Kongres Ekonomi Umat ke-2 Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tahun 2021, di the Sultan Hotel and Residence, Provinsi DKI Jakarta, 10 Desember 2021 

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 10 Desember 2021
Kategori: Sambutan
Dibaca: 1.913 Kali

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahirabbil ‘alamin, washalatu wasalamu ‘ala asrafil ambiya’i wal mursalin, sayyidina wa habibina wa syafiina wa maulana Muhammadin, wa ‘ala alihi wasahbihi ajma’in. Amma ba’du.

Yang saya hormati Menteri Agama Republik Indonesia;
Yang saya hormati Ketua dan Wakil Ketua Umum MUI beserta seluruh pimpinan dan jajaran pengurus MUI;
Yang saya hormati para pimpinan dan dewan direksi bank syariah, para pimpinan ormas tingkat nasional, asosiasi dan lembaga keuangan syariah yang hadir;
Bapak-Ibu sekalian yang saya hormati.

Tadi saya disiapkan bahan sambutan seperti ini banyaknya, tapi setelah saya mendengar tadi di Dr. Buya Anwar Abbas menyampaikan itu, saya enggak jadi juga pegang ini. Saya akan jawab apa yang sudah disampaikan oleh Dr. Buya Anwar Abbas. Akan lebih baik menurut saya di dalam forum yang sangat baik ini.

Yang pertama, yang berkaitan dengan lahan, dengan tanah, penguasaan lahan, penguasaan tanah. Apa yang disampaikan oleh Buya betul, tapi bukan saya yang membagi. Ya harus saya jawab, harus saya jawab. Dan kita sekarang ini dalam proses mendistribusi reforma agraria yang target kita sudah mencapai 4,3 juta hektare, dari target 12 juta yang ingin kita bagi.

Dan saat ini kita sudah memiliki Bank Tanah, akan kita lihat HGU (Hak Guna Usaha), HGB (Hak Guna Bangunan) yang ditelantarkan semuanya, mungkin insyaallah bulan ini sudah saya mulai atau mungkin bulan depan akan saya mulai, untuk saya cabut satu-persatu yang ditelantarkan karena banyak sekali. Konsesinya diberikan sudah lebih 20 tahun, lebih 30 tahun, tapi tidak diapa-apakan, sehingga kita tidak bisa memberikan ke yang lain-lain.

Tetapi kalau Bapak-Ibu semuanya, saya pernah menawarkan ini waktu pertemuan di Persis di Bandung. Karena ada yang menanyakan juga masalah itu dan saya jawab sama. Kalau Bapak-Ibu sekalian ada yang memerlukan lahan dengan jumlah yang sangat besar, silakan sampaikan kepada saya. Akan saya carikan, akan saya siapkan. Berapa? Sepuluh ribu hektare, bukan meter persegi, hektare. Lima puluh ribu hektare? Tapi dengan sebuah hitung-hitungan proposal juga yang feasible, artinya ada feasibility study yang jelas. Akan digunakan apa barang itu, lahan itu? Akan saya berikan, saya akan berusaha untuk memberikan itu, insyaallah. Karena saya juga punya bahan banyak, stok, tapi enggak saya buka kemana-mana.

Kalau Bapak-Ibu sekalian ada yang memiliki, silakan datang ke saya diantar oleh Buya Anwar Abbas. Ya saya juga, dipikir saya enggak kepikiran? Gini ratio waktu saya masuk 0,41 (persen) lebih. Kepikiran, Bapak-Ibu sekalian. Gap seperti itu kepikiran, jangan dipikir saya enggak kepikiran. Kepikiran. Karena saya merasakan jadi orang susah, saya merasakan betul. Dan enak menjadi orang yang tidak susah, memang.

Silakan, untuk apa. Tapi jangan menunjuk, “Pak, saya yang di Kalimantan saja,” jangan. Saya yang memutuskan “Oh, Bapak butuh 10 ribu (hektare) ya, saya berikan ada ini di Sumatra.” “Oh, 50 ribu (hektare) saya ada ini di Kalimantan, silakan.” Dengan sebuah feasibility yang hitung-hitungan dan kalkulasinya jelas. Jangan sampai kita berikan tahu-tahu diambil juga yang itu lagi, dibeli yang itu lagi. Untuk apa saya memberikan konsesi kalau untuk itu? Dan itu kejadian sudah berpuluh-puluh kali seperti itu terus.

Akan banyak nanti Bank Tanah kita ini, sudah ada yang mengomandani, akan banyak sekali yang kita cabuti, sudah ndak ini ndak. Ini sudah lebih dari 20 tahun, lebih dari 30 tahun, ndak. Masukkan ke sini ke Bank Tanah, baik itu HGU maupun HGB, agar semua lahan yang kita miliki itu betul-betul produktif.

Yang kedua, mengenai usaha mikro, usaha ultra mikro. Memang banyak yang enggak tahu, tapi nanti bulan-bulan Januari, Februari kalau boleh saya ajak nanti dari MUI dipimpin juga Pak Buya Anwar Abbas. Enggak apa-apa, entah lima orang, entah 10 orang, akan saya ajak (melihat) apa yang sudah kita bangun, yang namanya Mekaar PNM. Itu 2015 kita hanya bisa mengumpulkan 500 ribu usaha mikro, usaha ultra mikro yang pinjamannya Rp3-5 juta, Rp1 juta, Rp 2 juta, Rp 3 juta sampai Rp5 juta. Sekarang sudah, nasabahnya sudah mencapai 9,8 juta.

Grameen Bank, Grameen Bank itu totalnya 6,5 juta, dia mendapatkan Nobel. Ini kita sudah 9,8 (juta), tapi enggak dapat Nobel. Akan saya tunjukkan bagaimana Mekaar, PNM Mekaar ini bekerja, yang kecil-kecil dikelompokkan kemudian gandeng renteng, kalau satu enggak bisa mengangsur, siapa yang membantu. Sistem ini sudah berkembang. Insyaallah nanti sampai 2024 akan mencapai target kita 20 juta. Tapi memang masih banyak, karena usaha kecil, usaha mikro, ultra mikro kita ada 64 juta.

Topangan ekonomi informal kita ini memang sangat, sangat besar sekali. Saya juga sedih melihat porsi pinjaman bank kita juga. Usaha UMKM hanya diberi 20 persen, sisanya yang tengah, yang gede. Kita memaksa pun enggak bisa, karena “Pak, kami bekerja itu berdasarkan kalkulasi dan feasibility study yang semuanya terkalkulasi. Enggak bisa Bapak mendorong-dorong kami.”

Enggak, enggak, enggak saya kan enggak minta banyak-banyak, saya minta minimal 30 persen saja, tapi naik dari 20 (persen). Ini pun masih tarik ulur, tapi dipaksa enggak bisa, bank kita itu enggak bisa. “Pak, kita ini bekerja dengan kehati-hatian yang tinggi (prudent). Enggak bisa Bapak memaksa kami dengan target-target seperti itu. BRI mungkin bisa lebih dari 80 persen, kalau usaha kecil, usaha mikro, ultra mikro, tapi kami enggak bisa yang lain, karena kami memang basis kami adalah di usaha-usaha besar dan usaha-usaha menengah.” Inilah kesulitan-kesulitan yang kita miliki.

Tetapi insyaallah nanti dengan Bank Syariah Indonesia (BSI), yang gede-gede, yang dari kecil menjadi tengah, menjadi gede, itu bisa dilayani oleh BSI. Karena sekarang sudah masuk ke bank delapan besar dengan kekuatan kapital yang lebih kuat. Dan kita harapkan nanti, baik itu berkaitan dengan industri halal, berkaitan dengan pariwisata halal, yang berkaitan dengan produk-produk halal, yang kalau kita lihat pangsanya sangat besar sekali. Ini bisa dilayani oleh sebuah bank yang juga gede, kalau dulu kan hanya melayani yang kecil-kecil. Ini yang kecil dilayani seberapa banyak pun, yang gede juga bisa dilayani oleh Bank Syariah Indonesia (BSI).

Saya juga senang, ini karena sudah menjawab dua hal tadi, saya ingin memberikan posisi ekonomi syariah kita yang tahun 2014 itu pada posisi ranking yang ke-9, (tahun) 2020-2021 kita sudah naik menjadi peringkat ke-4 dunia. Perkiraan saya insyaallah dalam 3-4 tahun ini akan masuk ke-2 atau ke-1 kalau growth, kalau pertumbuhannya seperti yang kita lihat sekarang, akan cepat sekali pasarnya masuk ke semua negara. Inilah saya kira perkembangan ekonomi syariah kita dalam 6-7 tahun ini.

Kita harapkan dengan jumlah penduduk terbesar, jumlah penduduk muslim terbesar di dunia sebesar 87 persen atau 207 juta jiwa, kita telah berkomitmen untuk menjadi pusat ekonomi syariah di tahun 2024. Dan kita akan berusaha keras untuk itu, baik tadi yang saya sampaikan mengenai pengembangan industri halal, pengembangan sektor keuangan syariah, pengembangan sektor keuangan sosial syariah, pengembangan kewirausahaan syariah, semuanya akan kita dorong karena memang kita ini adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Ini saya ulang-ulang terus dimana-mana mengenai ini, agar negara lain tahu bahwa Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia.

Apalagi sejak 1 Desember kemarin, kita telah menjadi Presidensi G20, Keketuaan G20 Artinya kita menjadi ketua dari negara-negara besar, negara-negara maju dengan PDB, dengan GDP (Gross Domestic Product) yang masuk dalam 20 besar. Kita sekarang di nomor 16, tapi seperti tadi disampaikan oleh Buya, bahwa insyaallah di 2040-2045 memang hitung-hitungan McKinsey, hitung-hitungan dari Bank Dunia (World Bank), dari IMF memang kita akan masuk ke empat besar. Tapi itu halangannya juga tidak kecil, tantangannya juga bukan tantangan yang mudah. Ada syarat-syarat kita untuk mencapai ke sana, sehingga perkiraan PDB kita saat itu di 2040-2045 kurang lebih 23.000 sampai 27.000 (dolar AS) income per kapita, masyarakat kita. Sebuah angka yang sangat besar sekali, tentu saja. Tapi, itu butuh kerja keras kita semuanya.

Saya rasa itu yang bisa kita sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Dan dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, Kongres Ekonomi Umat ke-2 Majelis Ulama Indonesia sore hari ini saya nyatakan dibuka.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sambutan Terbaru