Jawa Terlampau Padat, TNI Kembangkan Pangkalan Militer di Biak, Morotai dan Merauke

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 24 Februari 2016
Kategori: Berita
Dibaca: 25.930 Kali
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo didampingi KSAD, KSAL, dan KSAU menyampaikan keterangan pers, di kantor Kepresidenan, Jakarta, Selasa (23/2) petang. (Foto: JAY/Humas)

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo didampingi KSAD, KSAL, dan KSAU menyampaikan keterangan pers, di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (23/2) petang. (Foto: Humas/Jay)

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengemukakan, bahwa penerbangan  di Pulau Jawa sekarang ini sudah terlampau padat, sehari bisa lebih 1.200 penerbangan, yang sebagian besar melalui pantai utara. Padahal, banyak pangkalan pesawat tempur yang ada di Pulau Jawa, seperti Madiun, Yogya, dan Malang, yang menunjukkan bahwa pusat kekuatan TNI ada di Jawa.

“Ini yang tidak benar, maka dengan demikian, untuk melancarkan penerbangan untuk ekonomi juga, dan untuk pilot setiap saat bisa terbang dan berlatih, maka akan kita kembangkan (pangkalan militer), ada Biak , ada Morotai, ada Merauke dan sebagainya,” kata Jenderal Gatot kepada wartawan usai Rapat Terbatas, di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (23/2) petang.

Mulai kapan  program pengembangan di Biak, Morotai, dan Merauke? “Kami diperintahkan mengadakan observasi, analisa yang terbaik dimana diantara pangkalan-pangkalan itu, kemudian kita akan buat rencana,” ungkap Gatot.

Yang jelas, lanjut Jenderal Gatot, TNI akan mengembangkan ke arah timur yang kosong. Ia menunjuk contoh pesawat Sukhoi kalau dia mau take off harus ada alat oksigen udaranya. “Kita punya hanya di wilayah barat, wilayah timur tidak ada. Ini yang harus kita lengkapi segera,” ujarnya.

Panglima TNI juga mengemukakan, terkait dengan penggunaan anggaran yang efektif, maka ada kemungkinan TNI akan membangun sendiri pangkalan-pangkalan militer baru itu.

Wilayah Perbatasan
Dalam kesempatan itu Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo juga menyampaikan, adanya perubahan pulau terluar Indonesia yang berbatasan dengan Australia. Ia menyebutkan, pada saat Timor Timur menjadi bagian wilayah di Indonesia, maka pulau yang terluar terhadap Australia adalah Provinsi Timor Timur. Namun begitu Timor Timur menjadi negara Timor Leste, menurut Panglima TNI, pulau terluar Indonesia berbatasan dengan Australia adalah Pulau Liran, Pulau Wetar, Pulau Leti, Pulau Kisar, dan Pulau Alor.

“Ini yang selama ini kita lupakan. Di TNI itu hanya  ada 2 babinsa, pos angkatan laut hanya 2, dengan perlengkapan terbatas. Ini yang kita lihat lagi agar benar-benar di pulau terluar benar-benar kita punya mata dan telinga yang benar-benar bisa menginformasikan perkembangan situasi,” papar Gatot.

Panglima TNI menegaskan, pulau-pulau terluar yang berbatasan dengan Australia itu harus dipertaruhkan sebagai pulau terluar dengan Angkatan Laut dan Angkatan Udaranya. Selain itu, juga harus diperhitungkan pemindahan tentang pengembangan Angkatan Udara dan Angkatan Laut ke depan, contohnya Angkatan Laut di armada timur kalau ke Pulau Aru yang memerlukan waktu sekitar 8 hari.

“Kalau operasi 2 bulan saja  sudah 25% dia habis. Pulang-pulang lagi kan setelah 16 hari, jadi perlu ada pelabuhan lagi di sana,” jelas Gatot.

Sementara terkait dengan kemungkinan penambahan anggaran dari pemerintah, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengemukakan, bahwa program yang diajukan TNI tergantung pada APBN dan sebagainya. Namun Panglima TNI jika terhadap anggaran itu, penekanan yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo adalah dihitung benar rupiahnya, perinciannya dan dibuat sehemat mungkin.

(DID/FID/ES)

Berita Terbaru