Jambore Sumber Daya Program Keluarga Harapan (PKH), 13 Desember 2018, di Istana Negara, Jakarta
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam Kebajikan.
Yang saya hormati Bu Menko PMK, Pak Menteri Sosial, seluruh jajaran eselon I Kementerian Sosial,
Bapak-Ibu sekalian seluruh koordinator Program PKH, baik koordinator regional, koordinator wilayah, dan koordinator kabupaten dan kota yang pagi hari ini hadir di Istana Negara.
Senang bisa ke Istana? Saya tanya itu jangan-jangan ada yang tidak senang, tapi saya lihat senang semuanya.
Mungkin yang pertama yang ingin saya sampaikan, jadi saya cerita dulu mengenai pembangunan infrastruktur. Memang dalam empat tahun ini kita fokus dan konsentrasi dalam pembangunan infrastruktur. Baik itu yang namanya jalan, pelabuhan, jalan tol, airport, pembangkit listrik, bendungan. Konsentrasi kita ke sana.
Kenapa kita konsentrasi dan fokus di sini? Yang pertama memang kita jauh tertinggal dengan negara-negara lain di bidang ini. Stok infrastruktur kita baru 37 persen. Jalan-jalan banyak yang belum tersambung, antara kabupaten dengan kabupaten, antara provinsi dengan provinsi. Kita jangan hanya melihat di Jawa.
Negara kita, Indonesia negara besar, dari Sabang sampai Merauke dari Miangas sampai Pulau Rote. Negara yang sangat besar yang semuanya membutuhkan, misalnya pelabuhan. Kita memiliki 17.000 pulau, memang tidak semuanya dihuni oleh rakyat kita, mungkin 13.000-an yang dihuni, itu semuanya membutuhkan infrastruktur. Semuanya butuh pelabuhan. Mungkin pelabuhannya tidak besar tapi pelabuhan yang kecil, tapi butuh. Butuh listrik, tidak besar tapi butuh.
Misalnya saya berikan contoh, saya pernah terbang ke Miangas, di situ hanya ada 223 KK, tapi butuh listrik, butuh bahan bakar. Sehingga perlu storage untuk BBM di sana. Dulu belum ada airport tapi karena ini berada pada ujung paling utara Indonesia, kita bangun airport empat tahun yang lalu dan telah selesai. Apa artinya? Bahwa selain fungsi ekonomi infrastruktur itu, mobilitas barang lebih cepat, mobilitas orang lebih cepat, pengiriman logistik lebih cepat. Inilah yang akan kita pakai untuk bersaing/berkompetisi dengan negara-negara lain. Ini adalah sebuah prasyarat, sebuah fondasi dalam rangka kita bersaing/berkompetisi dengan negara-negara lain. Tanpa ini jangan bermimpi kita mampu bersaing. Karena, sekali lagi, stok infrastruktur kita di 2014 yang saya lihat baru 37 persen.
Pelabuhan besar kita butuh, bukan hanya Tanjung Priok. Misalnya di Sumatra kita bangun insyaallah nanti di awal bulan depan itu kita resmikan Pelabuhan Kuala Tanjung di Sumatra Utara. Ini pelabuhan besar. Makassar di sebelah timur juga kita bangun sebuah pelabuhan besar, Makassar New Port. Nanti di Papua juga sama, di Sorong. Karena, sekali lagi, negara kita ini negara besar dan berpulau-pulau.
Sekarang infrastruktur ceritanya itu dulu.
Masuk yang kedua, yang namanya sumber daya manusia. Ini juga akan menjadi sebuah prasyarat untuk Indonesia maju ke depan. Karena kita ini memang berkompetisi, beradu pintar, beradu cepat, beradu strategi dalam bersaing dengan negara-negara lain. Kalau infrastrukturnya sudah, kemudian pembangunan SDM dilupakan, ya sulit kita bersaing.
Oleh sebab itu, ke depan kita akan bergeser untuk fokus kepada pembangunan sumber daya manusia. Tetapi kita juga harus ngomong apa adanya, bahwa sekarang ini masih ada 9,8 persen penduduk kita yang berada pada kondisi miskin. Di 2014 masih 11,2 persen, kemudian berjalan, berjalan, berjalan, pada tahun ini kita masuk pada angka 9,8 persen.
Untuk menurunkan angka kemiskinan kalau sudah satu digit itu memang memerlukan sebuah tenaga ekstra, karena ini semakin sulit untuk menekan. Menekan, berkurang, menekan, berkurang, kemudian hilang, yang kita harapkan itu. Sehingga muncul yang namanya Program Keluarga Harapan (PKH).
Jadi yang kita perhatikan itu bukan hanya urusan fisik infrastruktur tetapi peningkatan kualitas sumber daya manusia juga kita berikan perhatian lewat bantuan program PKH. Inilah wujud dari sebuah keberpihakan negara kepada rakyatnya. Jadi jangan ada yang ngomong lagi, masak tiap hari yang diurus hanya infrastruktur-infrastruktur. Mereka enggak mengerti bahwa kita punya PKH, enggak mengerti. Sebelumnya yang kita berikan hanya enam juta (KK). Mulai 2018 sudah meloncat menjadi sepuluh juta KK. Kalau ini nanti sudah mapan, di 2020 saya ingin agar yang masuk dalam kotak keluarga miskin, kurang lebih 15,6 juta, itu semuanya harus dapat PKH.
Jadi tugas Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian semakin berat, mendampingi keluarga-keluarga ini agar langsung meloncat ke level yang lebih tinggi. Oleh sebab itu, betul-betul tolong dilihat validasi data, penting banget. Bahwa yang menerima itu memang yang berhak menerima. Kebenaran data itu sangat penting. Sekali lagi, validasi data itu penting sekali. Dilihat betul, oh ini memang perlu keluarga ini untuk diberikan PKH. Kebenaran data ini penting sekali dan itu tanggung jawab Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian.
Kemudian yang kedua juga memastikan mengenai penyaluran bantuan itu sampai betul-betul di tangannya penerima manfaat, benar. Meskipun sistem ini sudah kita bangun tapi memastikan bahwa anggaran itu sampai ke tangan penerima manfaat. Karena kita tahu Rp19 triliun di 2018, tahun depan itu sudah meloncat menjadi Rp34 triliun, tahun depannya lagi tidak tahu melompat berapa lagi. Kembali lagi, memastikan bahwa bantuan itu sampai kepada penerima manfaat. Ini penting sekali, dan ini adalah tugas Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian.
Kemudian biasanya satu kelompok itu 25-30 kurang lebih. Penting sekali dalam setiap tahun itu ada evaluasi pemutakhiran data. Kalau sudah lulus, keluarkan, lulus. Semakin tahun harus semakin banyak yang lulus. Jangan pada senang menikmati ini.
Saya juga ingin Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian, mengajari masyarakat untuk tidak ada ketergantungan. Ini sifatnya adalah sementara, untuk mengentaskan mereka masuk ke level yang lebih tinggi.
Yang paling penting, kita ini ingin menyiapkan sumber daya manusia ke depan, dari kelompok prasejahtera ini, agar masuk ke level yang lebih tinggi. Misalnya di bidang kesehatan, yang prasejahtera ini bisa naik ke level yang lebih atas kalau mereka di dalam kelompok-kelompok program PKH ini tidak ada yang namanya stunting, kekerdilan, jangan sampai ada ini. Pastikan betul. Yang kedua, ini masih berkaitan dengan kesehatan, juga kesehatan ibu dan anak. Pastikan betul bahwa anggaran-anggaran yang ada ini juga dipakai untuk menyehatkan ibu dan anak, sehingga perhatian kita kepada yang namanya gizi itu sangat penting sekali. Arahkan mereka untuk membeli hal-hal yang berkaitan dengan gizi, terutama yang memiliki anak-anak balita atau ibu yang dalam keadaan mengandung. Ini penting sekali. Ini menyiapkan generasi 20, 30, 40, 50 tahun ke depan.
Yang kedua di bidang ekonomi, sisi ekonominya. Yang paling penting saya kira para pendamping itu bisa mengarahkan mengenai pengelolaan keuangannya. Ini kita akan mengajari rakyat agar bisa mengelola keuangan yang kita berikan. Jangan sampai uang-uang yang ada ini dipakai untuk hal-hal yang bersifat konsumtif, harus dipakai untuk hal-hal yang bersifat produktif. Kalau memiliki kemampuan untuk berbisnis, berdagang, bimbing/ajari mereka, itu yang paling cepat untuk masuk ke level yang lebih atas. Tidak apa-apa.
Saya kemarin ketemu terakhir kita di Jakarta Timur, saya tanya jualan gorengan boleh tetapi begitu disuntik dengan PKH biasanya jualan gorengan sehari modalnya Rp200.000 tingkatkan menjadi Rp500.000, sehingga kapasitasnya menjadi lebih besar, dan omzet menjadi lebih besar, keuntungan menjadi lebih besar. Ini lebih sustain kalau kita bisa mengajari mereka berbisnis. Atau buka warung, di Bogor kita kemarin ketemu misalnya ada yang jualan nasi uduk, begitu dapat PKH bisa jualan bukan nasi uduk saja. Jadi nasi uduk karena ada PKH sampingnya bakso, jadi sudah punya dobel usaha, bakso dan nasi uduk. Income-nya berarti bertambah, tambah dari nasi uduk, tambah dari bakso. Gini-gini, meng-create seperti ini yang juga diperlukan. Tetapi yang paling penting adalah pengelolaan keuangan itu benar.
Yang ketiga yang berkaitan dengan disampaikan juga mengenai perlindungan anak. Ini penting sekali. Berikan arah dan bimbingan kepada keluarga-keluarga penerima manfaat ini mengenai perlindungan anak. Juga yang berkaitan dengan pendidikan dan pengasuhan. Sampaikan pada mereka bahwa pendidikan itu penting. Keluarga prasejahtera itu bisa masuk ke level yang lebih tinggi itu kalau anak-anaknya memiliki pendidikan yang baik. Penting sekali. Ini ada kesempatan, ada PKH ini kesempatan mereka untuk naik ke level yang lebih tinggi. Saya berbicara ini karena saya merasakan, saya mengalami betapa sangat berat untuk masuk dari level ini ke level yang lebih tinggi, sangat berat. Dan yang paling cepat untuk dari sini ke sini, ya pendidikan. Ini harus disadarkan masyarakat bahwa pendidikan itu sangat, sangat, sangat penting sekali.
Kemudian juga tolong diurus juga yang berkaitan dengan lansia, yang berkaitan dengan disabilitas. Ini betul-betul dilihat.
Kemudian yang kedua, Bapak-Ibu sekalian, tahun depan itu anggaran PKH akan meloncat dari Rp18 triliun meloncat ke Rp34 triliun. Triliun lho ini. Ini duit gede banget ini. Saya juga belum pernah lihat uang segede itu, belum pernah lihat. Rp34 triliun, ini uang gede sekali. Dan kalau tahun-tahun ini dan sebelumnya satu keluarga mendapatkan Rp1.890.000, tahun depan itu bisa dua kali lipat mereka mendapatkan. Oleh sebab itu, dampingi, benar-benar dampingi. Karena saya meyakini Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian sangat-sangat berkepentingan sekali untuk kita bisa menghilangkan/menghapuskan kemiskinan dari negara kita, Indonesia.
Ini mengenai indeks bantuan sosialnya itu memang tidak tetap, bisa dua kali, mungkin bisa tiga kali, bisa. Karena indeksnya memang ada nantinya. Jadi bantuan tetap setiap keluarga yang reguler itu adalah Rp550.000 per keluarga per tahun. Yang PKH akses ini Rp1.000.000 per keluarga per tahun. Tetapi ada bantuan komponen, nanti dilihat bantuan komponen. Misalnya di keluarga itu ada ibu hamil atau balita, ini penting sekali urusan ini, ini ada tambahannya Rp2.400.000, gede banget. Gede banget. Gede Rp2.400.000 itu, gede banget. Yang punya anak SD sederajat itu ada nanti tambahan Rp900.000, yang punya anak SMP dan sederajat ada tambahan Rp1.500.000. Yang punya anak SMA/SMK dan sederajat ada tambahan Rp2.000.000. Ini gede banget ini, gede banget ini. Mungkin nanti ada yang dapat Rp4.000.000, ada yang Rp5.000.000, bisa ada yang dapat Rp6.000.000. Saya juga baru dapat pagi tadi ini, gede banget. Kemudian yang penyandang disabilitas berat Rp2.400.000. Kemudian yang lansia juga Rp2.400.000.
Kalau ini digabung, breg, kemudian diberikan, saya meyakini pengentasan kemiskinan kita ini akan lebih cepat. Dan itu tanggung jawab kita semuanya. Apalagi nanti 2020 15,6 juta itu diberikan PKH semuanya, ini akan sangat mempercepat. Saya meyakini, saya tadi sudah berbincang-bincang dengan yang di lapangan dari Sumatra Barat dan Kalsel tadi berbicara, program ini sudah betul-betul lurus dan benar, tinggal kita memastikan bahwa anggaran itu ada, anggaran harus ada. Nah yang bagian anggaran itu bagian saya. Memastikan bahwa anggaran itu harus ada untuk rakyat kita yang paling bawah tadi.
Yang terakhir, ini saya titip Pak Menteri, kita ini kan ke depan akan melakukan pembangunan besar-besaran di sumber daya manusia. Saya juga minta nanti ada seleksi, di pendamping-pendamping PKH ini ada yang kita kirim ke luar negeri. Bisa sekolah, maksudnya melanjutkan sekolah, bisa training, bisa melihat dan membandingkan negara lain itu, negara maju itu seperti apa, dan kita nanti harus mengambil posisi seperti apa, supaya terbuka wawasan kita. Sehingga memiliki semangat, semuanya memiliki semangat yang tinggi untuk membangun negara ini. Jangan sampai ada yang tertinggal yang tadi 15,6 juta tadi. Kita harus memiliki semangat yang sama untuk mengentaskan mereka.
Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Pada intinya saya akan ke lapangan melihat bahwa Program Keluarga Harapan ini memiliki sebuah kesempatan besar dalam rangka kita mengentaskan rakyat kita yang berada pada posisi yang paling bawah.
Saya tutup.
Terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.