Kuliah Umum Presiden RI di Georgetown University, Washington, D.C., Amerika Serikat, 13 November 2023

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 13 November 2023
Kategori: Amanat/Arahan
Dibaca: 716 Kali

Kuliah Umum Presiden Joko Widodo di Georgetown University, Washington, D.C., Amerika Serikat, 13 November 2023

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Presiden DeGioia;
Keluarga besar Georgetown;
Hadirin sekalian.
Selamat siang,
Hoyas!

Ini pertama kali saya berbicara di sebuah universitas di Amerika dan itu adalah Georgetown University. Alasan saya ada dua, yang pertama karena ini adalah universitas bagus, top. Tepuk tangan untuk Georgetown Uni. Yang kedua, karena Indonesia dan Georgetown akan menjalin kerja sama, dan Georgetown akan membuka kampus di Indonesia tahun depan. Semoga tidak mundur.

Pendidikan adalah salah satu prioritas Indonesia karena di tahun 2030-an, Indonesia akan mengalami bonus demografi, sehingga kualitas sumber daya manusia menjadi faktor penentu. Saya harap nanti lulusan Georgetown Uni Indonesia juga kelak bisa menjadi presiden seperti Mr. Bill Clinton.

Siang ini saya tidak akan berbagi tentang ilmu negosiasi, ilmu politik, apalagi aljabar. No, it’s too complicated. Just leave it to the Georgetown lectures, they’re already experts. Today, I just want to share a story about Indonesia. Has anyone ever been to Indonesia? When? Good.

Tahukah anda bahwa Indonesia memiliki lebih dari 17 ribu pulau? Dua per tiga Indonesia adalah air, dan penduduk Indonesia sekarang ini hampir 300 juta. Indonesia memiliki 714 suku dan 1.100 lebih bahasa daerah. Sebagai negara demokrasi terbesar ketiga dunia, tahun depan Indonesia akan ada pemilu, pemilihan presiden dan legislatif atau parlemen, dan kemudian di bulan November akan ada pemilihan gubernur, bupati, dan wali kota. Pemilihan langsung oleh rakyat; gubernur ada 38, bupati dan wali kota ada 514. Dan, setelah itu juga ada pemilihan kepala desa yang jumlahnya 74.800.

Indonesia adalah negara yang dipersatukan oleh keberagaman. Bagi Indonesia, perbedaan dan keragaman adalah anugerah. Dan dalam mengelola keberagamannya, Indonesia memiliki panduan, memiliki ideologi, yaitu Pancasila, unity in diversity yang menginspirasi di setiap sendi-sendi kehidupan, termasuk kehidupan bernegara. Bagi Indonesia, kompetisi dan rivalitas adalah wajar. US and China competition, east and west competition that is natural and normal. Adanya perbedaan adalah hal yang biasa, but most importantly it must be managed well, agar tidak menimbulkan konflik terbuka yang dapat dipicu ketidakstabilan kawasan. Sehingga yang namanya communication, room for dialogue, collaboration, cooperation itu menjadi kunci untuk mencapai stabilitas dan perdamaian, baik di kawasan maupun di dunia.

Indonesia is always open to cooperate with any country dan tidak berpihak pada kekuatan mana pun, kecuali pada perdamaian dan kemanusiaan. Itulah prinsip yang kami bawa di Keketuaan Indonesia di G20 dan di ASEAN, yang dijalankan dalam situasi dunia yang terbelah dengan rivalitas yang sangat tajam dan geopolitik yang memanas. Still praise to God, keduanya dapat diselesaikan oleh Indonesia dengan baik.

Kemudian banyak yang bertanya, how could it be? How to? Then, I wanna tell you. The key is listen and play a bridging role, that’s it. Kadang kita sering lupa mendengarkan, lupa memahami kepentingan pihak lain, karakter bangsa lain, terutama ini untuk negara besar dan negara maju yang sibuk memaksakan kepentingannya dan tidak jarang disertai ancaman, padahal dunia tidak sedang baik-baik saja. Instabilitas terjadi di mana-mana. Perang di Ukraina belum selesai, sudah muncul perang di Gaza dan setiap menit, 10 menit, satu anak terbunuh di Gaza. Lebih dari 66 persen korbannya adalah wanita dan anak-anak. Human life seems meaningless, but for me, every life is precious.

This is a humanitarian problem. Dan untuk menghentikannya, yang dibutuhkan adalah global solidarity, global leadership yang memprioritaskan kemanusiaan. Ada sebuah kutipan dari Presiden Abraham Lincoln “You cannot escape the responsibility of tomorrow by evading it today”. Kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjaga perdamaian dan kita harus tunaikan tanggung jawab ini sekarang juga.

Terima kasih.

Dean of the School of Foreign Service of the Georgetown University (Joel Hellman)
So, on behalf of all of us here at Georgetown University. I want to warmly thank you, President Jokowi, for honoring us here with your visit on this historic trip to Washington DC. I now have the pleasure of asking you a few questions that were received in advance from members of our community. The first is at this summit meeting that you are about to have with President Biden, they are going to be announcing the upgrading of Indonesia’s relationship to a comprehensive strategic partnership. What is the importance of upgrading the US-Indonesia relationship to a comprehensive strategic partnership?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Amerika adalah negara besar dan pengaruhnya kepada negara mana pun juga sangat besar. Ekspor Indonesia sekarang ini ke Amerika juga sangat besar. Oleh sebab itu, ruang harus dibuka lebar-lebar untuk memperkuat kerja sama, ini terkait baik urusan perdagangan, urusan ekonomi, urusan investasi, urusan mineral kritis, dan juga transisi energi. Sebagai negara yang kaya akan mineral kritis dan potensi energi hijau, Indonesia dapat menjadi partner bagi Amerika Serikat karena Indonesia memiliki cadangan nikel yang terbesar di dunia, timah terbesar nomor dua di dunia, dan juga energi hijau Indonesia memiliki potensi 3.600 megawatt. Sebuah potensi yang sangat besar yang nantinya itu bisa dipakai untuk memproduksi produk-produk hijau untuk ekonomi hijau, yang bisa kita kembangkan bersama-sama antara Amerika dan Indonesia. Artinya, semua itu bisa dikembangkan dan berkontribusi bagi kebaikan Indonesia, Amerika dan juga dunia. Saya rasa itu.

Dean of the School of Foreign Service of the Georgetown University (Joel Hellman)
Thank you. On your leadership Indonesia has embarked on an ambitious plan to move the capital city to Nusantara. How will this new capital city be designed to address issues, such as sustainability, livability, and economic development?

Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo)
Nusantara, new capital city ini adalah, konsepnya adalah smart forest city, kota modern yang ramah lingkungan. Tujuh puluh persen adalah kawasan hijau, kawasan hutan yang sekarang ini monokultur kemudian akan diperbaiki menjadi sebuah hutan yang heterogen yang akan mendekati tropical rainforest dan 80 persen akan menggunakan transportasi publik, kendaraan listrik, dan penghuninya 100 persen harus menggunakan kendaraan listrik, sehingga nanti akan menjadi kota yang betul-betul, kota yang betul-betul hijau, yang layak untuk dihuni bersama-sama. Sehingga, yang pertama dibangun di Ibu Kota Nusantara adalah, yang pertama kita bangun adalah nursery center, botanical center, yang setiap tahunnya menghasilkan bibit kurang lebih 15-16 juta bibit. Yang itu nanti akan ditanam, baik di ibu kota Nusantara maupun di Pulau Kalimantan, sehingga kawasan itu menjadi kawasan yang sangat hijau. Dan juga pembangkit listriknya adalah energi hijau, baik dari solar panel maupun dari hydropower.Kita harapkan ini akan bisa kita huni, kita mulai huni nanti di Agustus 2024.

Dean of the School of Foreign Service of the Georgetown University (Joel Hellman)
Thank you. I’m now pleased to present you with a gift on behalf of the entire Georgetown community. You know what a Hoya is, you mentioned it in your opening remarks. And we, because we’re beginning, we hope a long relationship with the Republic of Indonesia and we appreciate your support. We want to make you an honorary Hoya and the best way to do that is to make you part of our basketball team. Terima kasih, Pak.

Amanat/Arahan Terbaru