Indonesia-Selandia Baru Sepakat Tingkatkan Kerja Sama Perdagangan Investasi

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 20 Maret 2018
Kategori: Berita
Dibaca: 24.969 Kali
Presiden Joko Widodo dengan PM Selandia Baru Jacinda Ardern yang dilaksanakan di Gedung Parlemen, Wellington, Senin (19/3). (Foto: BPMI)

Presiden Joko Widodo dengan PM Selandia Baru Jacinda Ardern yang dilaksanakan di Gedung Parlemen, Wellington, Senin (19/3). (Foto: BPMI)

Isu peningkatan kerja sama ekonomi menjadi topik utama pertemuan antara Presiden Joko Widodo dengan PM Selandia Baru Jacinda Ardern yang dilaksanakan di Gedung Parlemen, Wellington, Senin (19/3).

Peningkatan kerja sama ekonomi merupakan hal yang penting bagi kedua negara. Sebagai negara yang terbuka dalam perekonomiannya, Indonesia dan Selandia Baru sama-sama mengirimkan pesan bahwa hubungan perdagangan dan investasi dapat terjalin dan menghasilkan hubungan yang saling menguntungkan.

“Hubungan perdagangan bukanlah zero-sum game. Oleh karena itu, mari kita berusaha menyelesaikan perundingan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP),” kata Presiden.

Sementara dalam hal perdagangan bilateral, kedua negara telah menargetkan perdagangan sebesar NZD4 miliar di tahun 2024 mendatang. Untuk itu, diperlukan kerja keras kedua negara agar target tersebut dapat tercapai.

Presiden secara khusus mengapresiasi pasar Selandia Baru yang telah menerima komoditas unggulan Indonesia seperti kopi, manggis, dan salak. Saat ini, Indonesia berharap agar komoditas lain seperti mangga, pisang, dan nanas juga dapat diterima di sana.

Selain itu, Presiden meminta perhatian terhadap ekspor pakan hewan yang berasal dari ampas kelapa sawit agar tidak diganggu dengan hambatan non tarif.

“Saya juga meminta perhatian Yang Mulia mengenai ekspor pakan ternak dari ampas kelapa sawit yang mulai dipertanyakan dari aspek lingkungan,” sambungnya.

Ia meyakinkan, upaya untuk mengelola kebun kelapa sawit secara berkelanjutan dan ramah lingkungan terus dilakukan di Indonesia. Indonesia sendiri disebutnya memiliki kepentingan terhadap upaya pengelolaan berkelanjutan tersebut.

“Perkebunan kelapa sawit ini melibatkan 17 juta orang, 3 kali dari penduduk Selandia Baru. Separuh dari perkebunan dimiliki oleh petani kecil. Isu sustainability harus terus berjalan seiring isu hak kemakmuran bagi petani kecil,” tuturnya.

Adapun di sektor pariwisata, Presiden mendorong kerja sama dengan cara meningkatkan konektivitas udara bagi kedua negara. “Saya ingin mendorong peningkatan konektivitas udara untuk meningkatkan jumlah wisatawan dengan penambahan jalur penerbangan Auckland-Bali tahun ini dari 3 kali menjadi 5 kali,” ujarnya.

Untuk pengembangan geotermal, Presiden menginginkan kerja sama dapat ditingkatkan menjadi kerja sama investasi. Hal ini juga disampaikan Presiden ketika bertemu dengan Gubernur Jenderal Selandia Baru dan Ketua Oposisi (Ketua Partai Nasional Selandia Baru) Simon Bridges.

“Saya harap kerja sama geotermal dapat ditingkatkan menjadi kerja sama investasi dan bukan hanya pelatihan,” ucap Presiden.

Sementara itu, PM Ardern menyampaikan komitmen kerja sama di bidang disaster response untuk Palang Merah Indonesia senilai NZD 4,5 juta untuk masa 3 tahun dan proyek pengembangan kepemimpinan bagi anak muda Indonesia, terutama di wilayah Timur senilai NZD 3,5 juta.

Presiden juga menyambut baik penandatanganan nota kesepahaman kerja sama antara Kalbe Farma dengan dua perusahaan Selandia Baru. Nota kesepahaman yang ditandatangi itu adalah kerja sama dengan Fontera di bidang pengembangan kualitas produk nutrisi dan kerja sama jaminan supply bahan baku untuk produk nutrisi dengan Westland Milk Products.

Di awal pertemuan, PM Ardern menyampaikan apresiasi kepada Indonesia atas kemitraan  yang dibangun selama ini, baik kemitraan bilateral maupun dalam konteks ASEAN.

Kunjungan kenegaraan Presiden Jokowi ke Selandia Baru juga bertepatan dengan 60 tahun hubungan diplomatik kedua negara. Selain itu, kunjungan tersebut juga untuk membalas kunjungan PM Selandia Baru ke Indonesia.

“Sudah 13 tahun Presiden RI tidak berkunjung ke Selandia Baru, dan sudah saatnya Presiden RI berkunjung dan membalas kunjungan PM Selandia Baru sebelumnya,” kata Presiden.

Selain membahas ekonomi, kedua pemimpin negara tersebut juga membahas isu regional dan internasional, antara lain isu Semenanjung Korea, situasi Laut Tiongkok Selatan dan situasi di Rakhine State.

Setelah bertemu dengan PM Ardern, Presiden mengadakan pertemuan dengan Ketua Oposisi (Ketua Partai Nasional Selandia Baru) Simon Bridges.

Sebelum meninggalkan Gedung Parlemen, Presiden menyapa masyarakat Indonesia yang telah menantinya halaman luar Gedung Parlemen. Selain menyapa, Presiden juga berfoto bersama dan juga memberikan tanda tangan.

Penjualan Kopi Indonesia Tembus USD 6 Juta

Sementara itu dalam Forum Bisnis Indonesia-Selandia Baru yang digelar di Auckland, Selandia Baru pada 16-18 Maret 2018, delegasi bisnis Indonesia mempromosikan kopi, minyak kelapa sawit, energi terbarukan, dan jasa tenaga kerja kepada para buyer di Selandia Baru. Dalam forum bisnis tersebut tercatat penjualan produk Indonesia sebesar USD 9,7 juta dan USD 6 juta diantaranya didapat dari kopi.

Presiden Jokowi secara langsung mempromosikan kopi Indonesia di hadapan Gubernur Jenderal Selandia Baru, Perdana Menteri Selandia Baru serta para menteri Selandia Baru pada saat jamuan makan siang di Government House.(BPMI/EN)

Berita Terbaru