Gunung Agung Kembali Erupsi Setinggi 1.500 Meter, Tapi Bali Tetap Aman

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 13 Februari 2018
Kategori: Nusantara
Dibaca: 5.855 Kali

Erupsi G. AgungGunung Agung yang kini statusnya turun dari Awas (level IV) menjadi Siaga (level III) pada Sabtu (10/2) lalu, kembali erupsi pada Selasa (13/2) pukul 11:49 WITA. Ketinggian  kolom asap dan abu mencapai sekitar 1.500 meter di atas puncak.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengutip laporan Pos Pengamatan Gunung Agung PVMBG di Rendang menyampaikan, asap kawah bertekanan sedang teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang dan tinggi 1.500 meter di atas puncak kawah, condong ke timur – timur laut.

“Erupsi berlangsung sesaat saja yaitu 140 detik. Tidak ada erupsi susulan. Status tetap Siaga dengan zona berbahaya adalah di dalam radius 4 kilometer dari puncak kawah,” kata Sutopo dalam siaran persnya siang ini.

Menurut Sutopo, hujan abu tipis terjadi Dusun Pandan Sari, Desa Dukuh, Kecamatan Kubu Kabupaten Karangasem. Aktivitas masyarakat berjalan dengan normal.

“Bali tetap aman. Tidak ada dampak merusak dan penerbangan dari erupsi tadi,” ujar Sutopo seraya menambahkan, namanya gunungapi status Siaga dapat berpotensi erupsi kapan saja. Tetapi dengan erupsi yang tidak besar.

Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB itu mengimbau masyarakat tetap tenang.  Tidak perlu khawatir Gunung Agung, yang berlokasi di Kabupaten Karangasem Bali itu akan meletus besar.

Menurut Sutopo, Gunung Agung selalu memberikan tanda-tanda alam jika akan meletus, yang ditangkap oleh instrumentasi yang ada di sekitar Gunung Agung.  “PVMBG telah memasang peralatan canggih di Gunung Agung sehingga dapat memberikan peringatan dini kepada masyarakat,” ujarnya.

Boleh Pulang

Hingga saat ini, jelas Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB itu, masih terdapat 15.445 jiwa yang mengungsi di 146 titik pengungsian.  Ia menyebutkan, sejak status Gunung Agung diturunkan menjadi Siaga pada Sabtu (10/2) lalu, semua pengungsi boleh pulang ke rumahnya, dan saat ini masih proses pemulangan pengungsi.

Mengenai warga yang belum kembali ke rumahnya, menurut Sutopo, karena ada beberapa alasan, di antaranya rusaknya jembatan, jalan, rumah, keterbatasan modal untuk memulai bekerja di lahan pertaniannya setelah ditinggal selama 5 bulan mengungsi.

“Selain itu, ada yang khawatir Gunung Agung meletus kembali seperti November 2017 pasca diturunkan status Siaga saat itu,” sambung Sutopo.

Menurut Sutopo, sebanyak 33 KK (132 jiwa) warga sekitar Gunung Agung dari Desa Adat Bukit Galah Dusun Sogra Desa Sebudi mengungsi di Dusun Tegeh Desa Amerta Bhuana Kecamatan Selat masih mengungsi  karena rusaknya jembatan.

“Mereka tidak dapat kembali ke rumahnya karena jalan satu-satunya menuju desanya rusak. Perlu perbaikan darurat agar warga dapat pulang ke rumahnya,” jelas Sutopo. (EN/ES)

Nusantara Terbaru