Hadapi Situasi Ketidakpastian Global, Menko Perekonomian Optimis Fundamental Ekonomi Indonesia Lebih Baik dari Negara Lain

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 24 Juni 2024
Kategori: Berita
Dibaca: 1.028 Kali

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto menyampaikan keterangan pers usai mengikuti Sidang Kabinet Paripurna (SKP) mengenai Arahan Presiden dan Kondisi Perekonomian Terkini, Senin 24 Juni 2024, di Istana Negara Jakarta. (Foto: Humas Setkab/Rahmat)

 

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa perekonomian nasional saat ini masih berada di bawah tren jangka panjang dengan downside risk. Hal tersebut, imbuhnya, akibat berbagai risiko geopolitik, termasuk ketegangan di Timur Tengah, konflik Rusia-Ukraina, serta perseteruan antara Amerika Serikat dan China. Situasi ini menyebabkan penguatan dolar AS dan tingginya suku bunga di negara-negara maju, yang berdampak pada depresiasi nilai tukar mata uang, termasuk Rupiah.

“Ketidakpastian itu inflasi masih tinggi, suku bunga The Fed yang diperkirakan dipangkas ternyata tidak terjadi. Jadi eskalasinya terus meningkat, maka para investor larinya ke aset US Dollar dan emas. Tentu ada depresiasi nilai tukar di seluruh dunia, termasuk Rupiah, juga termasuk mata uang lain termasuk Jepang,” kata Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam keterangan persnya usai menghadiri Sidang Kabinet Paripurna, di kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (24/06/2024).

Meski demikian,imbuhnya, ada beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga, seperti Crude Palm Oil (CPO), nikel, tembaga di kisaran 5 sampai 15 persen yang diharapkan dapat menjadi mendongkrak nilai ekspor Indonesia. Selinitu, pada triwulan pertama tahun 2024, ekonomi Indonesia tumbuh di 5,11 persen dengan Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur menunjukkan kondisi ekspansi positif selama 33 bulan tetap di atas 50.

“Satu yang menjadi hal baik, yaitu daya saing Indonesia berdasarkan IMD [Institute for Management Development] dari 67 negara kita meloncat dari 34 ke 27. Salah satu adalah terkait dengan ekonomi domestik dari segi institusi pemerintahan, ini tentu akibat daripada Undang-Undang Cipta Kerja.”

Peningkatan ini dipengaruhi oleh Undang-Undang Cipta Kerja yang memperbaiki iklim investasi dan kemudahan dalam rekrutmen serta penyelesaian perselisihan perburuhan. “Kemudian juga di sektor eksternal, kita lihat capital outflow daripada portofolio akibat Amerika juga menerbitkan treasury bill dengan tingkat suku bunga yang tinggi,” imbuhnya.

Airlangga juga menyebutkan bahwa Presiden Joko Widodo telah mengarahkan agar restrukturisasi kredit akibat pandemi COVID-19 yang seharusnya jatuh tempo pada Maret 2024, diperpanjang hingga 2025 untuk mengurangi beban perbankan.

“Ini diusulkan ke OJK nanti melalui KSSK [Komite Stabilitas Sistem Keuangan] dan Gubernur BI untuk mundur sampai dengan 2025 karena ini akan mengurangi perbankan mencadangkan kerugian akibat kredit.”

Dari segi fundamental ekonomi, Indonesia relatif lebih baik dibandingkan negara lain, dengan tingkat suku bunga kebijakan bank sentral di 6,25 persen, inflasi di 2,84 persen, dan neraca transaksi berjalan 0,64 persen.

“Ini jauh lebih bagus dari berbagai negara termasuk Malaysia, Brazil. Demikian pula fiskal balance, kemudian foreign exchange reserves juga lebih baik.”

Presiden juga mengarahkan agar terus melakukan komunikasi dengan tim dari presiden terpilih terkait RAPBN 2025.

“Dan tadi disampaikan oleh Menteri Keuangan terkait dengan makro ekonomi yang dipersiapkan di dalam APBN di tahun 2025. Dari segi siklus, dari segi APBN itu sendiri tentunya masih dalam pembahasan dengan DPR dan diharapkan pembahasan DPR itu bisa diselesaikan dengan baik.”

Airlangga menjelaskan, dalam RAPBN 2025 pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi antara 5,1 hingga 5,5 persen dengan inflasi 1,5 hingga 3,5 persen. Pendapatan negara diharapkan mencapai 12,3 hingga 12,36 persen dari PDB, sementara belanja negara diproyeksikan antara 14,59 hingga 15,18 persen dari PDB dengan defisit anggaran antara 2,29 hingga 2,82 persen. Harga minyak dipertahankan di antara USD75-80 per barel, lifting minyak 580 sampai 605, dan lifting gas bumi 1.003 sampai 1.047 juta barel per hari.

“Dengan demikian kita berharap bahwa tingkat kemiskinan antara 7[persen] sampai 8 persen. Tingkat kemiskinan ekstrem mendekati 0 persen. Kemudian, pengangguran terbuka 4,5 [persen] sampai 5 persen. Ratio gini-nya 0,379 sampai 0,382. Dan indeks modal manusia 0,56,” pungkasnya. (FID/ABD)

Berita Terbaru