Hari Cinta Satwa dan Puspa, Pemerintah Ajak Masyarakat Lestarikan Penyu Sisik
Pemerintah mengajak masyarakat untuk menjaga dan melestarikan Penyu Sisik (Eretmochelys imbricate) dari kepunahan di habitat aslinya di alam Indonesia. Untuk menggugah peran serta masyarakat, pemerintah menetapkan Penyu Sisik (Eretmochelys imbricate) sebagai salah satu ikon pada Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN), Rabu (5/11) ini.
Bersama Penyu Sisik (Eretmochelys imbricate) , pemerintah juga menetapkan Umbi Takka (Tacca leontopetaloides) sebagai ikon. Tema HCPSN 2014 adalah Keanekaragaman Puspa dan Satwa Pesisir dan Laut untuk Ketahanan Pangan dan Pembangunan yang Berkelanjutan.
Tema tersebut mencerminkan ajakan untuk perlindungan puspa dan satwa Indonesia sebagai negara maritim yang besar terutama di pesisir dan laut sebagai sumber ketahanan pangan demi terwujudnya pembangunan berkelanjutan.
Deputi Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup Bidang Perlindungan Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim, Ir. Arief Yuwono, MA mengajak segenap masyarakat Indonesia untuk turut mendukung perlindungan puspa dan satwa nasional dari kepunahan di habitat aslinya akibat eksploitasi hutan dan lahan yang berlebihan, kerusakan lingkungan, perdagangan liar, perburuan dan penyelundupan puspa dan satwa endemik Indonesia ke negara lain.
Dengan melestarikan kekayaan puspa dan satwa nasional berarti juga mempertahankan peradaban bangsa, kata Arief dalam siaran persnya, kemarin.
Menurut Arief Yuwono, Indonesia memerlukan gerakan nasional menyadarkan seluruh komponen masyarakat bahwa ekosistem dan keanekaragaman hayati adalah aset bangsa yang dapat menopang sendi kehidupan, penghidupan bangsa secara adil serta keberlanjutan bangsa Indonesia.
Ia menyebutkan, Puspa dan Satwa Indonesia merupakan aset keanekaragaman hayati yang penting memberikan kontribusi 40% ekonomi dunia. Sebanyak 80% kebutuhan masyarakat miskin berasal dari biodiversity yang dapat dimanfaatkan secara tradisional untuk pangan, pakaian, energi, peralatan dan lain sebagainya. Sektor pertanian dan sektor kedokteran sangat mengandalkan aset keaneragaman hayati sekitar 20.000 spesies tanaman dimanfaatkan untuk obat-obatan, ujarnya.
Adapun Ketua Panitia HCPSN 2014 Bob Soelaiman Effendi mengatakan peringatan HCPSN 2014 merupakan momen yang tepat untuk penyadaran tentang pentingnya pelestarian dan pemanfaatan keanekaragaman hayati secara adil, merata dan berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat.
Untuk menjaga keamanan pemanfaatan keanekaragaman hayati, menurut Soelaiman, Indonesia berkepentingan untuk meratifikasi Protokol Nagoya pada 11 April 2013 melalui Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2013 tentang Pengesahan Protokol Nagoya.
Gerakan Nasional Konservasi Ekosistem dan Keanekaragaman Hayati yang diinisiatif oleh Panitia Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional 2014 akan mengawal berbagai pihak dalam bentuk gerakan sosial, budaya dan moral menuju percepatan perwujudan konservasi yang dicirikan dengan keseimbangan ekonomi dengan mendahulukan kepentingan lingkungan, kata Bob Soelaiman Effendi.
Peringatan HCPSN tahun 2014 ini melibatkan berbagai acara menarik sebagai gerakan masyarakat antara lain yaitu:
* Lomba Foto Satwa Nasional 2014 oleh Taman Safari Indonesia;
* Pelatihan dan pengenalan satwa oleh Sahabat Satwa Ragunan;
* Penananman mangrove oleh Kwarnas Pramuka;
* Pemuliaan Burung Tekukur oleh Taman Mini Indonesia Indah;
* Marine Camp, Workshop ordnatum, Sahabat Bakau oleh Yayasan Garuda Indonesia;
* MoU Pemkab Wakatobi LIPI untuk pembangunan Kebun Raya Kehati Wakatobi, pelepasan tukik (anak penyu) dan Pelantikan Pimpinan SAKA Kalpataru Sulawesi Tenggara;
* Deklarasi Save Borneo, pencanangan Kawasan Hutan Manggrove Tarakan ke II, Seminar Save Borneo dan Pelantikan Pimpinan SAKA Kalpataru Kalimantan Utara di Tarakan; dan
* Peluncuran Buku Replika Hutan Tropis Ekoregion Jawa-Bali di Ecopark Cibinong Science Center.
(Humas Kementerian Kehutanan dan LH/ES