Di Balik Investasi Besar UEA: Kepercayaan Pangeran MBZ Setelah 7 Bulan Berkunjung ke Indonesia

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 13 Januari 2020
Kategori: Berita
Dibaca: 783 Kali

Presiden Jokowi disambut langsung oleh Pangeran Sheikh Mohammed Bin Zayed saat tiba di di Istana Qasr Al Watan, Abu Dhabi, UEA, Minggu (12/1) petang waktu setempat. (Foto: BPMI Setpres)

Putra Mahkota Uni Emirat Arab (UEA), Pangeran Sheikh Mohammed Bin Zayed (MBZ), memberikan kepercayaan besar kepada Indonesia dengan menyanggup dana sebesar 22,8 miliar dollar AS untuk berinvestasi di Indonesia melalui Sovereign Welth Fund bersama-sama dengan Masayoshi dari Softbank (Jepang), dan juga dari International Development Finance Corporatio (IDFC) Amerika Serikat.

Saking besarnya dana yang diinvestasi, tidak berlebihan jika Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, ini adalah satu deal terbesar mungkin dalam sejarah Indonesia dalam waktu singkat di negara Timur Tengah yaitu United Emirates Arab.

“Ini belum pernah ada deal sebesar ini. Dan lebih dari pada itu saya melihat tadi waktu tete a tete dan makan malam rombongan Bapak Presiden dengan, apa namanya, Crowned Princes. Pertemuan betul-betul sangat cair sekal,  dan Muhammad bin Zayed ini menghormati Presiden Jokowi sebagai Big Brother dia,” kata Luhut kepada wartawan dalam konperensi pers di Emirate Palace, Abu Dhabi, UEA, Minggu (12/1) malam.

Sejumlan menteri Kabinet Indonesia Maju menyampaikan keterangan pers usai mendampingi kegiatan Presiden Jokowi dalam hari pertama kunjungannya di Abu Dhabi, UEA, Minggu (12/1). (Foto: Rahmat/Humas)

Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengemukakan, kepercayaan dari UEA itu muncul sejak bulan Juli yang lalu, sekitar 7 bulan yang lalu, saat Pangeran Sheikh Mohammed Bin Zayed berkunjung di Indonesia, melakukan pertemuan yang sangat intensif dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Kemudian Presiden menunjuk Menko Kemaritiman dan Investasi sebagai Contact Person dari pihak Indonesia, sementara dari UEA ditunjuk satu menteri yang melakukan komunikasi secara intensif.

“Hasilnya dalam 7 bulan, kita bisa menyelesaikan perjanjian-perjanjian yang tadi di saya sebutkan (16 perjanjian, red),” terang Menlu seraya menambahkan. Jadi, ini adalah kerja sama konkret yang dapat dilakukan dalam waktu singkat.

“Saya yakin ini merupakan refleksi dari trust dunia terhadap Indonesia. Jadi, selain masalah investasi kita juga melakukan kerja sama lainnya,” sambung Menlu.

Sementara Menko Perekonomian dan Investasi Luhut B. Pandjaitan berpendapat, meskipun dirinya ditunjuk Presiden sebagai contact person, sebenarnya ini pekerjaan ramai-ramai. “Jadi berhasil pun tadi saya ini saya pikir yang kerja sama tim ya bisa menyelesaikan hanya dalam 7 bulan, bisa sih 6 bulan,” ujarnya. (EN/RAH/ES)

 

Berita Terbaru