Di tengah Negara Lain Yang Galau, Presiden Jokowi: Kita Bersyukur Mempunyai Pancasila
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengemukakan, dalam kunjungannya ke beberapa negara di Eropa, di Amerika Serikat, di Timur Tengah, di Asia, dan dalam pertemuan dengan pimpinan negara-negara besar dunia, ia mencermati banyak negara di dunia termasuk negara-negara maju, saat ini sedang gelisah. Saat ini mereka sedang galau, sedang resah. Toleransi mereka sedang terkoyak, solidaritas sosial mereka terbelah, ketertiban mereka mulai terganggu.
Mereka dihantui terorisme, ekstremisme dan radikalisme. Mereka juga goyah dalam mengelola keragaman dan perbedaan. Mereka sedang mencari referensi nilai-nilai dalam menghadapi tantangan dan tatanan itu, kata Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada Peringatan Pidato Bung Karno, yang digelar di Gedung Merdeka, Bandung, Jabar, Rabu (1/6) pagi.
Menurut Presiden, di tengah kegelisahan-kegelisahan negara tersebut dalam menghadapi tantangan dan tatanan baru ini, kita beruntung mempunyai Indonesia. Indonesia yang ber-Bhineka Tunggal Ika, Indonesia yang beragam tapi bisa menjaga toleransi dan ke-Tunggal Ika-an, Indonesia yang bisa menjadi referensi bagi negara-negara yang lain.
Semua itu terjadi karena kita mempunyai Pancasila, tegas Presiden Jokowi seraya menyebutkan, pengakuan itu didengarnya langsung dari pimpinan-pimpinan negara-negara besar dunia.
Presiden menegaskan, ketika dirinya menceritakan Indonesia adalah negara muslim dengan penduduk muslim terbesar di dunia, dengan 17.000 pulau dan beragam etnis dan agama, ke-Bhineka-an kita bukan jadi penghalang menjadi negara demokrasi, sekaligus bisa membangun perdamaian dan toleransi.
Kenapa itu bisa terjadi, sekali lagi karena kita memiliki Pancasila, kata Presiden Jokowi mengulang penegasannya.
Sebagai bangsa, menurut Presiden, kita harus bersyukur, kita mempunyai Pancasila. Pancasila sebagai dasar negara, Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa, yang digali oleh Bapak Bangsa Bung Karno. Pancasila yang sejak kelahirannya tanggal 1 Juni 1945, mengalami perkembangan hingga menghasilkan Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945, dan disepakati menjadi rumusan final pada tanggal 18 Agustus 1945.
Dengan dasar negara Pancasila, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak optimis. Kita harus optimis menyongsong masa depan, kita harus percaya diri bahwa kita bisa mengatasi semua permasalahan yang ada dalam menuju kemajuan. Bahwa kita bisa memenangkan kompetisi global sebagai negara pemenang, tutur Kepala Negara.
Dalam kesempatan itu, Presiden mengingatkan, bahwa kita juga harus selalu mengingat apa yang disampaikan Bung Karno di depan Sidang BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) tanggal 1 Juni 1945.
Saat itu, lanjut Presiden, Bung Karno mengatakan: Gotong Royong adalah pembantingan tulang bersama, pemerasan keringat bersama, perjuangan bantu membantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua. Keringat semua buat kebahagiaan semua. Holopis kuntul baris buat kepentingan bersama. Itulah syarat utama untuk maju menjadi pemenang yaitu gotong royong.
Presiden menegaskan, Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara harus diketahui asal usulnya oleh bangsa Indonesia, dari generasi ke generasi. Pancasila harus diamalkan, Pancasila harus menjadi ideologi yang bekerja, Pancasila harus dijaga kelanggengannya, ujarnya.
Upacara Peringatan Pidato Bung Karno itu juga dihadiri oleh Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri, Wakil Presiden ke-11 RI Boediono, Menko Perekonomian Darmin Nasution, Menko PMK Puan Maharani, Ketua MPR-RI Zulkifli Hasan, Ketua DPR-RI Ade Komarudin, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly, Mensesneg Pratikno, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, Seskab Pramono Anung, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, dan Menteri PAN dan RB Yuddy Chrisnandi.(SM/ES)