Sambutan Presiden Republik Indonesia pada Pengukuhan Hakim Mahkamah Agung Republik Indonesia di Mahkamah Agung, Provinsi DKI Jakarta Kamis, 12 Juni 2025
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita sekalian,
Syalom,
Salve,
Om swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.
Yang saya hormati dan yang saya banggakan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Prof. Dr. Sunarto, S.H., M.H.;
Wakil Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Bidang Non Yudisial Bapak H. Suharto, S.H., M.H., para Ketua Kamar Mahkamah Agung, para Hakim Agung, dan Hakim ad hoc Mahkamah Agung, seluruh jajaran Mahkamah Agung yang saya hormati dan saya banggakan;
Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia Saudara Sultan Baktiar Najamudin, Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Dr. Suhartoyo, Ketua Komisi Yudisial RI Prof. Amzulian Rifai, Ketua BPK RI Saudara Isma Yatun;
Menteri Hukum Saudara Supratman Andi Agtas, Menteri Sekretaris Negara Saudara Prasetyo Hadi, Sekretaris Kabinet Republik Indonesia Saudara Teddy Indra Wijaya;
Kapolri (Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia) Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo, Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto, Wakil Menteri Koordinator Politik dan Keamanan Letnan Jenderal TNI (Purn.) Lodewijk Freidrich Paulus;
Yang saya hormati para hakim, para undangan, rekan-rekan pers semuanya;
Dan, terutama para wisudawan dan wisudawati yang saya banggakan.
Pertama-tama, tentunya sebagai insan yang bertakwa marilah kita tidak henti-hentinya memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Mahakuasa, Mahabesar yang memiliki sekalian alam, atas segala karunia yang diberikan kepada kita, kita masih diberi Kesehatan, sehingga kita dapat berkumpul di tempat yang sangat terhormat ini, yaitu di Mahkamah Agung Republik Indonesia pada acara pengukuhan 1.451 hakim. Ini adalah suatu kehormatan besar bagi saya. Terima kasih atas undangan ini. Saya merasa penting dan merasa perlu untuk hadir di setiap acara yang diselenggarakan oleh setiap lembaga kehakiman, terutama Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, dan mahkamah-mahkamah lain.
Saudara-saudara sekalian,
Kita semua sedang ada dalam suatu usaha besar, yaitu kita sedang melaksanakan pembangunan negara. Pembangunan sebuah negara adalah perjalanan panjang ratusan tahun. Pembangunan suatu negara, suatu bangsa itu ternyata membutuhkan suatu elemen-elemen keberhasilan. Negara itu banyak, kalau tidak salah sekarang sudah mendekati 200 negara di dunia ini. Ada negara yang hanya 200 ribu orang punya negara, pulau-pulau kecil. Ada negara yang satu juta orang punya negara. Tidak banyak negara seperti kita, hampir 300 juta, 285 juta orang hari ini. Tiap tahun naik hampir 5 juta. Tidak banyak negara seperti kita. Dan, apalagi negara seperti kita itu negara yang terdiri dari ratusan kelompok etnis, agama-agama besar, ras-ras yang berbeda, bahasa-bahasa daerah, budaya yang berbeda-beda.
Saudara-saudara,
Kita sadar dari kita belajar sejarah bahwa tidak semua negara itu berhasil. Negara itu dalam sejarah manusia tergolong dua golongan besar, negara berhasil dan negara gagal – the failed state and a successful state, negara yang berhasil dan negara yang gagal, failed state. Sebuah negara yang gagal adalah negara yang tadi, tidak bisa memenuhi apa yang kita tentukan, pendiri-pendiri bangsa kita tentukan sebagai tujuan-tujuan nasional [yaitu] melindungi, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, menjaga ketertiban dunia. Kita tentukan, tetapi ini tujuan nasional banyak negara. Yang pertama adalah selalu melindungi – to protect), to protect the people, to protect the territory.
Saudara-saudara sekalian,
Unsur keberhasilan satu negara dari kita belajar sejarah, unsur yang sangat penting adalah terdapatnya suatu sistem hukum yang menjamin keadilan bagi seluruh rakyatnya, ini syarat negara berhasil. Negara yang tidak bisa memiliki sistem hukum yang menjamin keadilan, itu negara biasanya gagal. Sebuah negara akan mengalami tantangan, bisa saya katakan ancaman, apalagi negara yang kaya. Negara yang memiliki kekayaan dan sumber alam, kekayaan dan sumber alam itu menjadi rebutan oleh bangsa-bangsa lain. Karena apa? Karena manusia itu hidup untuk survive. Untuk hidup, manusia itu sering akan melakukan apa saja untuk survive.
Bangsa yang tidak punya air dia akan merebut air, dia akan perang. Kita lihat India dan Pakistan sekarang. India mengatakan akan menghentikan beberapa sungai. Pakistan mengatakan kalau perlu saya perang nuklir daripada saya mati pelan-pelan tidak minum, tidak bisa tanam makanan sekalian saja kita sama-sama mati, ini survive. Untuk makan demikian, bangsa yang tidak punya lahan subur akan merebut lahan subur. Demikian mineral yang berharga, demikian energi yang berharga, bangsa yang tidak punya akan merebut. Bangsa yang punya, negara yang punya sering digerogoti.
Jadi, negara yang tidak memiliki sistem hukum yang mampu memberi keadilan biasanya tidak stabil, bisanya akan terjadi huru-hara, bahkan perang, Saudara. Ini Pelajaran. Jadi, demikian pentingnya yudikatif. Makanya, negara modern dari ratusan tahun dikatakan terdiri dari tiga unsur – Trias Politica [yaitu] eksekutif, legislatif, yudikatif. Tidak bisa eksekutif hebat, legislatif tidak bagus, yudikatif tidak bagus. It cannot be done, tidak bisa itu. Ini sejarah ribuan tahun, Saudara-saudara. Jadi, saya sebagai sekarang saya mandataris, saya dipilih rakyat, saya sekarang memimpin eksekutif, saya sekarang bertanggung jawab. Saya sadar, kalau saya tidak didukung oleh yudikatif yang hebat, yang kuat, yang berintegritas, sangat sulit untuk saya melaksanakan tugas saya untuk rakyat.
Jadi, Saudara-saudara, saya terima kasih sama Ketua Mahkamah Agung. Ini kalau tidak salah dalam enam bulan saya sudah dua kali diundang ke sini, terima kasih. Dan, saya tidak mau panjang lebar kasih sambutan karena Saudara pasti sudah tahu ujungnya di mana, betul? Ini, pidato ini bagus banget ini.
Tapi intinya saya menegaskan betapa pentingnya para hakim. Anda adalah benteng terakhir keadilan. Orang miskin, orang kecil, hanya bisa berharap kepada hakim-hakim yang adil. Orang yang kuat, orang yang punya uang, banyak, dia bisa berbuat, dia bisa punya tim hukum yang luar biasa. Tetapi, orang kecil hanya tergantung sama hakim yang adil, hakim yang tidak bisa disogok, hakim yang tidak bisa dibeli, hakim yang cinta keadilan, hakim yang cinta rakyat.
Saya kira itu yang ingin saya sampaikan, Saudara-saudara. Rakyat Indonesia tergantung sama para hakim. Saya sebagai mandataris, saya sadar itu dan karena itu, saya perintahkan menteri-menteri saya, saya ingin naikkan gaji hakim di seluruh Indonesia. Cari uangnya. Enaknya jadi presiden itu tinggal perintah-perintah, yang pusing menteri-menteri, terutama Menteri Keuangan. Saya minta dinaikkan. Datang ke saya, “Segini Pak?”. [Kata Presiden] “Kurang.” Kalau perlu anggaran lain saya kurangi. Di sini ada Panglima TNI dan ada Kapolri, kalau perlu anggaran TNI dan Kapolri saya kurangi.
Percuma kita punya polisi yang hebat, tantara yang hebat. Si koruptor, si maling, si bajingan itu begitu ke pengadilan lolos. Kasihan ini anak buahmu, Kapolri. Jadi kita butuh hakim-hakim yang benar-benar tidak bisa digoyahkan, tidak bisa dibeli. Dan, begitu saya jadi presiden, saya kaget. Saya tanya “Gimana kondisi hakim?” [dijawab] “Pak, para hakim sudah 18 tahun tidak menerima kenaikan.” Delapan belas tahun, padahal hakim-hakim menangani triliunan.
Saya dapat laporan ada hakim yang masih kontrak, kontrak, tidak punya rumah dinas dan sebagainya, dan sebagainya. Perumahan sudah kita tertibkan, mudah-mudahan segera akan dilaksanakan. Kita besar-besaran akan melakukan pembangunan perumahan.
Dan, gaji, saya kira saya langsung saja ya. Sebetulnya masalah gaji itu adalah paragraf kelima, jadi masih ada satu, dua, tiga, empat paragraf lagi, tetapi sudahlah aku langsung saja deh. Intinya yang penting, yang penting pelaksanaannya, Pak.
Jadi, saya Prabowo Subianto, Presiden Republik Indonesia ke-8 hari ini mengumumkan bahwa gaji-gaji hakim akan dinaikkan demi kesejahteraan para hakim dengan tingkat kenaikan bervariasi sesuai golongan, di mana kenaikan yang tertinggi mencapai 280 persen. Golongan yang naik tertinggi adalah golongan yang paling junior, paling bawah. Tetapi, semua [gaji] hakim akan naik secara signifikan, secara signifikan. Saya monitor terus, dan semua pegawai lain sabar, sabar.
Saya sudah lihat angka-angkanya, negara kita kuat, negara kita makmur, negara kita kaya. Yang penting kekayaan itu harus kita jaga, harus kita kelola sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat Indonesia semuanya. Itu perintah Undang-Undang Dasar, dan Undang-Undang Dasar adalah sumber hukum kita yang tertinggi. Benar, Pak Ketua? Ya, saya benar.
Saya itu kalau masalah ilmu, saya cari yang menguasai ilmu paling tinggi. Kalau ilmu hukum, ya Hakim-hakim Agung. Jadi, kalau Hakim-hakim Agung itu sudah membenarkan, sudah ada fatwa saya enggak ragu-ragu.
Jadi, Presiden disumpah untuk melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Pak Ketua, benarkah? Kemudian, Presiden juga disumpah untuk menjalankan segala perundang-undangan yang berlaku di Republik Indonesia, benar? Saya tidak ragu-ragu, saya akan jalankan segala perundang-undangan di Indonesia.
Saudara-saudara sekalian,
Saya kira cukup sekian. Yang penting itu, kan?
Saudara-saudara,
Semua unsur lain sabar. Saya menganggap bahwa saya tidak keliru malah saya sebenarnya masih anggap ini kurang besar, tetapi sudahlah. Delapan belas tahun hakim tidak menerima [kenaikan gaji], 3 persen saja enggak terima, benar? Lima persen saja tidak terima, benar? Hari ini Presiden Prabowo Subianto ambil keputusan, naik yang paling junior 280 persen. Dan, itu, itu tidak memanjakan, itu tidak memanjakan, daripada uang negara dicuri oleh makhluk-makhluk yang enggak jelas itu. Berkali-kali saya kasih peringatan ya, tetapi mungkin orang Indonesia itu kalau enggak, kalau dikasih peringatan itu masih enggak mempan. Tetapi, sebentar lagi dengan hakim-hakim yang kuat, kita tegakkan hukum. Tegakkan hukum. Siapa pun melanggar hukum, siapa mau bikin macam-macam patuhi hukum untuk kepentingan kita semua, untuk kepentingan kita semua.
Saya menjaga supaya orang tidak dipermalukan, tetapi saya lihat banyak sekali mereka-mereka dikasih tanggung jawab oleh negara [tetapi] menipu negara, bohong, bohong kepada atasan, mencuri uang rakyat, menganggap seenaknya. Tetapi, jangan khawatir dengan yudikatif yang kuat, dengan penegak hukum yang kuat saya percaya Polisi akan bekerja dengan sebaik-baiknya, TNI mendukung, Kejaksaan semua bekerja, kita akan tertibkan negara ini. Kita akan bikin Indonesia berhasil, karena sistem hukumnya yang baik.
Yang lain normatif, menjaga muruah, profesionalisme, bla bla bla.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.