Hanya Fitnah, Presiden Jokowi: Jangan Percaya Isu Banjirnya Tenaga Kerja Asal Tiongkok

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 27 Desember 2016
Kategori: Berita
Dibaca: 34.373 Kali
image

Presiden Jokowi menjawab pertanyaan wartawan usai meresmikan PLTP Lahendong Unit 5 dan 6 serta PLTP Ulubelu Unit 3 Lampung di Tampaso, Minahasa, Selasa (27/12) siang. (Foto: BPMI)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali menegaskan, bahwa hanya ada 21.000 tenaga kerja asal Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Karena itu, Presiden menilai isu bahwa Indonesia kebanjiran tenaga asing ilegal terutama dari Tiongkok adalah fitnah yang tidak boleh dipercaya begitu saja.

“Saya ingin ingatkan sekali lagi, jangan ada yang percaya dengan sebaran fitnah, dengan tenaga kerja dan investasi yang dibilang sebagai ancaman, kebanjiran tenaga kerja, perlu saya sampaikan tidak,” kata Presiden Jokowi saat meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) Lahendong Unit 5 dan 6 serta PLTP Ulubelu Unit 3 Lampung yang acara peresmiannya digelar di Tampaso, Minahasa, Selasa (27/12) siang.

Ditegaskan Presiden, sesuai informasi yang diterimanya hanya ada 21.000 tenaga kerja asal Tiongkok yang sekarang bekerja di Indonesia. Itupun keluar dan masuk karena banyak hal-hal yang di Indonesia belum siap yang harus dipasang. Tetapi kalau sudah siap, Presiden meyakinkan akan memakai tenaga kerja sendiri.

Presiden mencontohkan seperti halnya di PLTP Lahendong Unit 5 dan 6 serta di PLTP Ulubelu Lampung Unit 3, tenaga kerja asing hanya datang sebentar pada awal-awal proyek dioperasikan.

Selanjutnya para pekerja asing tersebut akan membantu mempersiapkan, melakukan setting awal, dan menyiapkan sampai terjadi transfer ilmu pengetahuan dan teknologi kepada tenaga kerja di Tanah Air.

“Setelah itu mereka pulang, karena mereka juga lebih senang bekerja di negara sendiri. Dipikir kerja di sini mereka senang? Mereka senang di negara mereka sendiri dekat dengan keluarga dan gaji di sana lebih tinggi,” ungkap Presiden.

Menurut Presiden, isu yang beredar soal tenaga kerja asing ke Indonesia tidak logis karena upah bekerja di Indonesia yang masih rata-rata Rp1,5-3 juta rupiah. Sedangkan di Tiongkok sendiri sudah di atas Rp5 juta.

“Mereka ada di sini tapi di awal-awal dalam sebuah proyek karena kita belum tahu teknologinya, pengalamannya mengenai itu juga belum ada dan ujungnya yang dapat manfaatnya misalnya di PLTP Lahendong dan Ulubelu adalah masyarakat, adalah kita,” tutur Presiden.

PLTP Lahendong Unit 5 dan 6 yang diresmikan oleh Presiden Jokowi berdiri di Desa Tonsewer, Kecamatan Tompaso Barat, Minahasa. Kedua PLTP berkapasitas masing-masing 20 Megawatt (MW) ini dikelola sepenuhnya PT Pertamina Geothermal Energy (PGE). Hasil produksi listrik dari pembangkit Pertamina ini yang nantinya dibeli PLN sebagai ‘pemegang hak niaga’ listrik di Nusantara. (BPMI/ES)

Berita Terbaru