Hadapi Lonjakan Harga, Pemerintah Impor Bahan Pangan dan Gelar Operasi Pasar Besar-besaran

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 7 Juni 2016
Kategori: Berita
Dibaca: 23.560 Kali
Menteri Perdagangan Thomas Lembong memberikan keterangan pers (7/6). (Foto: Humas/Jay)

Menteri Perdagangan Thomas Lembong memberikan keterangan pers (7/6). (Foto: Humas/Jay)

Guna menekan harga daging sapi yang melonjak sampai Rp120.000/kg dan memenuhi arahan Presiden Joko Widodo agar harga di tingkat konsumen sebesar Rp80.000/kg, pemerintah sudah mengeluarkan izin impor daging sapi puluhan ribu ton, termasuk 10.000 ton kepada Bulog, yang sampai 6 Juni realisasinya sudah mencapai 1.800 ton. Selain itu ada penugasan kepada Berdikari 5.000 ton, namun realisasinya masih belum mulai.

“Kami juga ada kerja sama dengan PD Dharma Jaya, BUMD dari Pemda DKI dan tidak kalah penting dengan penugasan-penugasan kepada BUMN. Kami juga menerbitkan izin impor kepada pihak swasta, importir swasta daging sapi. Sejauh ini sejumlah 23.200 ton kira-kira,” kata Menteri Perdagangan (Mendag) Thomas Lembong kepada wartawan usai Sidang Kabinet Paripurna, di Istana Negara, Jakarta, Selasa (7/6) sore.

Dengan pemberian izin impor beribu-ribu ton daging sapi itu, Mendag meyakini akan bisa dengan pesat meningkatkan pasok daging sapi dalam minggu-minggu berikut.

Soal gula pasir, Mendag mengaku secara pribadi paling kecewa. Namun diakuinya kebetulan harga gula lagi tinggi di seluruh dunia. “Ini fenomena global, harga gula di Brazil, harga gula di Australia, di mana-mana lagi harga tinggi jadi tentunya punya dampak kepada harga gula di pasar domestik Indonesia,” terang Lembong.

Namun demikian, menurut Mendag, sampai kemarin, sejauh ini tahun ini pihaknya sudah melakukan penugasan kepada satu BUMN, yaitu PT PPI sebanyak 152 ribu ton yang sudah disalurkan ke pasar melalui mekanisme operasi pasar, dan penyalurannya sudah mencapai 102 ribu ton ke daerah-daerah termasuk Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jambi, Sumatera Utara, dan beberapa yang lain.

Di samping itu, lanjut Mendag, pemerintah telah memutuskan untuk menugaskan 2 BUMN lagi yaitu PTPN dan RNI untuk mengimpor gula mentah sebesar 381 ribu ton untuk diolah menjadi gula konsumsi. “Penyalurannya terus melalui mekanisme operasi pasar dengan tingkat harga Rp11.500-12.000 di titik lokasi yang harganya mengalami gejolak yang paling tinggi,” ujarnya.

Kemudian bawang merah, menurut Mendag, pemerintah sudah menentukan harga acuan di tingkat petani setinggi Rp15.000/kg dan harga acuan di tingkat konsumen ditentukan sekitar Rp25.000/kg.

“Pemerintah telah menerbitkan izin impor bawang merah sebesar 5.000 ton dan penugasan itu kepada Bulog. Bulog juga sudah menyerap kira-kira 1.000 ton bawang merah petani di beberapa sentra produksi,” ungkap Lembong.

Selain itu, pemerintah  juga menambah izin impor dan penugasan untuk impor bibit bawang karena kekhawatiran dengan gejolak harga bawang kemarin, bibit-bibit petani pun dilepas ke pasar.

“Kami memastikan bahwa setelah panen raya bulan Juli itu sudah gilirannya untuk tanam lagi, bibit itu sudah pasti tersedia. Jadi kesiapan bukan hanya untuk lebaran tapi juga pasca lebaran dan pasca panen raya bawang merah di bulan Juli,” papar Lembong.

Terkait komoditas beras medium yang paling banyak dikonsumsi masyarakat, menurut Mendag, HPP di tingkat petani masih Rp7.300/kg, sementara target di konsumen adalah Rp9.500/kg. Sesuai beberapa masukan operasi pasar harus diperbesar.

“Jadi khusus di bulan Ramadan, kami memperbesar operasi pasar yang biasanya sekitar 150.000 ton per bulan, ditingkatkan menjadi 390.000 ton per bulan,” jelas Lembong.

Menurut Mendag, niat pemerintah untuk melakukan operasi pasar ini sangat terbantu dengan cadangan stok beras di Bulog yang sangat mencukupi, yaitu 2,1-2,2 juta ton beras. Selain itu, lanjut Mendag, juga keputusan pemerintah tahun lalu untuk mengimpor 1,5 juta ton beras di kuartal IV/2015 dan kuartal I/2015, tentunya sangat membantu memperkuat stok beras di Bulog, sehingga sekarang memungkinkan untuk melakukan operasi pasar yang agak besar-besaran dalam rangka menurunkan harga beras di masyarakat. (FID/ES)

Berita Terbaru