Ingin Akses Langsung, Mendag Bertemu Pengusaha Laos Yang Impor Produk Indonesia Melalui Thailand

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 6 September 2016
Kategori: Berita
Dibaca: 28.612 Kali
Mendag Enggartiasto Lukito menjawab wartawan, di Vientianne, Laos, Senin (5/9) malam. (Foto: Edi N/Humas)

Mendag Enggartiasto Lukito menjawab wartawan, di Vientiane, Laos, Senin (5/9) malam. (Foto: Humas/Edi N)

Indonesia tetap konsisten untuk mewujudkan ASEAN Economy Community (AEC) dengan masing-masing negara membuka diri terhadap produk negara-negara ASEAN. Namun demikian, Indonesia juga akan mengendalikan pasar dalam negeri agar produk-produk lokal tetap bisa bersaing dengan produk-produk negara tetangga.

“Kita harus membuka diri di dalam perdagangan ini, di sisi lain kita akan mengendalikan dan menjaga pasar kita sendiri. Itu pasti. Jadi keseimbangan antara kedua hal ini harus kita jaga,” kata Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukito usai menghadiri ASEAN Business and Investment, yang merupakan rangkaian dari penyelenggaraan KTT ASEAN, di Vientiane, Laos, Senin (5/9) malam.

Mendag mengakui, terkait AEC itu posisi Indonesia diuntungkan dari nilai tawar, dan karena itu sangat diperhitungkan. Namun demikian, Indonesia tidak akan menyombongkan diri. Untuk itu, pemerintah akan terus berupaya meningkatkan daya saing produk-produk dalam negeri dalam menghadapi pasar bebas ASEAN itu.

“Competitiveness itu untuk kepentingan internal dan juga dalam menghadapi eksternal,” jelas Enggar.

Terkait KTT ASEAN ini, menurut Mendag, pihaknya juga memanfaatkan waktu untuk berbicara dengan dunia usaha. Dari pembicaraan ini diperoleh informasi dari pengusaha di Laos, yang sementara ini impor barang dari Indonesia tetapi melalui Thailand, melalui negara lain. Oleh karena itu, maka biaya pengusaha tersebut menjadi tinggi, sementara Indonesia tidak dapat keuntungan dengan harga yang tinggi itu. “Ini kan jadi hambatan, karena dengan harga yang tinggi itu, volumenya ekspor turun,” ujarnya.

Menurut Mendag, para pengusaha Laos itu minta dibuka akses langsung. Karena itu, Kementerian Perdagangan akan mengundang mereka pada kegiatan pameran atau expo yang diselenggarakan pada  12-16 Oktober.

“Tapi kalau ada hal yang mendesak kita undang mereka dan dengan KBRI kita, dan kita juga ada Atase Perdagangan dari Thailand, untuk cepat ke kantor kita ke Kantor Kementerian Perdagangan, di sana mempertemukan pengusaha-pengusaha dari Indonesia, para industriawan, supaya mereka bisa langsung (kalau impor, tidak melalui Thailand lagi). Maka dengan begitu, hubungan bilateral antara pengusaha bisa tercipta,” kata Enggartiasto Lukito.

Mendag melihat, Laos sebagai satu pasar yang masih sangat terbuka sekali. Terlebih dalam perjalanan menuju ke Laos, di Bangkok pun pihaknya bertemu juga dengan para pengusaha. “Tadi sebagian dari mereka juga menemui lagi, dan membahas berbagai hal, termasuk di dalamnya pengusaha-pengusaha gula dan beras yang dimana kita impor,” ungkapnya.

Terkait impor itu, Mendag meminta agar marginnya juga jangan terlalu besar, karena Indonesia juga akan membuka pasar dari negara-negara lain. “Agak terkejut mereka, mereka bilang supaya mereka jangan ditinggalkan,” ungkap Enggar seraya menekankan, bahwa para pengusaha itu meminta agar mereka tidak ditinggalkan.

“Tentu saya menyampaikan, kami tidak akan meninggalkan siapapun, sejauh harga kompetitif dan kami tidak ditekan dengan harga. Itu jangka pendeknya,” tambah Enggar.

Jangka panjangnya,  Mendag mengajak mereka untuk investasi, masuk ke Indonesia serta bekerjasama dengan pengusaha Indonesia, seperti gula dan sebagainya.

Menurut Mendag, pengusaha-pengusaha yang sudah melakukan investasi di Indonesia, juga diajaknya untuk memberikan perhatian dalam pembelian produk lokal Indonesia, bahan bakunya jagung terutama. Mereka juga memberikan komitmen yang sama, dan ada beberapa pengusaha lain dari food industry juga mereka mau buka di Indonesia.

“Jadi, ini menggembirakan, di luar dari berbagai kegiatan kita antar negara juga antar pengusaha,”pungkasnya. (EN/ES)

Berita Terbaru