Fenomena Tebar Kebencian Mulai Mendera, Menag: Mari Beragama Dengan Cinta Kepada Sesama

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 21 November 2018
Kategori: Berita
Dibaca: 17.664 Kali
Presiden Jokowi memberikan hormat kepada tamu dari negara sahabat saat menghadiri Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, di Istana Bogor, Jabar, Rabu (21/11) malam. (Foto: ANGGUN/HUMAS)

Presiden Jokowi memberikan hormat kepada tamu dari negara sahabat saat menghadiri Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, di Istana Bogor, Jabar, Rabu (21/11) malam. (Foto: Anggun/Humas)

Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW pada hakikatnya adalah sebuah ikhtiar, ekspresi rasa syukur, gembira dan cinta karena jasa besar Sang Nabi untuk manusia dan kemanusiaan.

“Rasa cinta akan memberikan energi positif untuk mengikuti jejak langkah orang yang dicintai. Cinta itu pula yang akan meleburkan pencinta dan yang dicinta dalam kebersamaan,” kata Menag saat memberikan sambutan pada Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Tahun 1440 H/2018 M di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Rabu (21/11) malam.

Menurut Menag Lukman Hakim Saifuddin, banyak ahli mengkaji salah satu rahasia kesuksesan dakwah Nabi adalah kepemimpinannya yang berlandaskan cinta kepada sesama, penuh kasih sayang dan lemah lembut, dalam bingkai semangat persaudaraan.

“Sifat lembut bukan pertanda lemah, justru disitu tersimpan kekuatan. Sifat lemah lembut melahirkan simpati, sehingga orang akan mendekat dan merapat kepadanya,” ujar Menag.

Sifat kasih sayang dan lemah lembut Nabi, lanjut Menag, telah menjadi magnet bagi banyak orang. Kepemimpinan Rasulullah, menurut Menag, memberikan keteladanan bahwa pemimpin penuh kasih dan kelembutan akan melebur bersama rakyatnya dan menjadi besar dan kuat bersama mereka.

Fenomena Tebar Kebencian

Dalam acara yang dihadiri oleh Presiden Joko Widodo itu, Menag Lukman Hakim Saifuddin menyampaikan satu hal yang patut disayangkan, yaitu fenomena tebar kebencian kini justru telah mulai mendera dan merasuk ke dalam tubuh sebagian saudara kita dengan berbagai kemasan.

“Adakalanya berbungkus agama, politik, ras, suku, dan lain sebagainya. Tidak jarang kebencian berlabelkan agama ditebar melalui mimbar keagamaan, melalui suara keras para pengkhotbah yang penuh kecaman murka dan ungkapan marah,” ungkap Menag.

Menurut Menag, mimbar keagamaan telah beralih dari semula sebagai tempat menyebarkan pesan kedamaian menjadi media tebar kebencian, terutama kepada mereka yang berbeda paham keagamaan atau keyakinan.

Untuk itu, Menag mengajak umat Islam di tanah air merenungkah bersama kisah seorang perempuan Muslimah yang dinyatakan oleh Rasulullah akan masuk neraka karena mengurung seekor kucing, tidak diberinya makan sampai mati dalam kandang.

Sebaliknya, lanjut Menag, seorang wanita nakal dinyatakan masuk surga setelah diampuni Allah karena berkat rasa iba dan sayang dalam hatinya, sehingga dia mau memberi minum seekor anjing yang kehausan.

“Rasa kebinatangan saja bisa mengantarkan seseorang ke dalam surga atau neraka, apalagi rasa kemanusiaan, sebagaimana yang diteladankan oleh Rasulullah,” tutur Menag.

Karena itu, melalui spirit Maulid Nabi, Menag mengajak semua umat muslim di tanah air membangkitkan kembali rasa kemanusiaan kita agar dapat beragama secara benar.

Menag menyerukan perlunya hati dan jiwa kita dibangkitkan dari keterpurukan dan kegelapan akibat keakuan dan keangkuhan. Ia mengingatkan, cinta dunia, cinta popularitas, kedudukan, gila hormat, sifat tamak, dan lainnya, itulah penyakit yang akan membutakan hati.

“Mari kita beragama dengan cinta kepada sesama, karena beragama tanpa cinta akan hampa tak bermakna. Sebaliknya, bercinta tanpa agama tak akan kekal bahagia,” seru Menag.

Dalam acara itu, uraian Hikmah Maulid Nabi Muhammad SAW 1440 H/2018 M dengan tema “Spirit Maulid Nabi Muhammad SAW, Menebar Cinta Menjalin Ukhuwah” disampaikan oleh Ulama Muda Nahdlatul Ulama Yogyakarta, K.H. Ahmad Muwafiq atau Gus Muwafiq.

Tampak hadir dalam kesempatan itu antara lain Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Mensesneg Pratikno, Panglima TNI Hadi Tjahjanto, para alim ulama, Duta Besar dan kepala perwakilan negara-negara sahabat. (DNA/GUN/ES)

Berita Terbaru