Indonesia Berharap Jepang Tanam Investasi di Pelabuhan, Bandara, Atau Galangan Kapal

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 23 Maret 2015
Kategori: Berita
Dibaca: 25.188 Kali
Kepala BKPM Franky Sibarani menandatangani MoU dengan Wakil Jetro, disaksikan Menko Perekonomian Sofyan Djalil dan Menlu Retno Marsudi, di Tokyo, Jepang, Senin (23/3)

Kepala BKPM Franky Sibarani menandatangani MoU dengan Wakil Jetro, disaksikan Menko Perekonomian Sofyan Djalil dan Menlu Retno Marsudi, di Tokyo, Jepang, Senin (23/3)

Pada hari kedua kunjungannya ke Jepang, Senin (23/3) ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) selain menemui Kaisar Akihito dan Permaisuri Michiko, di Istana Kaisar, Tokyo, juga dijadwalkan bertemu dengan Perdana Menteri (PM) Shinzo Abe, dan menyaksikan penandatanganan sejumlah kerjasama pemerintah kedua negara.

Menteri Perdagangan Rahmat Gobel mengatakan, pihaknya melakukan penandatanganan MoU dengan Ketua Japan Export Trade Organization (JETRO) Hiroyuki Ishige, yang mewakili Pemerintah Jepang, dan akan membuat program dalam upaya peningkatan ekspor dan juga peningkatan investasi di Indonesia.

“Jadi follow up dari pertemuan ini, kita akan follow up di situ,” kata Rahmat kepada wartawan di Tokyo, Jepang, Senin (23/3) siang.

Mengenai sektor yang dikerjasamakan, Menteri Perdagangan mengemukakan, itu adalah sektor industri, baik itu komponen otomotif maupun elektronika, bahkan juga pada sektor-sektor di holtikultura atau makanan.

“Kita tentu kan Kementerian Perdagangan mempunyai target sendiri peningkatan ekspor 300%, nah itulah kita kembangkan bersama mereka,” jelas Rahmat Gobel.

Pelabuhan

Sementara itu Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mengemukakan, bahwa kerjasama dengan JETRO yang pasti adalah tentang promosi, disampingi tentang peningkatan kualitas investasi.

“Jadi, selama ini kan promosi atau investasi kita ini lebih banyak dipicu oleh minat dari industri yang ada di Jepang. Jadi, ke depan ini Pemerintah Indonesia kan punya fokus-fokus sendiri untuk meningkatkan investasinya,” jelas Franky.

Karena itu, menurut Kepala BKPM itu, salah satu yang diharapkan dari penandatangan antara JETRO dengan BKPM itu selain daripada peningkatan investasi, juga Indonesia berharap bisa mendapatkan investor Jepang dengan lebih beragam.

Ia menyebutkan, selama ini kan mungkin kalau kita kenal pasti otomotif misalnya, kemudian elektronik, kemudian juga yang terkait dengan ada monorail, dan juga ada beberapa manufacturing.

“Nah, jadi ke depan ini kita tentu mengharapkan investor Jepang ini bisa masuk ke port, ke pelabuhan, ke bandara, kemudian juga bagaimana ke maritim, galangan kapal, kemudian juga pertanian,” papar Franky.

Mengenai investasi Jepang di sektor pertanian, Franky menambahkan, bahwa di situ juga termasuk peternakan, di mana sudah ada beberapa yang minat di peternakan sapi khususnya. Selain itu, juga ada oleochemical, yang merupakan  hilirasi dari CPO.

“Jadi kita ingin lebih luas tetapi fokus kepada tujuan dari pemerintah. Kemudian, promosi-promosi ke depan ini tentu setelah promosi terus apa? Tentu yang kita inginkan adalah bagaimana investor Jepang itu yang sekarang rasionya itu adalah 6,5. Jadi 10 orang Jepang yang investasi, 6,5 itu merealisasikannya,” papar Franky.

Bagaimana rasio ini meningkat,menurut Kepala BKPM itu, tentu juga tidak kalah penting adalah bahwa tahun lalu, 2014, investasi Jepang ini turun. “Ini kita harapkan kerja sama ini terjadi peningkatan di dalam investasi,” Franky.

Ada pengawasannya? Menurut Kepala BKPM itu, untuk pengawasan, di BKPM sendiri sebenarnya sudah beberapa merubah, kalau dulu katakanlah istilah unit promosi kini telah ubah menjadi marketing, sehingga lebih aktif, lebih mendekati investor.

Kalau promosi, lanjut Franky, mungkin pendekatannya lebih kepada di mana ada booth, ada stand, ada seminar, di situ kita ada. Kini, BKPM lebih kepada di mana investor berada, BKPM akan datang.

“Di mana investor seperti di Jepang ini ada beberapa perusahaan besar itu ternyata hanya masuk di satu atau dua sektor saja padahal unit atau divisinya itu luar. Itu yang kita coba gali tetapi itu lebih daripada bagaimana kita mengenal potensi investasi yang ada di Indonesia, rumput laut misalnya. Jadi seperti itu, memperkenalkan dengan lebih pro aktif,” terang Franky.

Sejauh ini, kata Franky, sudah ada beberapa investor Jepang yang tertarik untuk sektor maritim, yaitu yang terkait pengolahan hasil perikanan. Salah satunya Sumitomo, dan masih ada beberapa lagi yang lain, kemudian galangan kapal juga ada satu dua.

Adapun  untuk elektrifikasi, khususnya powerplant, menurut Franky, cukup  banyak. “Kalau kita lihat dari minat, sebetulnya banyak, mungkin seperti Itosu, Sumitomo, kemudian G-Power, banyak sekali, bahkan Mitsui. Artinya mereka yang sudah punya pengalaman membangun powerplant di Indonesia ingin menambah lagi, ingin melakukan perluasan. Jadi saya kira untuk powerplant, banyak peminat yang serius, sudah teruji untuk membangun Indonesia dari Jepang,” pungkas Franky.

(Humas Setkab/ES)

Berita Terbaru