sebesar 132,2 juta dollar AS (12,60 persen) dan 34,0 juta dollar AS (18,78 persen). Sebaliknya impor minyak mentah mengalami penurunan 2,8 juta dollar AS (0,77  persen).

Nilai impor kumulatif Januari–Oktober 2019, menurut Kepala BPS, adalah 140.893,5 juta dollar AS atau turun 9,94 persen (15.551,0 juta dollar AS) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

“Penurunan terjadi pada impor migas dan nonmigas masing-masing 7.359,1 juta dollar AS (29,46 persen) dan 8.191,9 juta (6,23 persen),” jelas Suhariyanto.

Ia menyebutkan, peningkatan impor nonmigas terbesar Oktober 2019 dibanding September 2019 adalah golongan mesin/peralatan listrik sebesar 122,8 juta (7,26 persen), sedangkan penurunan terbesar adalah  golongan mesin/pesawat mekanik sebesar 109,9 juta dollar AS (4,65 persen).

Adapun tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari–Oktober 2019, menurut Kepala BPS Suhariyanto, ditempati oleh Tiongkok dengan nilai 36,32 miliar (29,46 persen), Jepang 13,28 miliar (10,77 persen), dan Thailand 7,92 miliar (6,42 persen). (Humas BPS/ES)     

Berita Terbaru