Jika Perubahan Tidak Diantisipasi, Presiden: Nilai Karakter Bangsa Akan Tergerus
Kalau perubahan tidak diantisipasi dan disiapkan nilai-nilai karakter ke-Indonesia-an, nilai-nilai karakter bangsa juga akan tergerus.
Hal tersebut disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat Pembukaan Simposium Nasional Kebudayaan Tahun 2017 di Ballroom Raflesia Gedung Balai Kartini, Jakarta Selatan, Senin (20/11) pagi.
Awali sambutan, Presiden Jokowi mengingatkan bahwa Indonesia merupakan negara besar dengan 17.000 pulau, 714 bahasa, 1.100 bahasa daerah, 516 kabupaten/kota, dan 34 provinsi. Ia juga menambahkan bahwa perubahan dunia saat ini begitu sangat cepat.
Setiap bertemu dengan kepala negara/pemerintahan di summit, Presiden sampaikan bahwa semuanya juga mengeluhkan hal yang sama yakni sekarang ini ada transisi besar. Ia menambahkan bahwa lanskap ekonomi, politik global pun juga akan berubah karena interaksi sosial antar individu dan masyarakat juga berubah total karena lanskap interaksi sosial global juga berubah secara total.
“Inilah kondisi-kondisi, yang betul-betul harus disikapi dengan baik karena sekarang orang ketemu muka dalam berinteraksi itu sudah betul-betul sangat berkurang sekali. Orang mau berbicara baik melalui handphone, baik melalui SMS, baik melalui WA,” tegas Presiden.
Informasi yang didapat mulai anak-anak saat ini, menurut Presiden, bukan hanya dari guru, orang tua, tetapi lebih banyak dari media sosial. Ia menambahkan bahwa kekuatan keterbukaan dan media sosial sekarang ini sangat mempengaruhi sekali dalam semua aspek, baik ekonomi, baik politik, maupun sosial. “Inilah yang harus kita antisipasi,” ungkap Presiden.
Turut mendampingi Presiden Jokowi dalam kegiatan kali ini diantaranya Menko Polhukam Wiranto, Seskab Pramono Anung, dan Menhan Ryamizard Ryacudu serta Wapres ke-6 Republik Indonesia Try Sutrisno. (FID/AGG/EN)