Dukung Pengembangan Pariwisata, Pemerintah Akan Perbaiki Beberapa Rumah Adat Batak Samosir

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 31 Juli 2019
Kategori: Berita
Dibaca: 1.069 Kali
Presiden Jokowi didampingi Ibu Negara Iriana mengunjungi Rumah Adat Batak Samosir di Kampung Huta Raja, Desa Lumban Suhi-Suhi Toruan, Kecamatan Pangaruruan, Kabupaten Samosir, Selasa (30/7). (Foto: JAY/Humas)

Presiden Jokowi didampingi Ibu Negara Iriana mengunjungi Rumah Adat Batak Samosir di Kampung Huta Raja, Desa Lumban Suhi-Suhi Toruan, Kecamatan Pangaruruan, Kabupaten Samosir, Selasa (30/7). (Foto: Jay/Humas)

Untuk mendukung pengembangan pariwisata di wilayah sekitar Danau Toba, pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan memperbaiki sejumlah Rumah Adat Batak Samosir atau Rumah Gorga karena kondisinya yang sudah tua dan kurang layak.

“Ada beberapa rumah, sekitar 40 unit akan kita coba rehabilitasi, supaya pelatihan tenun dan keahliannya terus berlanjut,” kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono usai mendampingi Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana mengunjungi Rumah Adat Batak Samosir dan Pusat Tenun Ulos di Kampung Huta Raja, Desa Lumban Suhi-Suhi Toruan, Kecamatan Pangaruruan, Kabupaten Samosir, Selasa (30/7).

Perbaikan Rumah Gorga itu juga dimaksudkan sebagai jawaban atas harapan masyarakat setempat terkait rencana pengembangan kampung tersebut sebagai salah satu destinasi wisata di Samosir.

Menteri PUPR meyakini, apabila Kampung Tenun Ulos Huta Raja dapat ditata dengan lebih baik serta dilengkapi dengan berbagai infrastruktur dasar seperti sanitasi, maka dapat meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung.

Direktur Jenderal (Dirjen) Cipta Karya Kementerian PUPR Danis H.Sumadilaga menambahkan, pemugaran Rumah Gorga yang merupakan cagar budaya akan melibatkan tukang-tukang lokal setempat sehingga sekaligus akan menjadi workshop/media latihan bagi masyarakat setempat untuk memelihara keberlanjutan tradisi dan keahlian yang unik ini.

“Ada beberapa rumah yang bentuknya telah beralih menjadi rumah modern, sehingga nantinya akan direlokasi dan dibuat sepenuhnya menjadi rumah gorga. Kita akan melibatkan masyarakat setempat karena butuh keahlian khusus untuk membangunnya, sehingga menjadi kombinasi pekerjaan konstruksi modern dan kearifan lokal,” ujar Danis.

Untuk mendukung pergerakan ekonomi di kawasan tersebut, Danis juga menyatakan bahwa setelah direvitalisasi, rumah-rumah gorga tersebut dapat menjadi homestay bagi para wisatawan. “Untuk biaya akan direncanakan dulu secara matang, perkiraannya mungkin sekitar Rp 15-20 miliar,” ujarnya.

Salah seorang warga, Lasmauli Simarmata (67) mengatakan sangat bersyukur dengan rencana revitalisasi tersebut. Menurutnya, rumah gorga yang ada di wilayah tersebut merupakan warisan turun temurun dari nenek moyang yang telah berdiri sejak ratusan tahun yang lalu. Sehingga, keberadaan rumah-rumah tersebut memiliki nilai sejarah yang panjang bagi warga.

“Kami berharap rumah-rumah adat ini bisa diperbaiki. Selain itu kalau bisa ada tambahan toilet di luarnya, agar para turis tidak minta tolong ke rumah warga kalau mau buang air kecil. Harapannya tempat ini menjadi kawasan wisata internasional,” tuturnya. (DNA/JAY/BKP Kementerian PUPR/ES)

Berita Terbaru