Buka Kongres Umat Islam Indonesia, Wapres: Bukan Saatnya Kita Belajar Agama di Negara Lain

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 9 Februari 2015
Kategori: Berita
Dibaca: 46.284 Kali
Wakil Presiden Jusuf Kalla membuka Kongres Umat Islam Indonesia, di Yogyakarta, Senin (9/2)

Wakil Presiden Jusuf Kalla membuka Kongres Umat Islam Indonesia, di Yogyakarta, Senin (9/2)

Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla mengatakan, selain memiliki penduduk yang jumlah pemeluk Islamnya terbesar di dunia, kita patut berbangga bahwa hanya Indonesia di antara negara-negara Islam yang besar, yang dapat menjaga kebersamaan dan kedamaian yang lebih baik dibanding banyak negara di dunia.

Oleh karena itu, lanjut Wapres, umat Islam di Indonesia haruslah menjadi pelopor pemikiran-pemikiran kebersamaan keagamaan yang baik.

“Indonesia harus menjadi pelopor pemikiran-pemikiran kebersamaan yang lebih baik. Harus menjadi referensi di dunia ini, Islam yang moderat, Islam menjadi referensi dunia,” kata Wapres, saat memberikan sambutan dalam pembukaan Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VI di Pagelaran
Keraton Yogyakarta, Senin (9/2).

Wapres mengatakan, Islam telah menjadi garda depan bagi pembangunan peradaban di Indonesia. Di Indonesia pula, Islam mampu tumbuh moderat hingga saat ini.

Dalam pemikiran Wapres, bukan lagi saatnya kita belajar agama di negara lain, tapi orang lain harus belajar mempraktekkan agama dengan baik seperti yang terjadi di negeri ini. Bahkan kita juga harus memperbesar kehidupan beragama yang memberikan manfaat, bukan kedamaian kita saja, tapi juga kedamaian dunia.

“Peran Indonesia harus lebih besar daripada peran sebelum-sebelumnya. Pemerintah bertekad untuk itu,” ucap Wapres.

Islam Indonesia, menurut Wapres berbeda dengan Islam di Timur Tengah. Di Indonesia, Islam diajarkan secara damai melalui para ulama yang pedagang atau pedagang yang ulama. Wapres menyebut penyebaran ini dengan Islam transisional. “Suatu Islam yang moderat,” ucap Wapres.

Sementara di Timur Tengah, sejarah pergolakan dan pertikaian memenuhi kawasan tersebut. Untuk itulah, menurut Wapres, Islam Indonesia moderat dan tidak heran bila mampu tumbuh berdampingan dengan berbagai agama lain.

Penyebaran Islam di Indonesia, jelas Wapres, dilakukan melalui dakwah yang baik. Oleh karenanya sejarah Islam di Indonesia berkembang dengan transisional dan baik. “Artinya apabila kita ingin mengatakan bahwa sejarah Islam di Indonesia adalah sejarah perdamaian,” ujar Wapres.

Wapres menyatakan, Indonesia kini menjadi salah satu negara mayoritas Islam yang besar, dan lebih baik dibandingkan negara-negara Islam lainnya. Indonesia kini menjelma menjadi negara yang dihormati berbagai kalangan.

Sebelumnya Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Din Syamsuddin mengatakan, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan buah tangan umat Islam Indonesia. Untuk itu, umat Islam
Indonesia, mempunyai tanggung jawab terhadap masa depan NKRI.

Kongres Umat Islam Indonesia VI di Yogyakarta pada 8-11 Februari 2015 diikuti oleh sekitar 775 orang yang terdiri atas 700 orang peserta utusan dan 75 pemantau.

Para peserta berasal dari MUI, perwakilan ormas Islam tingkat pusat, pondok pesantren, perguruan tinggi, lembaga-lembaga Islam domestik dan mancanegara, kalangan profesional dan tokoh perorangan.

Dalam pembukaan tampak hadir Menteri Agama Lukman Hakim Saefuddin dan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa. Tampak pula Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid. (Setwapres RI/ES)

Berita Terbaru