Indonesian Mining Association Award 2019, 20 November 2019, di Ballroom Hotel Ritz Carlton Pacific Palace, SCBD, Provinsi DKI Jakarta
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat sore.
Salam sejahtera bagi kita semuanya.
Yang saya hormati Menteri ESDM, Pak Sekretaris Kabinet, Pak Wamen BUMN, para Dirjen yang hadir,
Yang saya hormati Yang Mulia Duta Besar Polandia,
Yang saya hormati Ketua Indonesian Mining Association (IMA) beserta seluruh jajaran pengurus,
Bapak-Ibu sekalian seluruh pelaku pertambangan yang saya hormati,
Hadirin undangan yang berbahagia.
Tidak hanya di dunia, di Indonesia juga, orang-orang kaya itu berasal dari pertambangan. Jadi yang hadir di sini saya pastikan, pasti orang-orang kaya, karena dari pertambangan. Saya yakin itu, saya yakin, kelihatan.
Dan ini cerita sedikit untuk mengingatkan kepada kita semuanya. Di Bangkok kemarin, di ASEAN Summit, saya bertemu dengan Sekjen United Nation (PBB) Bapak Antonio Guterres. Disampaikan kepada saya, “Presiden Jokowi, hati-hati urusan pertambangan.” Saya sudah gini dulu, apa ini. “Hati-hati dengan urusan batu bara,” saya kaget, apa lagi ini. Dia mengajak saya untuk mulai, ternyata ini, ternyata, beliau mengajak saya agar Indonesia untuk mengurangi penggunaan batu bara untuk pembangkit tenaga listrik, ternyata arahnya ke sana. Ya saya jawab, “sekarang masih dibutuhkan,” saya gitu. Nanti kalau kita bisa switch ke energi baru terbarukan, baik yang sudah kita coba, kita laksanakan: angin kita sudah punya di Sidrap, di Jeneponto, kemudian hydropower yang besar yang juga beberapa sudah kita jajaki di Mamberamo, di Sungai Kayan di Kalimantan Utara. Nanti baru kelihatan betapa kita sudah berbelok ke… Atau juga yang berkaitan dengan geothermal yang memiliki potensi 29.000 megawatt, yang baru digunakan belum ada 2.000 megawatt, arahnya akan ke sana. Itu pertemuan dengan Sekjen PBB, beliau menyampaikan itu.
Kemudian pertemuan lagi dengan Ms. Kristalina, ini Managing Director–nya IMF. Yang saya kaget, kok mengatakan hal yang sama. “Presiden Jokowi, hati-hati penggunaan batu bara ke depan oleh Indonesia dalam rangka pembangkit tenaga listrik.” Saya jawab hal yang sama, “ya saya tahu, nanti kita akan mulai arahkan kepada penggunaan energi baru terbarukan, baik hydropower, baik itu angin, baik itu solar cell, baik itu juga geothermal, dan yang lain-lainnya.” Karena memang untuk mengubah langsung, mengganti langsung saya kira kita memerlukan tahapan-tahapan. Saya sampaikan seperti itu. Tetapi yang perlu kita garis bawahi bersama bahwa dunia itu sudah menuju kepada energi yang ramah lingkungan. Ini yang kita semuanya harus mulai siap-siap dan hati-hati.
Yang kedua, saya ingin mengingatkan bahwa yang namanya tambang ini berasal dari sumber daya alam yang tidak bisa kita perbaharui sehingga, sekali lagi, penggunaannya harus, manajemennya harus betul-betul ramah lingkungan. Saya melihat masih banyak kerusakan-kerusakan lingkungan karena pengurasan sumber daya alam yang begitu sangat cepat. Sehingga ini saya minta kita bersama-sama menjaga kerusakan lingkungan karena eksplorasi yang begitu banyak di negara kita.
Dan juga yang ketiga, ini yang berkaitan dengan current account deficit, defisit neraca berjalan dan defisit perdagangan kita, yang sudah bertahun-tahun, berpuluh tahun tidak bisa kita selesaikan, sulit kita selesaikan. Meskipun saya tahu ekspor dari dunia pertambangan ini memberikan kontribusi yang besar kepada neraca perdagangan kita tetapi juga menjadikan kita tergantung, ketergantungan pada ekspor dari dunia pertambangan yang begitu sangat besar itu.
Oleh sebab itu, saya mengajak, meskipun tadi oleh Pak Ido Hutabarat juga sudah disampaikan mengenai pentingnya hilirisasi, saya mengajak sore hari ini kita semuanya untuk memulai memproses barang-barang tambang kita ini menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Sehingga negara kita memiliki nilai tambah dan memiliki multiplier effect yang besar ke mana-mana, termasuk tentu saja dalam penciptaan lapangan kerja yang itu dibutuhkan oleh masyarakat.
Kemarin saya hitung-hitungan, tiga minggu yang lalu, saya hitung-hitungan kalau semuanya menuju pada hilirisasi, industrialisasi, menjadi barang setengah jadi dan barang jadi. Saya yakin tidak ada tiga tahun, problem yang tadi bertahun-tahun, berpuluh tahun enggak bisa diselesaikan, yang namanya defisit neraca perdagangan dan defisit transaksi berjalan akan bisa kita selesaikan hanya dalam waktu tiga tahun. Itu hanya satu, itu hanya satu, kita baru berbicara satu komoditas, yang namanya nikel, belum berbicara masalah timah, belum berbicara masalah batu bara, belum berbicara masalah copper. Banyak sekali yang kita bisa lakukan dari sana karena dari situlah akan muncul nilai tambah, akan muncul value added.
Saya berikan contoh, misalnya batu bara tadi sudah disampaikan oleh Pak Ido, gasifikasi, sekarang dengan teknologi, ternyata saya juga baru tahu batu bara bisa menjadi DME (dimethyl ether), menjadi LPG (liquified petroleum gas), bisa menjadi petrochemical, tadi metanol, dan lain-lain. Kalau ini muncul dari dunia pertambangan kita, ngapain kita impor LPG, ngapain kita impor petrokimia yang sangat besar sekali? Langsung hilang itu, begitu ini muncul. Bapak-Ibu semuanya membangun ini, hilang itu yang namanya current account deficit kita. Saya jamin hilang, enggak akan lebih dari tiga tahun. Kalau tambah satu komoditas, katakanlah batu bara itu belok ke situ sebagian, rampung kita. Ya kalau kita sudah, neraca perdagangan defisit neraca transaksi berjalan kita selesai, kita enggak akan ada ketakutan-ketakutan mengenai rupiah dengan dolar atau rupiah dengan mata uang yang lain. Akan aman kita.
Dan perlu saya sampaikan, Undang-Undang Minerba kita juga mengamanatkan ke sana sampai 2017 seingat saya, tetapi ada relaksasi menjadi tahun 2022. Jangan dipikir saya enggak mengerti. Sehingga saya mengajak sekali lagi, kita semuanya untuk bersiap diri menuju ke sana. Kalau memang perlu bergabung, bergabunglah. Kalau ada masalah yang berkaitan dengan, misalnya, pendanaan untuk menyelesaikan, ya marilah kita bicara. Saya juga bisa kok mencarikan solusi-solusi kalau itu memang diperlukan. Tetapi sekali lagi, di awal tadi saya sampaikan bahwa Bapak-Ibu semuanya ini adalah orang-orang kaya. Jadi menurut saya urusan pendanaan mestinya tidak ada masalah, tetapi kalau ada masalah marilah berbicara nanti di Istana. Enggak apa-apa saya undang Bapak-Ibu sekalian.
Kemudian bauksit bisa dilarikan jadi alumina semuanya, alumina masuk ke aluminium semuanya. Rampung yang namanya tadi, defisit-defisit yang tadi saya sampaikan, selesai. Saya sudah paksa BUMN untuk masuk ke sana dan sudah dimulai di Kalimantan Barat, sudah akan segera dimulai di Kalimantan Barat. Yang swasta saya ajak juga, yang memiliki tambang ini saya ajak juga untuk juga ikut membangun industrinya.
Copper juga sama, yang saya tahu turunannya bisa lima belas kali dan asam sulfatnya, yang saya dapat informasi, ini bisa dipakai untuk selain dari sisi turunan nikel, ini juga bisa dipakai campuran untuk membuat lithium baterai. Sehingga desain strategi besar bisnis negara dalam jangka ke depan yang kita ingin membangun mobil listrik di negara kita ini betul-betul bisa kita capai karena apa? Kuncinya ada di, kalau mobil listrik itu katanya kuncinya ada di baterai. Kalau kita bahan adanya, barangnya ada, ngapain kita ekspor? Buat saja di sini. Teknologi belum ada, ya gandeng itu yang punya teknologi, jadikan partner. Jangan kita enggak mau berpartner dengan mereka. Jadikan partner sehingga betul-betul kita bisa memproduksi yang namanya lithium baterai.
Nikel terutama, ini bahan untuk lithium baterai yang sangat dibutuhkan oleh mobil listrik ke depan, sehingga ini menjadi kunci. Ini strategi bisnis itu harus dirancang sehingga benar-benar bisa terealisasi karena kita, produksi nikel kita adalah terbesar di dunia, termasuk nikel ore yang terendah, yang banyak mengandung kobaltnya. Dan hitung-hitungan yang saya miliki, tujuh puluh persen bahan-bahan untuk lithium baterai itu ada di Indonesia. Sangat keliru sekali kalau barang-barang seperti ini kita ekspor. Sehingga apa? Akhirnya transformasi besar ekonomi di Indonesia itu betul-betul bisa berubah, dimulai dari dunia pertambangan. Ada betul-betul transformasi besar ekonomi yang ada di negara kita. Kalau ndak kita mulai, kapan lagi?
Bapak-Ibu setuju? Kurang keras, kelihatannya enggak setuju, kelihatannya masih ragu-ragu. Nanti kita bicara di Istana mengenai ini, bagaimana mendesain agar jangan ada yang dirugikan, itu saja saya pengin. Pemerintah enggak ingin merugikan tetapi kita juga ingin mendesain agar strategi bisnis negara ini betul-betul bisa kita laksanakan dengan baik.
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini.
Terima kasih.
Selamat sore.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.