Jubir Satgas Covid-19: Jumlah Kasus Aktif Di Berbagai Daerah Cenderung Menurun

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 14 Agustus 2020
Kategori: Berita
Dibaca: 941 Kali

Jubir Satgas Penanganan Covid-19 saat konferensi pers di Kantor Presiden, Provinsi DKI Jakarta, Kamis (13/8). (Foto: BPMI)

Perkembangan kasus aktif Covid-19 semakin hari cenderung mengalami penurunan dalam periode 13 Juli-12 Agustus 2020.

Juru Bicara (Jubir) Satgas Covid-19, Wiku Adisasmito, menyebut update perkembangan kasus harian per 13 Agustus 2020, terdapat kasus aktif sebanyak 39.290 atau 29,5%. Penambahan kasus positif baru sebanyak 2.098 kasus, pasien sembuh 87.558 kasus atau 65,9%, dan meninggal bertambah 5.968 atau 4,49%.

Tentang kasus aktif, Wiku merincikan pada 13 Juli lalu persentase kasus berada di angka 47,59%. Lalu pada 20 Juli, persentase kasus aktif menurun menjadi 41,94%, pada 27 Juli menurun lagi jadi 37,18%, kemudian pada 3 Agustus turun lagi menjadi 33,2%, dan per tanggal 12 Agustus, presentase kasus aktif dunia berada di 30,51%.

“Dan pada tanggal 12 Agustus 2020, yaitu kemarin (Rabu), kasus aktif di Indonesia 29,85%, yang sudah berada di bawah rata-rata dunia, yaitu 30,51%,” jelas Wiku saat konferensi pers di Kantor Presiden, Provinsi DKI Jakarta, Kamis (13/8).

Dijelaskannya lagi, per tanggal 9 Agustus untuk porsi kasus berdasarkan kabupaten/kota, dalam persentasenya ada 29,18% daerah yang memiliki kasus aktif antara 11-50 kasus.

Menurut Wiku, ada 28,79% daerah yang memiliki kasus aktif antara 1-10 kasus aktif, ada 15,37% tidak memiliki kasus aktif. “Jika kita rangkum hal ini menunjukkan bahwa terutama yang tidak ada kasus aktif, ada 79 kabupaten/kota, ini adalah kabar baik,” jelasnya.

Meski demikian ia meminta tetap wasapada karena masih ada daerah yang memiliki kasus aktif dalam jumlah yang cukup banyak. Dalam persentasenya, Wiku sampaikan bahwa ada 11,28% daerah dengan kasus aktif berkisar antara 100-1.000 kasus aktif, ada 6,81% daerah dengan kasus aktif antara 51-100 kasus aktif, 6,81% daerah yang tidak terdampak.

Wiku mengingatkan ada 9 kabupaten/kota dengan kasus aktif di atas 1.000 kasus. Yakni Jakarta Barat ada 1.268 kasus, Kota Surabaya ada 1.283 kasus, Jakarta Timur ada 1.305 kasus, Jakarta Selatan ada 1.309 kasus, Kota Medan ada 1.377 kasus. Kota Makassar ada 1.511 kasus, Kota Semarang ada 1.681 kasus, Kota Jakarta Utara ada 1.775 kasus dan Jakarta Pusat ada 2.213 kasus.

“Daerah-daerah ini adalah perkotaan dengan jumlah penduduk yang relatif padat. Dan perlu menjadi perhatian kita semuanya bahwa kita tidak boleh lengah, dan menyusul kabupaten/kota lainnya yang berhasil menurunkan jumlah kasus aktifnya atau tidak ada sama sekali,” tegasnya.

Sementara dalam peta zonasi risiko berdasarkan kabupaten/kota, kondisi terkini ada 35 daerah tidak terdampak, 47 daerah tidak ada kasus baru dalam 4 minggu terakhir dengan kesembuhan 100%, 177 daerah risiko rendah, lalu 222 daerah dengan risiko sedang dan 33 daerah dengan risiko tinggi.

Kabar baiknya ungkap Wiku, ada tren kecenderungan perubahan zonasi daerah yang masuk zona merah dilihat sejak 24 Mei-9 Agustus 2020, makin lama makin sedikit. Pada zona oranye dan zona kuning tingkat risiko sedang dan rendah, jumlahnya masih berfluktuasi. Namun untuk zona hijau juga ada kecenderungan menurun. “Ini artinya kondisi ini perlu menjadi perhatian jangan sampai kabupaten/kota dengan daerah hijau, berkurang,” harapnya.

Selain ini yang tak kalah penting ialah ada 64 kabupaten/kota dari 22 provinsi yang masuk kategori zona oranye selama 4 minggu tanpa perubahan. Rinciannya di Bali, Banten, Bengkulu, DIY, DKI Jakarta, Kalimantan Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Maluku Utara, Papua Barat, Riau, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Papua, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Barat, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Sulawesi Selatan dan Sumatra Utara.

“Perlu diperhatikan dua hal, kepada kabupaten daerah agar dapat meningkatkan testing, tracing dan treatment atau isolasi yang ada kasus-kasus. Sedangkan untuk masyarakat pastikan menjalankan praktik-praktik menggunakan masker dan mencuci tangan. Kalau dua pihak menjalankan dengan baik maka daerah-daerah oranye atau risiko sedang, dapat membaik bahkan tidak ada kasus lagi,” pesannya. (Tim Komunikasi Komite Penanganan Covid-19 dan PEN/EN)

Berita Terbaru