Dukung Ekonomi Rakyat di Sumbar, Pemerintah Selesaikan Rekonstruksi Pasa Ateh Bukittinggi
Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah menyelesaikan pembangunan kembali (rekonstruksi) Pasa Ateh (Pasar Atas) Kota Bukittinggi, Provinsi Sumatra Barat.
Rekonstruksi ini dilakukan dengan meningkatkan fungsi pasar sebagai sarana perdagangan rakyat sehingga menjadi bangunan yang aman, nyaman, bersih, tertata, dan lebih estetis (tidak kumuh).
“Pasar merupakan ujung tombak aktivitas perdagangan dan sekaligus penggerak ekonomi rakyat. Pasa Ateh memiliki peranan yang penting bagi perekonomian masyarakat Kota Bukittinggi. Selain itu Pasa Ateh juga memiliki nilai sejarah karena Bukittinggi pernah menjadi Ibu Kota Sementara Republik Indonesia,” ucap Wakil Menteri (Wamen) PUPR Jhon Wempi Wetipo saat meresmikan Pasa Ateh Bukittinggi melalui telekonferensi, Kamis (18/6).
Sebelumnya, kondisi sarana dan prasarana Pasa Ateh Bukittinggi ini kurang optimal dan mengalami 4 kali kebakaran yang terakhir menghanguskan ratusan kios di dalamnya terjadi pada Oktober 2017. Presiden Joko Widodo memerintahkan Kementerian PUPR untuk merekonstruksi Pasa Ateh Bukittinggi pada Sidang Kabinet Paripurna tanggal 18 Juli 2018 yang pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2018.
Rekonstruksi Pasa Ateh Bukittinggi terdiri dari 4 lantai dan 1 basement dengan luas total 39.720 m². Lantai dasar terdiri dari 257 kios, lantai 1 terdiri dari 278 kios, lantai 2 terdiri dari 276 kios, lantai 3 terdiri dari 24 kios dan area foodcourt. Pasa Ateh Bukittinggi juga dilengkapi dengan sejumlah fasilitas seperti area parkir, toilet umum dan toilet untuk difabel, musholla, ruang untuk ibu menyusui, lift dan eskalator.
Dalam proses pembangunan kembali, Pasa Ateh didesain dengan konsep green building sehingga sirkulasi udara di dalam pasar menjadi lebih baik sehingga tidak memerlukan pendingin ruangan yang membuat gedung ini hemat energi.
Konsep green building juga diterapkan dalam pelaksanaan konstruksinya yang mengacu pada Peraturan Menteri PUPR Nomor 02/PRT/M/2015 tentang Bangunan Gedung Hijau. Dalam masa pembangunan, kontraktor melaksanakan perilaku ramah lingkungan di antaranya pemilihan material ramah lingkungan, pengelolaan limbah konstruksi yang baik serta konservasi air dan energi.
Rekonstruksi Pasa Ateh Bukittinggi dimulai pada 21 Agustus 2018 dan selesai pada 31 Desember 2019 dengan anggaran Rp292 miliar. Rekonstruksi ini dikerjakan oleh PT Brantas Abipraya KSO PT Penta Rekayasa dan manajemen konstruksi oleh PT Deta Decon dengan kontrak tahun jamak 2018-2019.
Wamen Wempi mengingatkan saat pasar ini sudah beroperasi untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan karena pasar termasuk dalam kategori tempat yang rentan bagi terjadinya penularan Covid-19.
“Pedagang dan pembeli wajib memakai masker dan sarung tangan, sering mencuci tangan dan menjaga physical distance selama beraktivitas di pasar. Protokol Kesehatan ini penting dilaksanakan secara taat dan disiplin, agar pasar tidak menjadi episentrum baru bagi penyebaran Covid-19,” ujar Wamen Wempi.
Dalam kesempatan ini, Gubernur Sumatra Barat Irwan Prayitno berpesan agar para pedagang dan masyarakat untuk dapat menjaga kebersihan pasar ini. “Pasa Ateh memiliki nilai wisata yang tinggi bersama Jam Gadang menjadi ikon Kota Bukittinggi. Saya harap kebersihannya dapat tetap dijaga agar wisatawan betah,” kata Irwan.
Wali Kota Bukittinggi Ramlan Nurmatias mengucapkan terima kasih kepada Menteri PUPR Basuki Hadimuljono atas bantuan pembangunan fasilitas di Kota Bukittinggi.
“Atas nama Pemerintah Kota Bukittinggi beserta seluruh masyarakat mengucapkan terima kasih kepada Menteri PUPR yang telah membangun kembali Pasa Ateh. Setelah proses peresmian ini kami akan langsung memproses kontrak dengan penyewa dan melakukan loting untuk menentukan tempat masing-masing,” ucap Ramlan.
Ramlan mengatakan, kembali beroperasinya Pasa Ateh ini akan memberikan dampak yang luar biasa bagi perekonomian Bukittinggi karena Pasa Ateh ini adalah salah satu magnet yang menarik wisatawan. Pasa Ateh bukan hanya pusat perdagangan, tetapi juga destinasi wisata belanja yang berlokasi strategis di jantung kota dan langsung berhadapan dengan Kawasan Jam Gadang. (BKP Kementerian PUPR/EN)