Kalah dari Filipina dan Thailand, Presiden Jokowi: Karena Stok Infrastruktur Baru 37 Persen

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 20 Juli 2018
Kategori: Berita
Dibaca: 19.814 Kali
Presiden Jokowi saat membuka Munas VI tahun 2018 IKA PMII, di Grand Ballroom Hotel JS Luwansa, Jakarta, Jumat (20/7). (Foto: Humas/Rahmat)

Presiden Jokowi saat membuka Munas VI tahun 2018 IKA PMII, di Grand Ballroom Hotel JS Luwansa, Jakarta, Jumat (20/7). (Foto: Humas/Rahmat)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, sebagai negara terbesar di ASEAN, tentunya Indonesia ingin menjadi yang terdepan. Tapi apa daya, untuk urusan investasi dan ekspor, Presiden menyampaikan bahwa Indonesia kalah dengan Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand, dan baru saja juga kalah dari Vietnam.

“Kita sekarang masih mengejar hal yang sangat fundamental yaitu yang berkaitan dengan infrastruktur, karena stok infrastruktur kita, baru pada angka 37% sehingga daya saing kita kalah dengan negara-negara tetangga,” kata Presiden Jokowi saat membuka Musyawarah Nasional (Munas) VI Tahun 2018 Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA PMII), di Grand Ballroom Hotel JS Luwansa, Jakarta, Jumat (20/7) siang.

Kenapa infrastruktur ini penting? Presiden menegaskan ini bukan hanya soal ekonomi. Negara sebesar Indonesia dengan 17.000 pulau, kata Presiden, memerlukan pelabuhan, airport, jalan biasa maupun tol, karena dari situlah sebetulnya persatuan, pemerataan itu bisa diberikan, dari barat sampai ke timur, dari utara sampai ke selatan.

“Problem kita sekarang ini adalah kesenjangan dan kemiskinan. Kesenjangan antar wilayah barat dan timur. Kemiskinan juga kelihatan di barat dan di timur, di desa dan di kota. Ini tantangan besar kita,” tegas Presiden.

Selain infrastruktur, lanjut Presiden, yang ingin dibangun ke depan adalah investasi SDM. Ia menyebutkan, tahun ini, pemerintah telah membangun 50 balai latihan kerja komunitas di pondok pesantren. Tahun depan, Presiden mengaku sudah memerintahkan dibangun minimal 1.000.

“Kita akan bantu siapkan gedung, infrastruktur, peralatan,” ujar Presiden.

Kalau 1.000 selesai, lanjut Presiden, akan menginjak ke angka yg lebih besar lagi, karena Indonesia memiliki lebih dari 29.000 pondok pesantren yang membutuhkan pelatihan keterampilan bagi santri di pondok pesantren.

Ia menilai ini hal yang riil karena ke depan menyongsong perubahan besar ekonomi global, tidak ada kata lain investasi di bidang sumber daya manusia (SDM) menjadi kunci bagi kompetisi Indonesia dengan negara lain.

“Jangan sampai SDM kita tidak tahu tentang artificial intelligence. Sekarang sudah ada big datainternet of things, advance robotic,” ucap Presiden Jokowi seraya mengaku, bahwa kita memang masih berkutat pada hal yang fundamental yaitu pembangunan infrastruktur dan tahapan besar kedua SDM.

Di bidang ekonomi kecil, ekonomi keumatan, Presiden mengungkapkan, tahun ini telah dibangun 40 bank wakaf mikro di pondok pesantren. Tetapi kalau ini nanti kalau dievaluasi, benar bermanfaat bagi umat, bagi komunitas bisnis yang ada di pondok, Presiden menjanjikan akan membesarkan dalam jumlah yang lebih banyak lagi.

Untuk itu, Presiden berharap para alumni PMII ikut bekerja sama dengan pemerintah menyukseskan berbagai program yang di atas. Dengan kerja sama itu, Presiden meyakini negara ini akan maju, pondok pesantren akan maju, para santri juga akan makin maju.

“Dengan begitu maka Indonesia akan menjadi maju menjadi negara yang Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur,” pungkas Presiden Jokowi.

Turut hadir mendampingi Presiden dalam kesempatan itu antara lain Wakil Ketua MPR RI Muhaimin Iskandar, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohammad Nasir, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo, Ketua Umum DPP PPP Romahurmuzy, dan Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj. (GUN/ES)

Berita Terbaru