Jubir Penanganan Covid-19: WNA Positif Virus Korona Tidak Akan Diumumkan Asal Negaranya
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Korona (Covid-19), Achmad Yurianto, yang juga sebagai Direktur Jenderal (Dirjen) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) menyampaikan bahwa sesuai permintaan kedutaan warga negara asing (WNA) positif Covid-19 tidak akan diumumkan asal negaranya.
”Karena beberapa waktu yang lalu kami sempat dikomplain oleh salah satu kedutaan karena muncul diskriminasi dari masyarakat sekitar terhadap warga negara dari negara itu dengan diteriaki sebagai pembawa Covid-19. Ini yang membuat tidak nyaman, ini yang membuat kedutaan negara sahabat ini protes ke saya,” ujar Jubir Covid-19 saat memberikan keterangan kepada pers di Kantor Presiden, Provinsi DKI Jakarta, Selasa (10/3).
Hal ini, menurut Jubir Covid-19, ini yang kemudian meminta negara yang lain juga tidak diumumkan nationality-nya dari kedutaan mana, tapi yang pasti kedutaan tersebut sudah tahu dan telah berkomunikasi dengan pasiennya sesuai dengan prosedur yang berlaku.
”Termasuk dua warga negara asing sudah kami sampaikan ke kedutaannya, kondisinya juga sudah stabil dan kedutaannya juga sudah tahu,” ujar Yuri, panggilan akrab Achmad Yurianto.
Sekarang yang diupayakan, menurut Dirjen P2P, adalah bagaimana penguatan komunitas, karena sebagaimana diketahui penyakit menular itu pasti penyelesaiannya harus komunitas (community), dimana harus mengidentifikasi dengan cepat siapa yang membawa penyakitnya dan itu yang juga menjadi acuan untuk penanganan COVID-19.
”Oleh karena itu, contact tracing sekali lagi ini harus dilakukan dan ini menjadi yang utama setiap kali kita menemukan adanya kasus yang positif. Agar kita bisa menangkap orang-orang lain yang kita duga terinfeksi dari kasus yang kita dapatkan untuk segera kita bisa lakukan isolasi agar tidak menjadi sumber penularan di masyarakat. Inilah yang disebut dengan contact tracing,” kata Dirjen P2P.
Beberapa kasus yang dirilis kemarin, menurut Dirjen P2P, sebanyak 19 kasus itu sebenarnya adalah hasil pengembangan dari tracing dan di luar itu juga ada kasus baru yang disebut sebagai kasus imported case.
”Artinya kita yakini sebenarnya penularannya terjadi di luar negeri, setelah sampai di dalam negeri beberapa saat kemudian sakit. Nah begitu dia dinyatakan sakit, maka kita harus melakukan tracing. Selama di dalam negeri ini dia kontak dekat dengan siapa saja, ini kemudian yang kita kejar lagi,” ujarnya.
Manakala kontaknya terbatas pada keluarga, menurut Dirjen P2P, biasanya tidak diidentifikasi sebagai cluster, tetapi kalau kontaknya berasal dari sebuah pertemuan masal, pertemuan orang banyak yang intens, ini yang akan dikejar sebagai satu cluster.
”Tapi kalau hanya pulang ketemu keluarganya saja, maka kita lakukan contact tracing di situ. Dan tidak semua orang kontak pasti sakit, tidak semua orang kontak pasti sakit,” katanya.
Untuk itu, Jubir Penanganan Covid-19 menyampaikan telah melakukan serangkaian tahapan pemeriksaan, untuk sampai mendapatkan bahwa seseorang adalah pasien dalam pengawasan, dan kemudian diisolasi agar meyakinkan bahwa yang bersangkutan positif atau tidak sebagai langkah untuk isolasi.
”Ini yang perlu kita pahami bersama, dan sekarang kasus yang sering kita temukan adalah gejalanya minimal. Gejalanya minimal, oleh karena itu kita juga akan menjadi semakin meningkatkan upaya tracing. Dari semua kasus yang kita sampaikan ini, sekarang Dinas Kesehatan daerah sedang melakukan tracing secara intens,” imbuh Yuri.
Setiap kasus terkonfirmasi masih positif, lanjut Yuri, yang dilaporkan pasti akan segera dilakukan tracing oleh daerah jadi bukan sekadar merawat yang sudah di rumah sakit kemudian dinyatakan positif dirawat, tidak seperti itu. Ia menambahkan ada kegiatan lebih masif yang dilaksanakan di luar itu, yaitu melaksanakan tracing dari kasus kontaknya.
Negatif Covid-19
Sementara itu, Dirjen P2P menyampaikan bahwa ada kabar baik terkait kasus 06 karena berdasarkan pemeriksaan di hari ke-5 hasil yang diperoleh sudah negatif.
”Artinya kita masih menunggu pemeriksaan negatif yang kedua itu di dua hari yang akan datang. Jadi setelah negatif pertama, maka kita akan tunggu dua hari kemudian. Kalau masih negatif juga, maka kita akan keluarkan dari rumah sakit,” urai Dirjen P2P.
Sebagai informasi, Yuri menjelaskan bahwa Kasus 06 ini adalah ABK Diamond Princess dan ini adalah imported case dan sekarang sudah mulai mengedukasi yang bersangkutan untuk melaksanakan self isolated, menahan diri untuk tidak kontak dengan siapa pun sementara.
”Bukan berarti ndak boleh sama sekali, boleh kontak dengan siapa pun tetapi ditahan. Artinya dia harus menggunakan masker dan dia berusaha pada posisi setidak-tidaknya 2 meter-an gitu lah kira-kira kalau kita mau biacara self isolated,” jelas Dirjen P2P.
”Kemudian dia juga sudah harus melaksanakan self monitoring. Artinya dia sudah bisa memperhatikan betul apakah ada keluhan panas, apakah ada keluhan batuk, apakah ada keluhan sesak, dan dia harus melaporkan kepada petugas kesehatan. Nanti kita akan memberikan kontak petugas kesehatan dan nanti akan diawasi oleh petugas kesehatan,” urainya.
Untuk Kasus 06, tetapi baru sekali negatifnya sehingga perlu ditunggu dua hari lagi, kalau dua hari lagi pemeriksaan masih negatif, maka yang bersangkutan ini sudah tidak perlu lagi dirawat.
Lebih lanjut Dirjen P2P menyampaikan bahwa ada lagi satu yang negatif juga pada hari ke-3, bahkan ini lebih cepat dari yang lainnya, karena ternyata kontaknya juga minimal, di samping itu juga kondisi fisiknya bagus.
”Kita yakini bahwa pada hari pertama perawatan itu sebenarnya bukan hari pertama sakit. Ini juga contact tracing, tetapi bukan dari kasus….ini sub-cluster, bukan dari kasus yang pertama yang induknya. Nah, setelah kemudian kita lakukan tracing, Dinas Kesehatan melakukan tracing kemana-mana akhirnya ketemu. ‘Ápa saya juga dicurigai sakit seperti ini?’ kita tanya keluhannya apa? ‘Saya sudah 3 hari-an ini merasa agak demam dan flu, pilek, gak batuk-batuk. Sudah berapa hari? ‘Sudah 2 hari mau 3 hari’. Oke masuk rumah sakit, kita bawa ke rumah sakit,” terang Dirjen P2P.
Artinya saat dibawa ke rumah sakit, Dirjen P2P menyampaikan sebenarnya itu sudah hari yang ke-3 sehingga setelah hari ke-3 ditambah 3 hari kemudian sebenarnya hari ke-6 atau ke-5, sudah menjadi negatif, ini dari kontak merupakan Kasus Nomor 14.
”Jadi, setelah kita telusuri ternyata Nomor 14 itu memang sudah sakit di rumahnya beberapa hari sebelumnya dan sudah kita lakukan. Ini yang kemudian menjadi sub-cluster yang harus kita tracing, karena dia sudah dua hari di rumah dalam keadaan sakit. Kalau dia tidak berobat karena dia merasa kayaknya flu flu biasa. Apalagi dia mengatakan ’Saya dalam beberapa hari ini kurang istirahat, memang banyak aktivitas di luar mungkin saya ketularan flu biasa’, dan dia sudah berusaha berobat dengan membeli obat sendiri diminum,” ujarnya.
Kondisi sekarang, menurut Dirjen P2P kedua-duanya bagus dan kita akan berusaha di dua hari ke depan manakala pemeriksaan kita masih negatif, maka yang bersangkutan akan kita pulangkan. Dan sekarang sudah kita edukasi untuk persiapan pulang untuk melaksanakan self isolated di tempat tinggalnya masing-masing.
”Ini yang kita lakukan, kemudian ada beberapa lagi yang kita tunggu hasilnya nanti sore, tetapi kondisi klinisnya sudah jauh bagus tidak ada keluhan. Yang kita tunggu adalah sebenarnya Kasus 01 ini, yang sampai sekarang masih positif padahal sudah masuk hari ke-7. Kalau dilihat kondisi fisiknya sudah baik,” tambahnya. (TGH/EN)