Diajak Diskusi Presiden Soal Ekonomi, Bahlil Mengaku Merasa Terhormat
Mantan Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), Bahlil Lahadalia, menjadi salah tokoh muda yang dipanggil oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (22/10) siang.
“Kebetulan kami banyak berdiskusi tentang persoalan ekonomi, bagaimana terjadinya pertumbuhan kawasan ekonomi baru kemudian bagaimana terjadinya pemerataan pembangunan ekonomi dari Aceh sampai Papua, dan bagaimana kemudian kita meningkatkan dari UMKM ke kelas menengah dan menjadi konglomerat, dan semuanya itu bisa terjadi kalau ada satu proses peningkatan investasi dan konsumsi,” kata Bahlil kepada wartawan usai diterima Presiden Jokowi.
Menurut Bahlil, dirinya memang lahir di kawasan Timur, yaitu Malukunya. Ia pun asalnya dari Fakfak yang kemudian kuliah di Jayapura. “Saya pikir Pak Presiden, Pak Jokowi, sangat mempertimbangkan betul untuk anak muda yang selalu berpikir untuk kemajuan bangsa. Saya pikir hanya itu saja yang perlu sampaikan,” ujarnya.
Dijelaskan mantan Ketua Umum HIPMI itu, dirinya dan Presiden berbicara ekonomi dalam konteks yang luas, bisa juga ada UMKM nya, ada investasinya, ada perdagangannya ya.
“Nanti kita lihat ya, yang tahu itu hanya Allah Subhanahu Wa ta’ala dan Pak Jokowi yang tahu,” ucap Bahlil.
Saat wartawan menanyakan apakah itu menyangkut koperasi kecil dan menengah ? Bahlil mengatakan, dirinya tidak berbicara pada spesifik, karena kalau itu ditanggapi oleh bagian daripada scope ekonomi yang lebih luas.
“Pertama bahwa regulasi itu penting ya, regulasi salah satu problem yaitu tumpang tindihnya regulasi kita ya, dari tingkat kabupaten kemudian provinsi kemudian pusat. Saya pikir ini salah satu tantangan ke depan untuk bagaimana investasi bisa tereksekusi, saya pikir begitu ya menyangkut regulasi,” sambung Bahlil.
Mengenai kapan dirinya dihubungi untuk hadir ke Istana, Bahlil mengakui dihubungi malam. Sebagai anak kampung dari daerah Papua, Bahlil mengaku merasa terhormat dan terpanggil untuk bisa mengambil bagian dalam bagaimana mengabdikan diri kepada bangsa dan negara.
“Saya pikir setiap anak muda yang mempunyai jiwa nasionalisme dan punya komitmen besar terhadap pembangunan bangsa, maka saya yakin pasti akan terpanggil,” tegas Bahlil. (HIM/OJI/ES)