Indonesia, Ekonomi Dunia, dan Kebahagiaan

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 30 Oktober 2018
Kategori: Opini
Dibaca: 103.905 Kali

pas fotoOleh : Sari Oktavia

Kawasan Nusa Dua Bali pagi itu (18/10) tampak tidak biasa. Jalan-jalan dipenuhi berbagai media publikasi yang berisi ucapan Selamat Datang kepada para delegasi Pertemuan Tahunan International Monetary Fund (IMF)-World Bank (WB) 2018. Mobil-mobil berstiker khusus dan antrean shuttle bus terlihat mengular menuju berbagai hotel di kawasan Nusa Dua.

Hari itu adalah hari keempat dalam rangkaian acara Pertemuan Tahunan IMF-WB 2018, sebuah perhelatan akbar bertemunya para petinggi dan perwakilan lembaga-lembaga ekonomi di dunia, masyarakat, akademisi, perwakilan parlemen, jurnalis, dan lain sebagainya. Berbagai rangkaian acara sudah berlangsung dengan lancar selama beberapa hari sebelumnya. Acara Pertemuan Tahunan ini sendiri berlangsung selama sepekan yakni pada 8-14 Oktober 2018.

Kedatangan kami dan peserta Pertemuan Tahunan lainnya pagi itu disambut dengan senyum cerah para official yang dengan sabar memberikan informasi yang kami butuhkan. Para official yang mengenakan kaos khusus ini pun kami temui di berbagai titik lokasi pelaksanaan acara. Hal ini sangat mempermudah bagi peserta apabila menemui kesulitan terkait teknis mengikuti acara Pertemuan Tahunan ini.

Suasana pelaksanaan Pertemuan Tahunan ini bukan saja terasa di sekitar lokasi pelaksanaan acara di kawasan Nusa Dua, Bali. Suasana diadakannya Pertemuan Tahunan ini sudah begitu kental saat kami baru mendarat di Bandara Internasional Ngurah Rai dengan disuguhkan pemandangan apron yang lebih luas hingga adanya underpass di Simpang Tugu Ngurah Rai yang bertujuan untuk mengurai kemacetan.

Dari Bandara, kami pun kemudian menuju kawasan Kuta, tempat kami berencana menginap. Bukan tanpa alasan kami menginap di Kuta, yang jarak ke lokasi pelaksanaan acara di kawasan Nusa Dua sebenarnya cukup jauh. Hotel-hotel di kawasan Nusa Dua sudah banyak yang terisi tamu. Kondisi okupansi hotel di kawasan lain pun tidak jauh berbeda mulai dari kawasan Benoa, Jimbaran, hingga Kuta tempat kami menginap tersebut.

Bukan Sekadar Pertemuan Tahunan

Pelaksanaan Pertemuan Tahunan IMF-WB di Indonesia menjadi momen khusus karena bukan saja level penyelenggaraan yang setingkat Internasional, tetapi juga karena dilaksanakan di tengah dua bencana besar yang tengah melanda Indonesia menjelang pelaksanaan acara, yakni gempa bumi di Lombok dan gempa bumi serta tsunami di Sulawesi Tengah.

Di tengah kondisi tersebut, Pemerintah Indonesia terus berusaha untuk menangani bencana dengan sigap dan tepat, disamping juga berusaha fokus merampungkan persiapan dan pelaksanaan Pertemuan Tahunan tersebut. Kondisi pelaksanaan Pertemuan Tahunan IMF-WB 2018 di tengah-tengah bencana yang melanda Indonesia sepertinya juga dipahami oleh para petinggi lembaga keuangan dunia. Managing Director IMF Christine Lagarde pun menyempatkan mengunjungi Lombok dan memberikan bantuan untuk korban gempa hingga mencapai Rp 2 miliar, yang akan disalurkan pula untuk membantu korban gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah.

Doa dan ucapan duka cita mendalam untuk bencana yang tengah melanda Indonesia pun mewarnai berbagai rangkaian acara Pertemuan Tahunan IMF-WB 2018 seperti pada pertemuan Presiden Jokowi dengan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres di Hotel Laguna, Nusa Dua, Bali. Dalam kesempatan tersebut, Sekjen PBB menyampaikan dukacita yang mendalam bagi korban bencana gempa bumi dan tsunami di Lombok dan Sulawesi Tengah.

Momentum Penting

Presiden Joko Widodo dalam forum bernama “Tri Hita Karana” di Bali menyampaikan pesan yang utama yakni mengenai kebahagiaanyang harus tetap didapatkan, ditengah berbagai goncangan ekonomi yang sedang melanda dunia. Salah satu cara yang direkomendasikan Presiden Jokowi adalah dengan mengajak para peserta Pertemuan Tahunan IMF-WB 2018 untuk spending dollars selagi mengunjungi Indonesia. Disampaikan oleh Pak Jokowi, sebagaimana survei yang dilaksanakan tahun 2017 oleh Organization Gallup International yang menempatkan Indonesia sebagai negara paling bahagia nomer 8, sudah selayaknya para peserta memanfaatkan momen Pertemuan Tahunan IMF-WB ini untuk mendapatkan kebahagiaan di Indonesia.

Hal ini tentu menarik perhatian. Ada makna yang sangat jelas yang ingin disampaikan oleh Presiden Jokowi kepada peserta Pertemuan Tahunan IMF-WB 2018, yakni upaya untuk mempromosikan pariwisata Bali dan daerah sekitarnya. Kata-kata spending dollars sangat relevan jika dikaitkan dengan kondisi nilai tukar rupiah yang akhir-akhir ini sedang melemah. Dengan mengajak para peserta untuk spending dollars, berarti menambah cadangan devisa yang dimiliki Indonesia dan tentu akan berdampak positif padakondisi keuangan Indonesia secara umum.

Pesan mengenai kebahagiaan dan spending dollars menunjukkan bahwa Presiden Jokowi ingin menunjukkan kepada dunia bahwa berbagai bencana yang sedang melanda Indonesia tidak mempengaruhi kesiapan dan citra Indonesia untuk tetap menjadi destinasi wisata berbagai turis mancanegara.

Selang sehari setelah Pidato Presiden di forum Tri Hita Kirana, Presiden Jokowi kembali menyampaikan pidato pada Pertemuan Tahunan Plenary, dengan mengangkat masalah ekonomi dunia diibaratkan seperti cerita yang ada di serial Game of Thrones(GoT), yang mendapatkan sambutan positif dari peserta Pertemuan Tahunan IMF-WB 2018. Ekonomi dunia yang saat ini sedang diwarnai adanya perang dagang antara Amerika Serikat dan China sangat berdampak pada negara-negara berkembang seperti Indonesia. Dalam pidato tersebut, apabila ketegangan dan perselisihan antara Great Houses terus dilanjutkan, semua pihak baik yang menang maupun kalah akan sama-sama menjadi korban. Pengibaratan dengan menggunakan GoT ini tentunya tidak terbatas juga hanya pada ekonomi dunia, tetapi juga bisa diterapkan untuk melihat kondisi yang ada di dalam negeri, ataupun kondisi-kondisi lain yang relevan.

Pada intinya, pengibaratan menggunakan GoT memberikan pesan yang sangat penting, yakni dibutuhkannya kerjasama dan kolaborasi untuk mengalahkan apa yang disebut sebagai ancaman bersama, yang diibaratkan sebagai evil winter. Jika tidak ada kerjasama dan kolaborasi, maka semua pihak akan menjadi korban.

Pada akhirnya, pelaksanaan Pertemuan Tahunan IMF-WB 2018 bukan hanya sekadar pelaksanaan acara tingkat Internasional. Pertemuan Tahunan IMF-WB 2018 ini juga sangat berpotensi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi bagi Bali dan daerah sekitarnya, ditandai dengan kehadiran ribuan peserta yang menjadi pemasukan besar bagi sektor vital seperti transportasi, hotel/penginapan, makanan, dan tentunya pariwisata.

Lebih dari itu, kesiapan Indonesia untuk Pertemuan Tahunan IMF-WB 2018 juga menunjukkan harga diri bangsa, bangsa yang tetap berdiri dengan kokoh di tengah guncangan ekonomi dan gempa bumi/tsunami, serta bangsa yang siap menghadirkan dan menawarkan berbagai kebahagian kepada masyarakat dunia yang hadir dan mengunjungi Indonesia. Tentu, tujuan yang ingin dicapai dari Pertemuan Tahunan IMF-WB 2018 ini bukan sekadar tujuan jangka pendek, tetapi tujuan jangka panjang yang akan memberikan dampak positif ke berbagai sektor: terjaganya kepercayaan masyarakat dunia kepada Indonesia.

Sumber:

https://www.am2018bali.go.id/2018-annual-meetings

https://bisnis.tempo.co/read/1133145/luhut-peserta-imf-world-bank-annual-meeting-sekitar-32-000-orang/full&view=ok

https://bisnis.tempo.co/read/1134248/bos-imf-christine-lagarde-kunjungi-korban-gempa-di-lombok/full&view=ok

https://www.cnbcindonesia.com/opini/20180919095932-14-33761/jalan-panjang-ri-jadi-tuan-rumah-sidang-imf-wb-2018

https://finance.detik.com/infografis/d-4248252/jalan-panjang-ri-jadi-tuan-rumah-imf-world-bank

https://news.detik.com/berita/d-4249042/ini-lho-deretan-dampak-positif-imf-world-bank-bagi-bali-dan-ri

https://www.instagram.com/p/Boyu71Vhzwj/?taken-by=jokowi

Opini Terbaru