Halalbihalal di Semarang, Presiden Jokowi Cerita Perjalanannya ke Nduga

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 23 Juli 2017
Kategori: Berita
Dibaca: 15.366 Kali
Presiden Joko Widodo menghadiri halal bihalal kebangsaan "Meneguhkan Bhinneka Tunggal Ika" di Sekolah Merah Putih Nasima, Semarang, Sabtu (22/7) malam. (Foto: Humas/Agung)

Presiden Joko Widodo menghadiri halalbihalal kebangsaan “Meneguhkan Bhinneka Tunggal Ika” di Sekolah Merah Putih Nasima, Semarang, Sabtu (22/7) malam. (Foto: Humas/Agung)

Presiden Joko Widodo menghadiri halalbihalal kebangsaan “Meneguhkan Bhinneka Tunggal Ika” di Sekolah Merah Putih Nasima, Semarang, Sabtu (22/7) malam.

Sekitar 1.500 orang undangan hadir dalam acara ini, diantaranya Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Ketua PWNU Jawa Tengah, Ketua MUI Jawa Tengah, perwakilan tokoh Muhammadiyah, dan perwakilan tokoh lintas agama di Jawa Tengah,  juga perwakilan siswa-siswi SMP dan SMA di Kota Semarang.
Perjalanan ke Nduga

Mengawali sambutannya, Presiden Joko Widodo mengucapkan selamat Hari Idulfitri 1438 H kepada hadirin, “Pertama-tama saya mengucapkan selamat hari raya Idulfitri 1438 H, mohon maaf lahir dan batin baik saya pribadi maupun dari Presiden.”

Presiden mengingatkan betapa bangsa kita ini adalah bangsa yang besar dengan  250 juta penduduk, dan pada saat bertemu dengan presiden, perdana menteri, maupun raja dari negara yang lain, bertemu dalam pertemuan-pertemuan, konferensi-konferensi, summit selalu ia sampaikan bahwa Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia.

Menurut Presiden, hal itu ia sampaikan agar menunjukkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar karena memiliki lebih 17.000 pulau, memiliki 714 suku, memiliki 1.100 bahasa lokal.

“Belum kekayaan seni budaya kita yang puluhan ribu banyaknya dan bermacam-macam, kesadaran seperti ini yang seperti ini harus kita punyai,” jelas Presiden.

Lebih lanjut, Presiden menekankan bahwa kebinekaan, kemajemukan, berbeda-beda suku yang ada ini adalah anugerah Allah, sudah menjadi kehendak Allah, dan sudah menjadi hukum Allah yang diberikan kepada bangsa Indonesia.

Presiden menceritakan tentang bagaimana dirinya bertemu dengan Raja Arab Saudi, Presiden Afghanistan, Presiden Turki, hingga Presiden Mesir, dimana para  pemimpin dan kepala negara tersebut begitu kagum atas besarnya keberagaman dan kemajemukan yang dimiliki oleh negara Indonesia.

“Kuncinya ada di mana? Saya sampaikan saat itu, kuncinya ada di Pancasila. Inilah dasar negara kita, ideologi bangsa kita yang harus kita jaga,” ungkap Presiden Jokowi.

Oleh sebab itu, Presiden mengingatkan kembali betapa negara ini adalah negara yang sangat besar, dengan keragaman, dengan Kebinekaan, dengan kemajemukan yang harus dijaga.

Presiden lantas menceritakan tentang perjalanannya ke Nduga, Papua, tahun lalu. Saat itu, Presiden bercerita bahwa permintaannya ditolak karena alasan jarak yang jauh dan segi keamanan oleh Panglima TNI dan Kapolri.

“Karena sudah diberi warning seperti itu saya sampaikan, kalau saya hanya jawab biasa pasti tetap enggak boleh, saya jawab saat itu, ‘Ini perintah saya ingin ke Nduga’. Saya kan panglima tertinggi, ” ujar Presiden.

Dalam kunjungan itu, Presiden mengungkapkan keterkejutannya atas kondisi daerah Nduga yang belum memiliki jalan apalagi jalan beraspal.

Ia mengatakan bahwa wilayah Indonesia, terutama Papua memerlukan perhatian semua pihak.

Belum lagi, lanjut Presiden, harga BBM yang mencapai 60-100 ribu. Oleh karena itu, Presiden memutuskan untuk membeli pesawat yang diperuntukkan menyalurkan BBM ke Papua sehingga sekarang di Papua Barat harga BBM sudah sama seperti di Pulau Jawa.

“Kalau tidak seperti itu nanti tidak Pancasilais kita, iya dong, itu adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” tegas Presiden.

Meskipun ada yang menyampaikan kepada dirinya kalau kebijakan itu menyebabkan subsidinya per tahun Rp800 miliar, Presiden Jokowi tetap memutuskan harga BBM di Nduga tetap satu harga dengan di daerah lain.

“Lha wong dulu subsidi Rp300 triliun juga enggak apa-apa, masa ini subsidi 800 miliar dimarahin. Ya saya jawab gitu aja, gampang,” ujar Presiden Jokowi.

Mengakhiri sambutannya, Presiden menegaskan kembali tentang keberagaman dan kemajemukan. Ia meyakini, semangat kebangsan kita, semangat kebangsaan Indonesia bisa akan terus terjaga. Indonesia, menurut Presiden, bisa menjadi bangsa yang tangguh, bangsa yang rukun, bangsa yang menjaga keharmonisan, bangsa damai, dan bangsa yang menjadi panutan bangsa-bangsa lain di dunia dalam mengelola keragaman dan kemajemukan.

Dalam kesempatan ini, sebelum menuju ke Bandara Ahmad Yani untuk melanjutkan Kunjungan Kerja ke Provinsi Riau, Presiden menyempatkan foto bersama para siswa-siswi yang hadir dan membagikan buku tulis. (FID/AGG/ES)

Berita Terbaru