Diundang Presiden Jokowi, Para Ekonom Sarankan Perkuat Daya Beli Masyarakat
Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali bertemu dengan sejumlah ekonom, di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (13/11), guna membicarakan berbagai permasalahan yang dihadapi bangsa. Para ekonom yang datang antara lain tampak Aden Pardede, Vivi Alatas, Ari Kuncoro, Haryo Aswicahyono, Lukito Tuwo, Iwan Jaya Aziz, dan Elan Satriawan.
Dalam pertemuan itu, para ekonom memaparkan tentang permasalahan dan memberikan pandangannya terhadap permasalah ekonomi di Indonesia. Mereka memfokuskan pada industrilisasi multi-track strategy, di antaranya mengenai peran industri dalam Product Domestic Bruto (PDB), dan kinerjanya pada penyerapan tenaga kerja. Selain itu juga dibahas mengenai pangsa ekspor industri dalam negeri.
“Mengingat ekonomi sekarang yang sulit, perlu ditekankan bagaimana menangani masalah-masalah jangka pendek, yaitu bagaimana memperkuat daya beli masyarakat, terutama masyarakat menengah ke bawah,” kata Iwan Jaya Aziz kepada wartawan usai bertemu Presiden Jokowi.
Iwan menjelaskan, dalam menghadapi permasalahan perekonomian saat ini, perlu ada pemisahan dengan hal-hal yang akan dicapai dalam jangka yang agak panjang, menyangkut infrastrutkur, industrialisasi, dan sebagainya.
Sementara Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Ari Kuncoro mengatakan, dalam pertemuan dengan Presiden Jokowi itu, para ekonom memberikan masukan untuk menangani permasalahan jangka pendek dalam memperkuat daya beli masyarakat terutama pada kelompok menengah ke bawah.
Selain itu, berdasarkan hasil diskusi, harus ada penyelesaian dengan pemisahan dalam menangani permasalahan ekonomi jangka panjang, misalnya yang menyangkut infrastruktur.
“Dalam rangka menciptakan lapangan kerja dan ekspor kita mempunyai defisit neraca yang cukup besar. Dan itu Pak Jokowi menyampaikan ide mengenai industriliasasi dan kita memberikan pendapat mengenai poin-poin tersebut agar bisa menjadi sinergi, kata Ari.
Menurut Ari, dalam pertemuan itu para ekonom memberikan saran kebijakan-kebijakan apa yang bisa merubah ini. Diharapkan dengan satu batu dua tiga burung bisa kena. Ia menunjuk contoh pada konektivitas, selain jalan tol kita jangan lupa bahwa di Pulau Jawa itu banyak jalur kereta api yang non aktif dan banyak pula dari jalan-jalan tersebut yang melewati daerah-daerah yang produktif baik pertanian,industri kerajinan maupun jasa. Jadi saran kami adalah membuat hal itu menjadi bermanfaat, ujarnya.
Yang kedua, lanjut Ari, yang menjadi perhatian itu bahwa sistem kota-kota di Indonesia itu masih pincang. Jadi ada kota yang sangat besar kemudian desa. Yang kita sampaikan tadi, yaitu harus ada yang ditengah-tengah yaitu kota-kota kecamatan kota-kota menengah sehingga kerja di desa itu bisa bekerja. Tidak harus pertanian dalam arti dia menanam, tapi dia bekerja di pertanian itu sebagai bisnis misalnya bibit. Jadi kita memberikan pekerjaan tapi juga lingkungan bekerja tidak di kota besar tetapi di kota menegah, itu saja,” jelas Ari Kuncoro.
Saat menerima para ekonom itu Presiden Jokowi didampingi oleh Kepala Staf Presiden Teten Marzuki. (FID/OZI/ES)