Hari Bela Negara, Presiden Jokowi: Bila Kita Lengah, Maka Indonesia Akan Tergulung Perubahan

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 19 Desember 2015
Kategori: Berita
Dibaca: 29.884 Kali

BelaPresiden Joko Widodo (Jokowi) mengemukakan, saat ini, sebagai bangsa yang besar, kita menghadapi dinamika konstelasi geopolitik-ekonomi dunia yang berubah pasca perang dingin. Gelombang perdagangan bebas dan tekanan integrasi ekonomi regional akan semakin besar dalam beberapa tahun ke depan.

Presiden memperkirakan, persaingan ekonomi  antar negara diperkirakan akan terus meningkat di tahun-tahun mendatang, terutama dalam hal penguasaan akses sumberdaya maritim, energi dan pangan.

“Inilah tantangan konkrit yang kita harus hadapi bersama. Apabila kita lengah maka bangsa Indonesia akan tertinggal dan tergulung oleh perubahan ekonomi dan politik dunia tersebut,” kata Presiden Jokowi dalam amanat tertulis pada Hari Bela Negara 2015, yang diperingati di sejumlah wilayah di tanah air, dan di tingkat nasional dilaksanakan di Lapangan Silang Monas, Jakarta, Sabtu (19/12) pagi.

Selain perubahan ekonomi dan politik, menurut Presiden Jokowi, kita juga sedang menghadapi ancaman keamanan dari kejahatan kemanusiaan yang bersifat trans nasional. Ia mengingatkan, radikalisme dan terorisme telah menjadi ancaman nyata bagi keamanan dan perdamaian dunia.

Selain itu, banyak anak-anak kita yang terjebak dalam ketergantungan pada narkotika, karena negara kita telah menjadi pasar bagi sindikat internasional. “Banyak warga negara kita yang juga masuk dalam jaringan perdagangan manusia yang tidak ber Peri kemanusiaan,” ungkap Presiden Jokowi.

Sementara di dalam negeri, lanjut Presiden, kita juga harus menghadapi tantangan kemiskinan, keterbelakangan dan ketimpangan.

Presiden menjelaskan, belum semua warga bangsa bisa mendapatkan pelayanan kesehatan, memperoleh pendidikan yang layak, mendapatkan fasilitas air bersih, menikmati listrik di rumah-rumah mereka dan juga bebas dari keterisolasian.” Semua itu, tantangan nyata yang harus kita hadapi bersama,” ujarnya.

Kepala Negara juga mengingatkan adanya tantangan yang lain, yaitu mengelola kemajemukan. Menurut Kepala Negara, kemajemukan bisa menjadi kekuatan yang maha dahsyat jika kita mampu menjaganya dengan baik.

Ia menyebutkan, banyak contoh yang bisa kita lihat, bagaimana suatu bangsa  harus menghadapi takdir sejarahnya menjadi terpecah-belah, tercerai-berai karena tidak mampu menjaga kemajemukan.

Semangat Bela Negara

Presiden Jokowi mengajak seluruh rakyat Indonesia  untuk belajar dari sejarah  perjuangan bangsa. Ia menyebutkan, sejarah mencatat bahwa Republik Indonesia bisa berdiri tegak sebagai negara bangsa yang berdaulat tidak lepas dari semangat bela negara dari seluruh kekuatan rakyat, mulai dari prajurit TNI, petani, pedagang kecil, nelayan,  ulama, santri dan elemen rakyat yang lain.

“Mereka telah berjuang, mengorbankan jiwa raganya  untuk membela tanah airnya dari para penjajah,” kata Presiden Jokowi seraya menambahkan, sejarah juga menunjukkan kepada kita semua bahwa membela negara tidak hanya dilakukan dengan kekuatan senjata, akan tetapi juga dilakukan oleh setiap warganegara dengan  kesadarannya untuk membela negara melakukan upaya-upaya politik maupun  diplomasi.

Menurut Presiden, tantangan dan ancaman yang dihadapi bangsa adalah panggilan bagi kita semua untuk bela negara. Presiden berharap, semua anak bangsa harus tergerak dan bergerak  untuk bela negara sesuai dengan ladang pengabdiannya masing-masing.

Panggilan untuk bela negara bisa dilakukan oleh seorang guru, seorang bidan, tenaga kesehatan, petani, buruh, profesional, pegawai negeri sipil, pedagang, serta profesi lainnya,” tutur Presiden Jokowi seraya menyebutkan, bela negara bisa dilakukan melalui pengabdian profesi di berbagai bidang kehidupan masing-masing. (ES)

 

Berita Terbaru