Kalau Mau Hilirisasi, Presiden Jokowi Optimistis Persoalan Defisit Perdagangan Bisa Selesai Dalam 3 Tahun

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 21 November 2019
Kategori: Berita
Dibaca: 736 Kali

Presiden Jokowi didampingi Seskab Pramono Anung menghadiri Indonesia Mining Association Award 2019 di Ballroom Hotel Ritz Carlton Pacific Palace, SCBD, Jakarta, Rabu (20/11) sore. (Foto: Oji/Humas)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan keyakinannya, jika para pengusaha tambang mampu memproses barang-barang tambang menjadi barang setengah jadi atau barang jadi, maka akan memiliki multiplier effect yang besar, terutama dalam mengatasi current account deficit, defisit neraca berjalan dan defisit perdagangan kita, yang sudah berpuluh tahun tidak bisa diselesaikan.

“Kemarin saya hitung-hitungan, kalau semuanya merujuk pada hilirisasi, industrialisasi, menjadi barang setengah jadi dan barang jadi. Saya yakin tidak ada tiga tahun, problem yang tadi bertahun-tahun, berpuluh tahun enggak bisa diselesaikan yang namanya defisit neraca perdagangan dan defisit transaksi berjalan akan bisa diselesaikan hanya dalam waktu tiga tahun,” kata Presiden Jokowi saat memberikan sambutan dalam Indonesia Mining Association Award 2019 di Ballroom Hotel Ritz Carlton Pacific Palace, SCBD, Jakarta, Rabu (20/11) sore.

Sebelumnya Presiden Jokowi mengakui, bahwa ekspor dari dunia pertambangan memberikan kontribusi yang besar kepada neraca perdagangan kita. Tetapi juga menjadikan kita tergantung, ketergantungan pada ekspor dari dunia pertambangan yang begitu sangat besar itu.

Oleh sebab itu, Presiden mengajak pentingnya hilirisasi, memulai memproses barang-barang tambang kita menjadi barang setengah jadi atau barang jadi sehingga negara kita memiliki nilai tambah dan memiliki multiplier effect yang besar kemana-mana, termasuk tentu saja dalam penciptaan lapangan kerja yang itu dibutuhkan oleh masyarakat.

Presiden meyakini banyak sekali yang bisa dilakukan dalam hilirisasi yang akan memberikan nilai tambah, akan muncul value added. Ia menunjuk contoh misalnya batubara, sekarang dengan teknologi ternyata bisa menjadi DME (dimethyl ether). LPG (liquified petroleum gas), bisa menjadi petrochemical tadi metanol dan lain-lain.

“Kalau ini muncul dari dunia pertambangan kita, ngapain kita impor LPG, ngapain kita impor petrokimia yang sangat besar sekali, langsung hilang itu, begitu ini muncul. Bapak/Ibu semuanya membangun ini, hilang itu yang namanya current account deficit kita. Saya jamin hilang, nggak akan lebih dari tiga tahun, kalau tambah satu komoditas, katakanlah batubara itu belok ke situ sebagian, rampung kita,” terang Presiden.

Jika masalah defisit neraca perdagangan, neraca transaksi berjalan bisa diselesaikan, menurut Presiden Jokowi, pemerintah enggak akan ketakutan-ketakutan mengenai Rupiah dengan Dollar atau Rupiah dengan mata uang yang lain, akan aman.

Bersiap Diri

Dalam kesempatan itu Presiden Jokowi mengingatkan, bahwa Undang-Undang Minerba juga mengamanatkan ke sana sampai 2017, tetapi ada relaksasi menjadi tahun 2022. Kepala Negara mengajak semuanya untuk bersiap diri menuju ke sana.

“Kalau memang perlu bergabung, bergabunglah. Kalau ada masalah yang berkaitan dengan, misalnya, pendanaan untuk menyelesaikan, ya marilah kita bicara. Saya juga bisa kok mencarikan solusi-solusi, kalau itu memang diperlukan,” tutur Kepala Negara.

Presiden meyakini, para pengusaha tambang cukup mampu, jadi urusan pendanaan mestinya tidak ada masalah. Tetapi kalau ada masalah, Presiden mengajak berbicara nanti di Istana. “Enggak apa-apa saya undang Bapak/Ibu sekalian,” ujarnya.

Menurut Presiden, dirinya sudah memaksa BUMN untuk masuk ke sana dan sudah dimulai di Kalimantan Barat. Untuk yang swasta, Presiden mengajak juga yang memiliki tambang untuk ikut membangun industrinya.

Copper juga sama, yang saya tahu turunannya bisa 15 kali dan asam sulfatnya, yang saya dapat informasi, ini bisa dipakai untuk selain dari sisi turunan nikel, juga bisa dipakai campuran untuk membuat lithium baterai sehingga desain strategi besar bisnis negara dalam jangka ke depan yang kita ingin membangun mobil listrik di negara kita, betul-betul bisa kita capai karena kalau mobil listrik itu, katanya kuncinya ada di baterai,” kata Presiden Jokowi seraya menambahkan, kalau bahannya ada, barangnya ada, lalu untuk apa ekspor.

“Buat aja di sini, teknologi belum ada, ya gandeng yang punya teknologi, jadikan partner. Jangan kita nggak mau berpartner dengan mereka, jadikan partner, sehingga betul-betul kita bisa memproduksi yang namanya lithium baterai. Nikel terutama, ini bahan untuk lithium baterai yang sangat dibutuhkan oleh mobil listrik ke depan,” terang Presiden Jokowi.

Tampak hadir dalam kesempatan itu antara lain Menteri ESDM Arifin Tasrif, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Wakil Menteri BUMN Boy G. Sadikin. (HIM/OJI/ES)

Berita Terbaru