Gerhana Bulan Total, BMKG Minta Masyarakat Waspadai Pasang Maksimum dan Surut Minimum

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 30 Januari 2018
Kategori: Berita
Dibaca: 18.984 Kali
Kepala BMKG Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D, memberikan pernyataan kepada pers di kantor BMKG Pusat, Jakarta, Senin (29/1) kemarin.

Kepala BMKG Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D, memberikan pernyataan kepada pers di kantor BMKG Pusat, Jakarta, Senin (29/1) kemarin.

Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat agar mewaspadai terjadinya pasang maksimum hingga mencapai 1,5 meter dan surut minimum mencapai -100-110 cm yang terjadi pada saat Super Blue Blood Moon atau Supermoon yang bertepatan dengan Gerhana Bulan Total pada Rabu (31/1) besok.

“Meskipun fenomena ini merupakan fenomena langka, namun masyarakat harap mewaspadai tinggi pasang maksimum hingga mencapai 1,5 meter karena adanya gravitasi bulan dengan matahari,” kata Kepala BMKG Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D, di kantor BMKG Pusat, Jakarta, Senin (29/1) kemarin.

Fenomena Super Blue Blood Moon atau Supermoon ini pun, menurut Kepala BMKG, juga dapat mengakibatkan surut minimum mencapai -100-110 cm yang terjadi pada 30 Januari-1 Februari 2018 di Pesisir: Sumatra Utara, Sumatra Barat, Selatan Lampung, utara Jakarta, utara Jawa Tengah, utara Jawa Timur, dan Kalimantan Barat.

Dwikorita menegaskan bahwa tinggi pasang maksimum ini akan berdampak pada terganggunya transportasi di sekitar pelabuhan dan pesisir, aktivitas petani garam dan perikanan darat, serta kegiatan bongkar muat di Pelabuhan.

Fenomena Langka

Menurut Kepala BMKG Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., fenomena Super Blue Blood Moon atau Supermoon yang bertepatan dengan Gerhana Bulan Total, yaitu posisi matahari, bumi dan bulan berada pada satu garis lurus.

“Fenomena ini merupakan fenomena langka karena akan terulang lebih dari 100 tahun untuk di Amerika, sementara wilayah Indonesia 36 tahun (30-31 Desember 1982) sehingga masyarakat diharapkan melihat atau mengamati fenomena ini dan bukan dijadikan sesuatu yang menakutkan,” ujar Dwikorita.

Ia menyebutkan, keseluruhan proses gerhana dapat diamati di Samudra Pasifik serta bagian Timur Asia, Indonesia, Australia, dan bagian barat laut Amerika. Gerhana ini dapat diamati di bagian barat Asia, Samudra Hindia, bagian timur Afrika, dan bagian timur Eropa pada saat bulan terbit.

“Masyarakat dapat mengamati puncak Gerhana Bulan Total ini pada Pukul 20:29,8 WIB; 21:29,8 WITA; dan 22:29,8 WIT,” jelas Kepala BMKG itu.

Dwikorita menjelaskan, pengamatan ini dapat dilihat secara ideal dari daerah perbatasan mulai dari perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur hingga daerah yang berada di sebelah barat Sumatra, yaitu melintas di Samudra Hindia yang berada sebelah barat Sumatera yang merupakan zona bulan terbit saat fase gerhana penumbra berlangsung.

Selain itu, lokasi yang ideal untuk mengamati fenomena ini di Observatorium Boscha (Lembang), Pulau Seribu, Ancol, Taman Mini Indonesia Indah, Planetarium, Museum Fatahilah, Kampung Betawi, Satu Babakan, serta Bukit Tinggi.

Selain itu juga dilakukan pengamatan di 21 titik pengamatan hilal. Bahkan, di Makassar dan Jam Gadang Bukit Tinggi pun terdapat event nonton bersama Super Blue Blood Moon. (Humas BMKG/ES)

Berita Terbaru