Hadiri Retreat, Presiden Jokowi Tekankan Keamanan ASEAN, Kerjasama Maritim, dan Terorisme
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri retreat atau rapat tertutup dengan sembilan pemimpin negara ASEAN lainnya pada hari kedua Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN Ke-28 dan KTT Terkait ASEAN Ke-29 di National Convention Center (NCC) Vientiane, Laos, Rabu (7/9) pagi.
Dalam kesempatan itu Presiden Jokowi mempresentasikan mengenai tantangan yang ada di kawasan. Presiden juga menyampaikan bahwa kita ini harus menjaga yang dinamakan rumah kita. Jangan sampai rumah kita menjadi tertantang karena berbagai tindakan aksi yang dilakukan oleh negara-negara lain, kata Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi dalam konperensi pers di NCC, Vientiane, Laos, Rabu (7/9) siang.
Diakui Presiden, kalau berbicara mengenai kawasan sebenarnya sudah ada mekanisme dialog dan juga arsitektur kawasan. Untuk mekanisme regional, Presiden menyampaikan, misalnya sudah ada ASEAN Plus Three, Eas Asia Summit (EAS), dan ASEAN Regional Forum (ARF). Sementara untuk konteks arsitektur regional sudah ada Treaty of Amity and Cooperation (TAC) dan EAS Bali Principal 2011.
Pertanyaannya adalah kenapa mekanisme ini, arsitektur kawasan ini belum sepenuhnya dapat menjamin adanya stabilitas dan keamanan di kawasan. Di sana-sini masih terlihat adanya beberapa potensi terjadinya konflik secara terbuka, kata Presiden Jokowi sebagaimana dikutip Menlu Retno Marsudi.
Oleh karena itu, menurut Menlu, Presiden menyarankan perlu dipikirkan adanya suatu arsitektur keamanan kawasan yang lebih kokoh.
??Indonesia sendiri, lanjut Menlu, sedang berusaha untuk melihat apa yang bisa dilakukan di dalam konteks arsitektur keamanan kawasan yang baru. ??Yang baru ini bukan berarti bahwa kita harus mulai dari awal lagi, karena semua dasar-dasar arsitektur kawasan kita sudah miliki, kata Menlu.
Kerja Sama Maritim
Presiden Jokowi juga mengingatkan mengenai pentingnya kerja sama maritim. Presiden mengingatkan, dalam EAS tahun lalu ada satu prioritas baru kerja sama maritim yang sudah diadopsi dalam EAS Statement. Presiden mengajak semua negara untuk mengimplementasikan kerja sama maritim di dalam konteks EAS ini.
Di dalam konteks maritim juga Presiden mengingatkan ada beberapa tantangan yang harus dihadapi misalnya masalah pencurian ikan, sengketa wilayah, penculikan dan perampokan bersenjata yang semuanya harus ditangani dengan kerja sama yang erat.
Di dalam konteks keamanan maritim ini, Presiden juga menyatakan atau menyampaikan mengenai masalah keamanan di perairan Sulu dan sekitarnya. Presiden mengatakan jangan sampai situasi yang ada saat ini yaitu adanya tantangan keamanan di perairan Sulu dan sekitarnya ini menjadi the new normal. Jangan sampai situasi seperti ini, sekali lagi, menjadi the new normal, jelas Menlu.
Poin lain yang disampaikan Presiden Jokowi dalam retreat adalah mengenai masalah perlunya upaya bersama untuk memerangi ekstrimisme dan terorisme.
Presiden mengatakan kita mendapatkan informasi-informasi mengenai kemungkinan adanya keinginan dari ISIS untuk memindahkan kegiatannya atau untuk meningkatkan kegiatannya di Asia Tenggara, ungkap Menlu seraya menyebutkan, informasi seperti ini harus secara cepat kita tanggapi dan tindaklanjuti secara bersama. (EN/ES)