KOI Nyatakan Keberatan ke BWF atas Diskriminasi yang Diterima Tim Indonesia

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 19 Maret 2021
Kategori: Berita
Dibaca: 1.464 Kali

Menpora Zainudin Amali dan Ketum KOI Raja Sapta Oktohari saat memberikan keterangan pers, Jumat (19/03/2021), di Jakarta. (Sumber: Tangkapan Layar YouTube Kemenpora RI)

Ketua Umum (Ketum) Komite Olimpiade Indonesia (KOI) atau National Olympic Committee (NOC) Indonesia Raja Sapta Oktohari menyampaikan pihaknya telah melayangkan surat protes kepada Badminton World Federation (BWF) terkait dipaksa mundurnya tim bulu tangkis Indonesia dari All England Open 2021 yang digelar di Birmingham, Inggris. Tim Indonesia juga diperlakukan secara diskriminatif dan tidak profesional.

Hal tersebut disampaikannya dalam keterangan pers bersama Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali, Jumat (19/03/2021), di Jakarta.

Okto menyampaikan, setiap negara mempunyai regulasi terkait penanganan pandemi COVID-19, termasuk di negara Indonesia maupun Inggris. Untuk itu, penyelenggara kegiatan di setiap negara harus beradaptasi dengan protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh otoritas setempat.

“Kami dalam hal ini memberi pernyataan yang sangat tegas kepada BWF agar tidak buang badan ke Pemerintah Inggris. Kami sudah melayangkan surat kepada BWF dan juga kepada NOC Inggris,” ujarnya.

Ketum KOI menyampaikan, surat yang disampaikan kepada BWF bersifat protes sedangkan yang disampaikan kepada NOC Inggris berupa permintaan dukungan.

“Karena yang melaksanakan kegiatan bukan Pemerintah Inggris tetapi panitia pelaksana All England. Ini sangat mengecewakan. BWF harusnya bertanggungjawab penuh atas keteledoran yang terjadi di All England,” tegasnya.

Disampaikan Okto, tim Indonesia telah disuntik vaksin COVID-19 serta menjalankan tes PCR sebelum keberangkatan dan saat kedatangan di Inggris. Bahkan, sudah ada pemain Indonesia yang bertanding di ajang bulu tangkis bergengsi tersebut.

Namun, beberapa perlakukan diskriminatif, tidak profesional, dan tidak adil diterima oleh tim Indonesia. Diungkapkan Ketum KOI, selain dipaksa mundur dari pertandingan, tim Indonesia juga tidak diperkenankan untuk menggunakan lift dan naik bus oleh penyelenggara.

“Kami melihat apa yang dilakukan oleh BWF sangat tidak profesional. Dan kami sudah berkomunikasi dengan PBSI, dengan Kemenpora, dengan Kementerian Luar Negeri, dengan Federasi Bulu Tangkis Asia. Dan juga kami akan meneruskan tragedi atau skandal ini ke level yang paling tinggi atau memungkinkan untuk ke arbitrase internasional,” ujarnya.

Okto menilai, perlakuan yang diterima oleh atlet bulu tangkis Indonesia tersebut telah melukai perasaan masyarakat Indonesia khususnya penggemar olahraga yang merupakan salah satu cabang olahraga (cabor) andalan Indonesia. Untuk itu, pihaknya meminta agar BWF menyampaikan permintaan maaf atas perlakuan tersebut.

“BWF harus bertanggung jawab terhadap kelalaian dan keteledoran yang telah mereka lakukan. Mereka harus minta maaf kepada masyarakat Indonesia secara resmi dan juga harus ada pertanggungjawaban terhadap apa yang dilakukan oleh BWF kepada atlet-atlet kita yang sampai hari ini masih di karantina di Birmingham, Inggris,” tegasnya.

Tak hanya itu, KOI juga akan melakukan langkah-langkah untuk memastikan kejadian serupa tidak terjadi lagi di masa yang akan datang.

“Kami juga akan meneruskan ini kepada stakeholder kita terutama OCA (Olympic Council Asia) bahkan mungkin ke IOC (International Olympic Committee) supaya memastikan preseden ini tidak terulang kembali. Masih banyak cabor-cabor lain yang akan melakukan kualifikasi, kami tidak ingin hal seperti ini menjadi preseden dan terjadi di tempat yang lain,” kata Okto.

Menutup keterangan persnya, Ketum KOI menyampaikan apresiasi terhadap langkah cepat yang dilakukan oleh pemerintah pasca kejadian yang menimpa tim Indonesia di All England.

“Kami Komite Olimpiade Indonesia ingin mengucapkan apresiasi kepada Kemenpora dan juga Kementerian Luar Negeri yang sejak awal sangat sigap merespons apa yang terjadi terhadap anak-anak kita, para atlet kebanggaan Indonesia, yang sampai hari ini masih di karantina di Inggris,” tandasnya. (FID/UN)

Berita Terbaru