G20 dan Bahasa Dunia

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 3 Desember 2022
Kategori: Opini
Dibaca: 29.346 Kali

Oleh: Hardyanto *)

Banyak orang mengira G20 merupakan organisasi internasional yang memiliki angggota 20 negara atau negara bangsa (nation state). Menurut media sosial resmi Presidensi G20 Indonesia, G20 adalah “Forum kerja sama multilateral yang terdiri dari 19 negara utama dan Uni Eropa (UE)”.

Anggota lengkap G20 adalah Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brazil, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Korea Selatan, Meksiko, Prancis, Rusia, Tiongkok, Turki, dan Uni Eropa. Dengan demikian, kelompok mancanegara G20 bernama asli The Group of Twenty tersebut memiliki anggota forum kerja sama mulitilateral dari 19 negara dan 1 organisasi regional multinasional. Patut dicatat bahwa Italia, Jerman, dan Prancis adalah juga anggota Uni Eropa (yang memiliki anggota 27 negara).

Tahun ini Indonesia menjadi Presidensi G20 dan menyelenggarakan rangkaian pertemuan dengan puncaknya berupa Konferensi Tingkat Tinggi/KTT (Summit) G20 yang ke-17 di Bali pada 15-16 November 2022 lalu. Indonesia menerima tongkat estafet Presidensi G20 dari Italia tahun lalu dan pada KTT G20 Bali menyerahterimakannya kepada India yang akan menjadi Presidensi G20 tahun depan.

Sejatinya G20 tidak memiliki ketua, sekretariat, dan markas besar secara tetap. Hal-hal tersebut dilakukan oleh presidensi tahun lalu, presidensi tahun ini, dan presidensi tahun depan. Pola ini dikenal dengan istilah troika.

Sedangkan Jalur Kerja (Workstreams) G20 adalah Jalur Keuangan (Finance Track) dan Jalur Sherpa (Sherpa Track). Jalur Keuangan membahas secara fokus isu ekonomi dan keuangan yang pembahasannya dilakukan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral masing-masing negara anggota. Sedangkan Jalur Sherpa membahas masalah isu nonkeuangan yang lebih luas untuk membahas dan memberikan rekomendasi agenda dan prioritas G20. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-17 G20 (Bali Summit) atau The 17th G20 Leaders’ Summit dihadiri oleh para kepala pemerintahan (heads of governments) negara anggota serta Presiden Komisi Eropa dan Presiden Dewan Eropa dari Uni Eropa.

Data utama yang kerap digaungkan adalah bahwa G20 memiliki 80 persen PDB atau produk domestik bruto dunia (world’s Gross Domestic Product/GDP), 75 persen perdagangan internasional (international trade), dan 60 persen populasi dunia (world’s population).

Dari sisi bahasa, G20 bisa menambahkan data bahwa grup global tersebut memiliki 50 persen bahasa dunia (world’s languages). Menurut situs web Ethnologue, the Languages of the World, pada saat ini di dunia terdapat 7.151 bahasa yang masih hidup. Dari 10 negara yang memiliki bahasa terbanyak di dunia, 7 di antaranya anggota G20. Mereka adalah Indonesia (715 bahasa/peringkat 2), India (456/4), Amerika Serikat (337/5), Australia (317/6), Tiongkok (307/7), Meksiko (301/8), dan Brazil (238/10). Selain itu, Kanada memiliki sekitar 200 bahasa dan Uni Eropa sekitar 255 bahasa. Dengan demikian, secara keseluruhan G20 memiliki sekitar 3.600 bahasa atau 50 persen bahasa dunia lebih.

Pada situs web yang sama, Ethnologue melansir 200 bahasa yang paling banyak ditutur (most spoken languages). Dari 20 bahasa yang paling banyak ditutur di dunia, terdapat 10 negara anggota G20. Mereka adalah bahasa Inggris (1,5 miliar penutur/peringkat 1), bahasa Cina Mandarin (1,1/2) dan bahasa Cina Yue (85,6 juta/19), bahasa Hindi (602,2 juta/3), bahasa Prancis (274,1/5), bahasa Arab standar (274/6), bahasa Rusia (258,2/8), bahasa Indonesia (199/11), bahasa Jerman standar (134,6/12), bahasa Jepang (124,4/13), serta bahasa Turki (88,1/17).

Sementara itu, G20 memiliki lima anggota yang bahasa negara anggotanya menjadi bahasa resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa/PBB (United Nations official languages). Mereka adalah bahasa Arab (عربي), bahasa Cina (中文), bahasa Inggris (English), bahasa Prancis (Français), dan bahasa Rusia (Русский). Dari total enam, satu lagi bahasa resmi PBB adalah bahasa Spanyol (Español). Sebagai catatan, Spanyol yang juga anggota Uni Eropa bukan negara anggota G20, namun telah menjadi tamu tetap (permanent guest) dalam kegiatan G20.

Sebagai organisasi internasional yang menyelenggarakan rangkaian pertemuan sepanjang tahun, tentunya terdapat berbagai peristilahan atau kosakata. Jika kita membuka situs web resmi dan media sosial G20 dalam berbagai platform, maka kita akan menemukan ratusan istilah yang digunakan dalam pertemuan-pertemuan baik Jalur Keuangan maupun Jalur Sherpa serta KTT G20 dan kegiatan sampingan (side events) lainnya.

Tulisan ini hanya membahas tiga istilah yang sangat ikonik dalam G20. Ketiga istilah tersebut berasal dari rumpun bahasa dan subrumpun bahasa yang berbeda. Ketiga istilah dimaksud adalah summit, Sherpa, dan troika.

Istilah ikonik pertama adalah summit. Istilah summit berasal dari bahasa Inggris. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa bahasa Inggris berada dalam subrumpun bahasa Germanik pada rumpun bahasa Indo-European. Summit berarti “puncak”, “teratas”, khususnya “titik tertinggi”, dan seterusnya. Ia dapat juga diterjemahkan sebagai “suatu konferensi dengan kehadiran pejabat bertingkat paling tinggi”. Dalam konteks G20 di Indonesia, lema summit secara baku telah diterjemahkan sebagai “Konferensi Tingkat Tinggi” atau biasa disingkat dengan “KTT”.

Istilah kedua, Sherpa, berasal dari bahasa Nepal yang berada dalam subrumpun bahasa Tibeto-Burman pada rumpun bahasa Sino-Tibetan. Istilah Sherpa merupakan turunan dari kata “shar” (yang berarti “timur”) dan “pa” (yang berarti “orang”). Hal ini merujuk pada asal geografis kaum Sherpa yang sejatinya adalah salah satu suku bangsa Tibet yang hidup di dataran tinggi Nepal, Tibet, dan pegunungan Himalaya. Suku bangsa Sherpa adalah pendaki yang kuat, andal, dan berpengalaman. Mereka kerap menjadi pemandu para pendaki dari seluruh dunia untuk mendaki dan mencapai puncak pegunungan, khususnya Himalaya. Istilah Sherpa menjadi generik sebagai pemandu pendaki gunung di seluruh dunia. Dalam konteks G20, menurut media sosial Instagram Presidensi G20 Indonesia, istilah Sherpa yang diserap secara utuh sebagai “Sherpa” diartikan sebagai “istilah untuk pemandu di Nepal, menggambarkan bagaimana para Sherpa G20 membuka jalan menuju Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)”.

Istilah terakhir dalam G20 yang ikonik adalah troika. Istilah troika diambil dari bahasa Rusia troika (тройка). Bahasa Rusia berada dalam subrumpun bahasa Balto-Slavic pada rumpun bahasa Indo-European. Secara harfiah istilah troika dapat diterjemahkan sebagai “tiga serangkai”, “tiga kali lipat”, “bertiga”, dan seterusnya. Dalam konteks G20, troika yang juga diserap secara utuh sebagai “troika” diartikan sebagai “Presidensi tahun berjalan beserta presidensi sebelum dan presidensi selanjutnya”.

Presidensi G20  Indonesia ternyata memberikan banyak pengetahuan dan pelajaran serta dan menambah literasi baru. Selain data ekonomi dan sosial serta politik dan keamanan, terdapat pula pengetahuan budaya dan bahasa yang membuka cakrawala bahwa betapa kayanya wawasan G20 yang dapat terus dipelajari lebih lanjut.

Catatan: Bahan dan data diambil dan diolah dari berbagai sumber media cetak, elektronik, dan digital.

*) Penerjemah Pemerintah dalam KTT G20 Bali 2022/Penerjemah Ahli Madya pada Asisten Deputi Bidang Naskah dan Penerjemahan, Deputi Bidang Dukungan Kerja Kabinet, Sekretariat Kabinet

Opini Terbaru