Hasil Program Santripreneur, Ponpes Sunan Drajat Produksi 4.000 Sandal Jepit

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 24 Mei 2018
Kategori: Nusantara
Dibaca: 5.537 Kali
Menperin meninjau produksi sepatu (Foto: Humas Kemenperin)

Menperin meninjau produksi sepatu (Foto: Humas Kemenperin)

Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah menjalankan program Santripreneur melalui pelatihan produksi alas kaki di Pondok Pesantren (Ponpes) Sunan Drajat, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur pada tahun 2017. Hasilnya, unit industri alas kaki di Ponpes tersebut, kini mampu menghasilkan lebih dari 4000 pasang sandal jepit spon per bulan.

“Melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM), kami telah melatih sebanyak 20 santri Ponpes Sunan Drajat untuk pembuatan alas kaki jenis sandal jepit spon,” kata Dirjen IKM Kemenperin Gati Wibawaningsih di Jakarta, Kamis (24/5).

Gati mengungkapkan, selama delapan hari pelatihan yang dilaksanakan tahun lalu, para santri telah membuat sekitar 200 pasang sandal jepit spon. “Kami terus mendorong mereka untuk meningkatkan produktivitasnya. Bahan baku diperoleh dari Surabaya, dan saat ini sandal jepit mereka telah berhasil dipasarkan ke Bojonegoro, Gresik, Lamongan, Tuban, dan sekitarnya,” tuturnya.

Ponpes Sunan Drajat memiliki 12 ribu orang santri dan 1.041 orang tenaga pendidik. Ponpes ini mampu mandiri dalam memenuhi kebutuhan operasionalnya dengan memiliki beberapa unit usaha industri, di antaranya produksi air minum dalam kemasan (AMDK), minuman ringan (jus mengkudu), kemiri sunan, garam samudra, dan pupuk.

“Guna menumbuhkan wirausaha industri baru dan pengembangan sektor IKM di lingkungan ponpes, kami meluncurkan program Santripreneur melalui pelaksanaan bimbingan teknis berupa pelatihan pengolahan ikan, revitalisasi industri garam SNI, industri alas kaki, dan pelatihan pembuatan lampu Light Emitting Diode (LED),” papar Gati.

Santripreneur juga bertujuan meningkatkan kompetensi sumber daya manusia (SDM) bertalenta di lingkungan ponpes, sehingga menjadi bekal para santi untuk belajar mandiri dan berwirausaha sebelum terjun ke masyarakat. “Mereka bisa menjadi agen pengembangan dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat,” imbuhnya.

Gati menyebutkan, pada tahun 2018, Ditjen IKM Kemenperin telah melakukan kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Pengembangan Produk IKM Makanan Ringan di Pondok Muhammadiyah Hajjah Nuriyah Shabran Surakarta, Bimtek IKM Pengelasan di Muhammadiyah Boarding School Yogyakarta, dan Bimtek Pengolahan Limbah Plastik di Ponpes Hidayatul Mubtadiin Lirboyo.

Selanjutnya, Bimtek Penumbuhan Wirausaha Baru IKM Busana Muslim di Ponpes Al-Quran Al Falah Bandung, Bimtek Perbengkelan Roda Dua di Ponpes Suryalaya Tasikmalaya, Bimtek Pengembangan Unit Usaha Pengolahan Roti di Ponpes Fathiyyah Al Idrisiyyah Tasikmalaya, Bimtek IKM Perbengkelan Roda Dua di Ponpes Buntet Cirebon.

Juga dilaksanakan Bimtek Pengembangan Unit Usaha Kopi di Ponpes Al Ittifaq Bandung dan Bimtek Pupuk Organik Cair di Ponpes Saung Balong, Majalengka. “Program pelatihan Bimtek tersebut dilaksanakan guna menciptakan SDM yang kompeten dan profesional sesuai kebutuhan industri dalam mendukung kemandirian ekonomi nasional,” ujar Gati.

Selain menjalankan program pelatihan, Kemenperin pun telah memfasilitasi pemberian alat dan mesin produksi industri kepada beberapa ponpes. Misalnya, pemberian mesin dan peralatan produksi roti untuk Ponpes Muhammadiyah Hj. Nuriyah Shabran di Surakarta. (Biro Humas Kemenperin/EN)

Nusantara Terbaru