CNBC Indonesia Economic Outlook 2021, 25 Februari 2021, dari Istana Merdeka, Provinsi DKI Jakarta
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.
Yang saya hormati para Menteri Kabinet Indonesia Maju;
Yang saya hormati Founder and Chairman CT Corp, Bapak Chairul Tanjung;
Yang saya hormati para ekonom, para investor, dan pelaku pasar;
Undangan dan Hadirin yang berbahagia.
Kita sudah menjalani satu tahun masa tersulit akibat pandemi COVID-19. Kita sudah melampaui masa tersulit pertumbuhan ekonomi kita. Dan sekarang ini, tahun 2021 adalah masa recovery, masa kebangkitan yang harus kita sambut dengan optimisme, antusias, dan kerja keras, penuh keberanian.
Lembaga-lembaga keuangan dunia, IMF (International Monetary Fund), World Bank, OECD (the Organisation for Economic Co-operation and Development) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2021 akan tumbuh positif, antara 4-5 persen. Dan kita harus membuktikan bahwa Indonesia bisa, bisa lebih baik dari yang diperkirakan. Syaratnya sederhana, energi bangsa harus bersatu, harus fokus untuk menangani krisis kesehatan dan mendongkrak pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
Bapak-Ibu yang saya hormati,
Kunci pemulihan ekonomi kita adalah kemampuan dalam mengatasi pandemi. Kemampuan kita dalam mengatasi pandemi. Penanganan 3M, 3T, dan PPKM Skala Mikro harus terus kita lanjutkan dan pada saat yang sama, sekarang ini kita besar-besaran melakukan vaksinasi. Kita harus bekerja keras untuk memperoleh vaksin yang sedang diperebutkan oleh negara-negara di seluruh dunia. Alhamdulillah, di antara negara-negara Asia, kita termasuk negara yang terdepan dalam melakukan vaksinasi. Selain diprioritaskan untuk tenaga kerja yang melayani masyarakat secara langsung, Pemerintah sedang mengawal percepatan di klaster-klaster padat untuk menghasilkan kekebalan komunal (herd immunity) secara cepat.
Saya mengharapkan partisipasi dari seluruh pihak untuk mendukung vaksinasi ini. Indonesia harus segera aman dari COVID-19 dan kita tunjukkan kepada dunia bahwa kita termasuk berada di barisan terdepan dalam menangani krisis yang melanda dunia ini. Kecepatan dalam penanganan krisis kesehatan ini juga selaras dengan percepatan pemulihan ekonomi nasional kita.
Untuk itu, tahun ini Pemerintah telah menyiapkan anggaran Rp372 triliun untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional. Berbagai stimulus telah diberikan dari sisi permintaan (dan) dari sisi penawaran, baik melalui bantuan sosial, Program Keluarga Harapan (PKH), subsidi gaji, Kartu Prakerja, program padat karya yang sangat banyak, Bantuan Produktif bagi UMKM, serta relaksasi maupun restrukturisasi pinjaman, keringanan pajak, dan kemudahan-kemudahan lainnya.
Melalui program padat karya dan belanja Pemerintah lainnya, penciptaan lapangan kerja bisa diciptakan dalam jangka yang pendek. Tetapi, penciptaan dan perluasan lapangan kerja secara berkelanjutan adalah dari para pelaku usaha di sektor swasta. Baik itu menghidupkan kembali usaha-usaha yang sudah berjalan maupun merintis pembukaan usaha-usaha baru, baik itu dengan dana sendiri, pendanaan dari lembaga keuangan bank dan nonbank maupun mengundang investor, mengundang investasi dari luar negeri.
Bapak-Ibu yang saya hormati,
Dalam rangka mendorong pergerakan perekonomian di sektor swasta, kredit perbankan harus tetap dikucurkan dengan penuh kehati-hatian dan tetap menjaga kesehatan bank. Saya senang memperoleh laporan bahwa rasio kewajiban penyediaan modal minimum masih di angka 23,78 persen dan bank telah menyediakan cadangan yang memadai jika ada peningkatan kredit yang berisiko.
Saya juga memperoleh laporan bahwa cadangan devisa di Bank Indonesia saat ini sebesar USD135 miliar, lebih dari cukup untuk membiayai kebutuhan cicilan utang luar negeri dan impor untuk satu tahun ini. Rupiah pun cukup stabil. Pasar modal juga masih atraktif dengan total kapitalisasi saham sebesar Rp6.970 triliun dan jumlah investor lokal tumbuh pesat hingga empat juta investor retail.
Pertumbuhan ekspor lebih tinggi dibanding impor, sehingga terdapat surplus neraca perdagangan tahun 2020 sebesar USD21,74 miliar. Padahal tahun 2019, defisit kita sebesar USD3,59 miliar. Bahkan, realisasi investasi PMA (Penanaman Modal Asing) dan PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) juga melampaui target hingga 101,1 persen senilai Rp826,3 triliun, dengan perincian 50,1 persen adalah PMDN dan 49,9 persen adalah PMA. Penanaman modal ini diinvestasikan di luar Jawa 50,5 persen dan di Jawa 49,5 persen. Investasi sudah sedikit bergeser ke luar Jawa. Artinya kita mempunyai modalitas, kita memiliki modalitas yang kuat untuk bangkit dan untuk tumbuh.
Selain itu, ancang-ancang untuk pemulihan ekonomi sudah disiapkan melalui reformasi struktural. Undang-Undang Cipta Kerja dan aturan turunannya PP dan Perpres sudah selesai semua disiapkan, yang memberikan kemudahan bagi pengembangan lapangan kerja, pembukaan lapangan kerja, dan pertumbuhan ekonomi. Sovereign Wealth Fund INA (Indonesia Investment Authority) juga telah terbentuk agar kita mempunyai alternatif pembiayaan baru yang murah.
Modalitas kita yang kuat ini akan semakin efektif bergerak atas dukungan Bapak, Ibu, Saudara-saudara semuanya. Sumbangsih dari para ekonom, pelaku usaha, dan investor dalam memformulasikan kebijakan ekonomi yang paling sesuai dengan kondisi Indonesia sangat berarti, sehingga begitu pandemi selesai kita bisa tumbuh dengan baik. Dan mari kita buktikan bahwa pertumbuhan ekonomi kita di tahun 2021 lebih tinggi dari yang telah diperkirakan, serta lapangan kerja terbuka dan kesejahteraan rakyat meningkat.
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.