Covid-19 Faktor Pembawa Orang, Bukan Zonasi/Daerah Jadi Ukuran

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 12 Maret 2020
Kategori: Berita
Dibaca: 1.944 Kali

Media Center Covid-19 di Kantor Presiden, Provinsi DKI Jakarta. (Foto: Humas/Rahmat)

Virus Korona (Covid-19) faktor pembawanya adalah orang bukan daerah sehingga tidak memiliki arti keterkaitan dengan sebuah daerah atau wilayah, untuk itulah tidak akan dibuat zonasi.

Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara (Jubir) Pemerintah untuk Penanganan Virus Korona (Covid-19), Achmad Yurianto, sekaligus Direktur Jenderal (Dirjen) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Kementerian Kesehatan (Kemenkes) ketika menjawab pertanyaan mengenai tidak diumumkannya lokasi asal para pasien Covid-19 kepada media, di Kantor Presiden, Provinsi DKI Jakarta, Rabu (11/3).

Lebih lanjut, Dirjen P2P kalau selama ini penjelasan yang diberikan tidak menyebut lokasi karena memiliki perbedaan dengan misalnya malaria atau DBD, maupun penyakit-penyakit yang ada basisnya, Covid-19 ini bergerak bersama pergerakan orang.

Soal fasilitas di daerah, Jubir Penanganan Covid-19 menyampaikan sekarang sedang mencoba membangun komunikasi antara Kabupaten – Provinsi karena buffer Kemenkes ada di instalasi farmasi provinsi.

“Jadi kemarin itu tidak terkait dengan fasilitas tetapi dengan sarana, kekurangan APD, masker dan sebagainya sudah kita penuhi tetapi berada di provinsi tidak kita dorong sampai pada titik itu,” ujar Yuri, panggilan Achmad Yurianto.

Hingga saat ini, Dirjen P2P menyampaikan pasien yang sudah dipulangkan sudah sangat banyak lebih dari 20 orang dari seluruh rumah sakit (RS) di seluruh Indonesia, jadi bukan hanya di RS yang ada di sini, dengan spesimen yang diperiksa total sampai dengan tadi pagi 736.

“Tentunya enggak semuanya positif tetapi itu yang sudah kita periksa. Kemudian yang 27 tracing-nya masih dilaksanakan terus, tetapi kontak dekatnya keluarga dan sebagainya sudah kita pastikan beberapa kali kita periksa negatif,” kata Yuri seraya menegaskan proses tracing ini memang sulit, tetapi harus dilakukan.

Pada kesempatan itu, Dirjen P2P juga menyampaikan kembali terkait kewaspadaan komunitas bahwa hal itu bukan kewaspadaan diri sendiri namun mengajak kerja sama yang lain.

Soal Vaksin, menurut Dirjen P2P, Eijkman Institut sudah fokus ke sana dan Pemerintah mendukung hal itu sehingga bisa full konsentrasi ke sana bersama dengan penyakit tropis dari Unair, jadi mengarah kepada membangun atau mencari vaksin.

Untuk ABK yang dalam masa observasi, menurut Dirjen P2P, berdasarkan hitungan pada hari Kamis sudah 14 hari sehingga akan dipulangkan.

“Tentunya untuk pulang ada pemeriksaan kesehatan total, evaluasi total, setelah itu pulang, jadi tidak kemudian dilepas begitu saja. Ini sudah menjadi SOP kita di dalam kaitan dengan hal ini,” urai Dirjen P2P.

Jubir Covid-19 juga menyatakan bahwa Virus Korona akan memperburuk daya tahan tubuh dan akan menyebabkan peluang penyakit-penyakit dasar yang sudah dimiliki menjadi semakin parah.

”Ini tidak pernah kita dapatkan meninggal karena corona virus sendiri selalu adalah komplikasi. Beberapa kasus yang kita pelajari dari kasus meninggal di beberapa negara itu biasanya karena sepsis, sepsis itu infeksi keseluruhan di pembuluh darahnya dan sebagainya yang disebabkan karena bakteri, bukan karena virusnya,” jelas Yuri.

Daya tahan tubuh yang jelek inilah, menurut Yuri, yang kemudian bakteri semula tidak menimbulkan penyakit akan menjadi masalah dengan tidak bisa dikendalikan populasinya sehingga jadi masalah atau sepsis.

”Jadi bukan karena Virus Korona sebagai penyebab utama tapi itu yang memperburuk kondisinya,” pungkas Achmad Yurianto. (MAY/EN)

Berita Terbaru