Enggano…Pesona Nusa Penjaga Indonesia
Enggano merupakan salah satu pulau terluar Indonesia yang terletak di Samudera Hindia dan berbatasan dengan India. Secara administratif pulau ini berada di wilayah Kecamatan Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu, berjarak sekitar 175 km dari Kota Bengkulu, 123 km dari Kota Manna, 133 km dari Kota Bintuhan, dan 513 km dari Ibukota Jakarta.
Perjalanan dari Jakarta dengan pesawat terbang ke Bengkulu dapat ditempuh selama sekitar 1,5 jam, dari Bengkulu ke Pulau Enggano dapat ditempuh dengan pesawat perintis yang dapat ditempuh dalam waktu 40 menit, atau dengan kapal feri sekitar 12-18 jam.
Pulau Enggano memiliki luas 400,6 km2 dan panjang pantai 112 km dengan topografi berkisar 5 – 102 meter DPL, dengan puncak tertinggi mencapai 281 meter di Gunung Kana Buwabuwa, pasir pantainya berwarna putih dan ditumbuhi pohon kelapa dan perdu. Sebelah barat Pulau Enggano terdapat pulau-pulau kecil seperti Pulau Dua, Pulau Merbau, Pulau Bangkai, dan Pulau Satu.
Di Pulau Enggano mengalir beberapa sungai besar dan kecil seperti Sungai Air Kinono, Air Kianopo, dan Air Kuala Kikin. Keberadaan sungai-sungai itulah yang mempengaruhi keanekaragaman hayati di Pulau Enggano, dalam beberapa tahun terakhir banyak peneliti yang menemukan keunikan keanekaragaman hayati Pulau Enggano yang berbeda dengan yang berada di Pulau Bengkulu. Selain itu, potensi perikanan tangkap di Pulau Enggano cukup besar, jenis-jenis ikan kualitas ekspor seperti ikan tuna, kerapu, tenggiri, tongkol, kakap, dan gebur banyak tertangkap di Enggano.
Meskipun masuk dalam pulau terluar Indonesia, Enggano merupakan pulau berpenduduk. Sebagian besar penduduknya merupakan petani dan nelayan, saat kondisi perairan tenang penduduk melaut, namun sebaliknya saat gelombang tinggi penduduk bercocok tanam mengolah sawah, berkebun dengan komoditas seperti kelapa, melinjo, cengkih, coklat dan pisang, serta berternak kerbau sapi, ayam, dan kambing.
Lain dari keanekaragaman hayati dan panorama pantai pasir putih yang menawan serta pemandangan bawah laut yang mempesona untuk diving, Pulau Enggano juga menawarkan potensi-potensi wisata alam yang dapat di-explore, seperti:
- Petualangan alam melihat fauna liar
Crocodile Watching, hampir di setiap muara sungai didiami oleh buaya, dengan ukuran mulai dari kecil sampai dengan berukuran raksasa. Bird Watching, banyak burung liar yang dapat ditemui di Enggano, salah satunya yang terdapat di Taman Burung Gunung Nanua. Dua spesies endemik yang ada di Kepulauan Enggano yakni Celepuk Enggano, dengan Status Konservasi Hampir Terancam, dan Burung Kacamata dengan Status Konservasi Rentan. Jenis burung lain yang bisa dijumpai diantaranya adalah Burung Betet Ekor Panjang, Tiung/Beo Enggano, Pergam, Kehicap Ranting, dan Bangau. Sea Turlte, bisa dilihat di tepi tubir yang terdapat di pesisir pantai Pulau Enggano, dapat dilihat juga beberapa lokasi yang biasa dijumpai akitifitas bertelurnya penyu; yakni di sekitar Teluk Labuho (Teluk Kopi) Teluk Abeha, Teluk Kioyo, Teluk Ahai, dan dua lokasi di Teluk Malakoni.
- Berburu dan memancing
Bagi yang hobi berburu, babi hutan salah satu satwa buruan yang potensial untuk diburu di Pulau Enggano. Adanya kelompok berburu tradisional menjadi daya tarik tersendiri, dengan alat yang masih tradisional dan dengan anjing buruan lokal. Untuk yang hobi memancing Pulau Enggano adalah tempat yang tepat, spot-spot menarik untuk memancing dapat ditemui disekitar Sawang Bugis di daerah barat daya Pulau Enggano, dengan menggunakan sampan nelayan maupun di sekitar muara sungai. Kegiatan menangkap udang lobster dan kepiting laut juga merupakan wisata menyenangkan yang dapat dilakukan di sekitar mulut tubir dengan menggunakan alat khusus pada malam hari.
- Surfing
Bagi wisatawan yang hobi surfing, ombak di Pulau Enggano sangat pas untuk surfing karena ombak Samudera Hindia di Pulau Enggano cukup tinggi, sehingga dapat memicu adrenalin para peselancar.
- Wisata Antropologi.
Keberadaan suku-suku dan masih banyaknya masyarakat yang menganut agama nenek moyang (Ameok) menjadi kekhasan budaya tersendiri di Enggano. Dengan berjalan menjelajah pulau, akan ditemukan Maula, tempat ibadah agama Ameok, yang jumlah sangat banyak dan biasanya berlokasi di gunung-gunung yang sepi dan berhutan lebat. Keunikan ini akan menjadikan Pulau Enggano destinasi menarik untuk dikunjungi.
Potensi pariwisata Enggano yang begitu menawan, belum didukung ketersediaan infrastruktur seperti penginapan, air bersih, listrik, dan aksesibilitas yang memadai, tentu saja ini akan menjadi permasalahan dasar yang membutuhkan langkah konkrit untuk diatasi, sehingga komitmen pemerintah untuk menjadikan Pulau Enggano sebagi icon baru pariwisata dapat diwujudkan. Di samping ketersediaan infrastruktur, hal lain yang tidak kalah penting adalah kesiapan masyarakat setempat, bagaimana mengedukasi menjadi masyarakat yang ramah dan nyaman bagi para pelancong. Terwujudnya Pulau Enggano sebagai icon baru destinasi wisata nusantara tentu akan memberikan stimulus positif bagi pulau-pulau terluar lainnya untuk mengeliat sebagai nusa penjaga Indonesia yang aman, lestari, dan sejahtera.
Penulis: Kusnul Nur Kasanah, Kepala Subbidang Pendayagunaan Pesisir, Pulau-Pulau Kecil dan Tata Ruang Kedeputian Bidang Kemaritiman.
=======