Gempa di Pidie Jaya, Presiden Jokowi Perintahkan Teten Masduki Meluncur ke Aceh

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 7 Desember 2016
Kategori: Berita
Dibaca: 26.343 Kali
Sebuah bangunan yang rata dengan tanah setelah gempabumi tektonik mengguncang Pidie Jaya, Aceh, Rabu (7/12) pagi.

Sebuah bangunan yang rata dengan tanah setelah gempa bumi tektonik mengguncang Pidie Jaya, Aceh, Rabu (7/12) pagi.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku sudah menerima laporan mengenai adanya gempa bumi tektonik berkekuatan 6,4 skala Richter yang mengguncang wilayah Kabupaten Pidie Jaya, Aceh pada Rabu (7/12) pagi. Presiden memerintahkan seluruh aparat untuk bergerak sesuai dengan otoritas masing-masing membantu para korban gempa itu.

“Tadi pagi, saya sudah mendapatkan laporan, dan saya sudah perintahkan seluruh aparat untuk bergerak sesuai dengan otoritasnya. Sebentar lagi juga Kepala Staf Kepresidenan akan meluncur ke Aceh,” kata Presiden Jokowi kepada wartawan usai menghadiri acara Penyerahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017, di Istana Negara, Jakarta, Rabu (7/12) pagi.

Presiden berjanji akan mengikuti terus perkembangan dari penanganan korban gempa di Pidie Jaya itu, termasuk dengan mengirimkan langsung Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki ke Aceh untuk memantau langsung penanganan terhadap korban gempa.

Menurut Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa bumi terjadi pukul 05.03.36 WIB dengan kekuatan Magnitude 6,4 Skala Richter (SR). Pusat gempa bumi terletak pada 5,19 LU dan 96,36 BT, tepatnya di darat pada jarak 106 km arah tenggara Kota Banda Aceh pada kedalaman 15 km. Gempa tidak memicu tsunami.

Gempa ini mengakibatkan sejumlah bangunan roboh dan rusak berat, dan dipastikan ada korban jiwa, namun jumlahnya masih dalam pendataan.

Kirimkan Tagana

Sementara itu Kementerian Sosial bergerak cepat dengan mengerahkan Tagana untuk menyisir dan mengevakuasi korban meninggal maupun luka. Adapun untuk meringankan beban para korban gempa, telah diterjunkan pula dapur umum lapangan (dumlap).

“Pembentukan dapur umum ini sangat penting, karena para korban gempa di Aceh belum bisa melakukan aktivitas memasak. Untuk satu dumlap, bisa menyediakan hingga 1.000 porsi makanan,” kata Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam Adhy Karyono dalam siaran persnya pagi ini.

Adhy juga menyampaikan, bahwa untuk korban meninggal, akan diberikan santunan kematian sebesar Rp15 juta per orang. Sementara korban luka maksimum Rp5 juta per orang.

“Nanti kita lihat data terakhir dulu, yang jelas Kementerian Sosial telah menyiapkan segala sesuatunya. Saat ini kita fokus pada upaya tanggap darurat, menyisir korban dan penanganannya,” imbuh Adhy.

Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa sendiri menyampaikan rasa simpati kepada para korban gempa. Dirinya berharap agar seluruh keluarga para korban gempa bumi diberi kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi cobaan berat tersebut.

“Saya turut merasakan apa yang saudara-saudara kita di Aceh rasakan. Semoga tidak terjadi gempa susulan. Saya telah perintahkan tim segera gerak cepat,” kata Khofifah.

Mensos menegaskan, Pemerintah Daerah menjadi komandan untuk penanganan bencana. Sementara Kementerian Sosial mendukung dengan penyiapan logistik, jika kondisi sudah darurat dan tidak lagi mampu ditangani daerah.

Apabila dalam kondisi darurat, bupati/wali kota dapat mengeluarkan SK darurat, sehingga dapat dikeluarkan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) hingga 100 ton, gubernur dapat mengeluarkan hingga 200 ton, selebihnya jika CBP tersebut telah digunakan, maka di atas 200 ton dapat dikeluarkan oleh Mensos. (DND/RMI/ES)

 

Berita Terbaru