Hari Ulang Tahun ke-79 Pertambangan dan Energi di Grand Ballroom Hotel Kempinski, Provinsi DKI Jakarta, 10 Oktober 2024
Sambutan Presiden Joko Widodo pada Hari Ulang Tahun ke-79 Pertambangan dan Energi, 10 Oktober 2024
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat malam,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Om swastiastu,
Namo buddhaya,
Salam Kebajikan.
Yang saya hormati Menteri ESDM Bapak Bahlil Lahadalia, beserta Ibu;
Yang saya hormati Menteri ESDM terdahulu Pak Ignasius Jonan, Pak Arcandra Tahar, juga Pak Susilo Siswoutomo Pak Wakil Menteri;
Yang saya hormati para pemangku kepentingan ESDM, para penerima Penghargaan Subroto, para pejabat dan seluruh pegawai Kementerian ESDM, para CEO, pengusaha, tamu undangan yang berbahagia.
Pertama-tama, saya mengucapkan selamat ulang tahun, selamat Hari Jadi Ke-79 Pertambangan dan Energi, utamanya bagi keluarga besar Kementerian ESDM dan sektor ESDM.
Sektor ESDM merupakan sektor yang sangat strategis dan memiliki potensi yang sangat besar, sektor yang memberikan multiplier effect yang besar bagi perekonomian nasional. Kita tahu dari 2014 sampai hari ini di PNBP yang diterima oleh negara dari ESDM, berarti sepuluh tahun, besar sekali kurang lebih Rp1.800 triliun. Kalau melihat dua tahun yang lalu 2022 itu Rp348 triliun, kemudian di tahun 2023 itu Rp229 triliun. Per tahunnya juga sangat besar sekali.
Oleh sebab itu, Pak Menteri ini bolak-balik mendorong saya, menanyakan ke saya enggak sekali-dua kali. Saya akan tanda tangan kalau barang itu sampai di meja saya. Sampai malam ini belum, belum sampai di meja saya, tetapi memang sudah sedikit lagi. Jadi begitu sampai di meja saya akan saya tanda tangani yang namanya tunjangan tadi.
Saya sebetulnya bisa saja ngomong sudah saya tanda tangani. Tapi saya enggak mau, memang belum ya saya harus ngomong apa adanya, belum saya tanda tangani dan belum sampai di meja saya. Dan memang Pak Menteri ESDM ini sangat lincah sekali, barangnya ada di sini didorong, sudah masuk ke sini dorong, ke sini didorong, dan selalu menanyakan kepada saya, “sudah, Pak?” Saya belum tanda tangan ya saya jawab belum. Tadi siang saja ketemu, “sudah, Pak?” Belum. Ya memang belum. Jadi kalau saya jawab, bohong namanya.
Kemudian yang pertama yang ingin saya sampaikan, bahwa nilai tambah di sektor ESDM ini sangat penting sekali, karena nilainya sangat besar sekali. Nilai tambah harus ada di dalam negeri, added value harus ada di dalam negeri, bukan mentahan yang kita kirim, raw material yang kita kirim, kemudian yang menikmati negara-negara lain, enggak bisa seperti itu, enggak bisa lagi seperti itu. Kesempatan kerja malah tercipta di sana, keuntungan malah mereka yang menikmati. Ndak bisa, kita sudah 400 tahun lebih mengirim barang-barang mentah kita, bahan-bahan mentah kita, raw material kita ke luar negeri. Yang kaya mereka, yang menjadi negara maju mereka, kita tidak bisa melompat. Inilah yang sering saya sampaikan, pentingnya hilirisasi/industrial downstreaming, penting sekali. Jangan ada yang mundur untuk satu masalah ini dengan alasan apapun.
Bayangkan seperti Freeport, setahun mengelola 3 juta konsentrat tembaga, sudah 50 tahun lebih mereka mengolah itu. Smelternya ada di mana? Tidak di dalam negeri. Itu yang gede sekali. Amman, 900 ribu ton konsentrat tembaga yang sekian tahun juga diolah di luar.
Oleh sebab itu, saya memberikan apresiasi, sangat menghargai upaya keras Kementerian ESDM beserta seluruh jajaran yang sampai hari ini kita telah memiliki smelter lebih dari 108. Dan itu adalah buah kerja keras Bapak-Ibu sekalian, konsisten, berani untuk mengatakan tidak, harus dibangun di sini smelternya, dibangun di sini industrinya beserta turunan-turunannya. Memang ini baru masuk ke smelter sehingga industri turunan itu juga harus didorong. Freeport jadi, nanti industri turunan ke sini semua harus berada di sekitar lokasi industri smelter yang dimiliki oleh Freeport, baik itu copper foil, dan lain-lainnya, semuanya. Nikel juga sama, harus sampai ke turunan sebanyak-banyaknya, karena nilai tambah ada di situ.
Kita sudah berapa ratus tahun mengekspor bahan mentah. Bayangkan untuk nikel saja, waktu kita mengekspor dalam bentuk bahan mentah USD2,9 billion per tahun mentahan, raw material. Begitu setop 2020, kemudian masuk ke industri turunan, 2023 USD34,4 billion, lompatannya bayangkan. Melompatnya berapa kali, dari Rp40 triliun ke 34 [USD34 billion], berarti kurang lebih Rp500-an triliun lebih. Lompatannya besar sekali.
Banyak yang bertanya pada saya, “Pak, itu yang untungkan perusahaan”. Jangan keliru, negara itu pendapatan, penerimaan, income dari situ banyak sekali, baik dalam bentuk pajak badan, PPh 21, dari royalti, kalau kita ikut saham di situ seperti Freeport, kita dapat dividen, ada pajak daerah, ada PBB, ada PNBP, besar sekali. Ini kalau semua masuk ke industri, masuk ke industri-industri turunan akan melompat penerimaan negara. Dan itu semuanya bisa kita pakai untuk membangun jalan desa, membangun jalan tol, membangun pelabuhan baru, membangun airport baru, untuk subsidi, untuk bansos rakyat kita. Jadi kalau sudah nikel, tembaga, bauksit, timah, emas, semuanya didorong, termasuk batu bara didorong untuk bisa masuk ke DME dan lain-lainnya, ini akan memberikan nilai tambah yang sangat besar sekali.
Yang kedua, yang pertama hilirisasi, yang kedua saya titip yang berkaitan dengan lifting minyak harus naik. Dengan cara apapun harus naik. Sumur-sumur yang kita miliki produktifkan. Karena begitu produksi turun, uang yang dikeluarkan kita besar sekali. Saya baru tadi siang juga menerima Menteri Keuangan, “Pak, ini lifting minyak kita ini tidak boleh dibiarkan turun terus seperti ini”. Karena kalau kita hitung kelihatannya hanya kecil turun 100, turun 50. Tapi kalau dihitung ke uang, berarti impor kita, impor minyak, impor gas kita, itu ratusan triliun yang harus kita keluarkan. Artinya devisa kita hilang. Entah itu dikerjain sendiri, entah itu dikerjain BUMN, entah itu dikerjain Pertamina, entah itu dikerjain dengan kerja sama dengan sektor swasta, entah itu dikerjain dengan perusahaan asing, semuanya dilakukan. Jangan sampai lifting minyak kita kita biarkan turun seberapapun , seliter pun enggak boleh, harus naik, setiap tahun harus naik.
Yang ketiga, yang berkaitan dengan regulasi ini juga hati-hati. Semua yang berkaitan hal yang memakan waktu lama, berputar-putar dari meja satu, ke meja dua, ke meja tiga, ke meja empat, ke meja lima, harus mulai disederhanakan, mulai disimpelkan Pak Menteri, agar sekali lagi, investasi datang ke negara kita, kesempatan kerja terbuka, kemudian eksplorasi bisa semuanya ikut, dan akhirnya tadi kembali ke lifting minyak dan gas kita menjadi naik.
Tanpa penyederhanaan izin, tanpa membuat simpel regulasi yang kita miliki, sangat sulit kita bersaing, berkompetisi dengan negara-negara lain. Karena sekali lagi, ini saya sampaikan, ke depan negara yang cepat akan mengalahkan negara yang lambat, bukan negara besar mengalahkan negara kecil, bukan negara kaya mengalahkan negara berkembang, tapi negara yang cepat akan mengalahkan negara yang lambat. Negara yang cepat akan mengalahkan negara lambat.
Saya rasa itu yang ingin saya sampaikan dalam kesempatan yang baik ini. Sekali lagi, Selamat Ulang Tahun ke-79 Pertambangan dan Energi.
Selamat malam.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.