Kunjungi Ponpes Langitan, Tuban, Presiden Jokowi Ajak Santri Jaga Persatuan dan Kerukunan

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 9 Maret 2018
Kategori: Berita
Dibaca: 17.377 Kali
Presiden Jokowi saat berkunjung ke Pondok Pesantren (Ponpes) Langitan, di Dusun Mandungan, Desa Widang, Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Kamis (8/3). (Foto: Humas/Agung).

Presiden Jokowi saat berkunjung ke Ponpes Langitan, di Dusun Mandungan, Desa Widang, Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Kamis (8/3). (Foto: Humas/Agung).

Usai melakukan kunjungan kerja ke Gresik dan Lamongan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) beserta rombongan menuju ke Pondok Pesantren (Ponpes) Langitan, di Dusun Mandungan, Desa Widang, Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Kamis (8/3) sore.

Di tengah guyuran hujan, Presiden Jokowi beserta rombongan yang tiba saat Magrib disambut langsung oleh pengasuh Ponpes Langitan KH Ubaidillah Faqih beserta beberapa pengurus pondok pesantren. 

Pondok Pesantren Langitan berdiri sejak tahun 1852,  itu sebabnya menjadi salah satu lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Nama Langitan merupakan perubahan dari kata Plangitan, kombinasi dari kata plang (bahasa Jawa) berarti papan nama dan wetan (bahasa Jawa) yang berarti timur.

Jaga Persatuan

Dalam silaturahmi yang dihadiri oleh ribuan santri Ponpes Langitan, Presiden Jokowi mengatakan, bahwa Indonesia ini adalah negara besar, negara muslim, negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Ia menambahkan bahwa Indonesia memiliki santri terbanyak di dunia dan tidak ada negara lain yang memiliki hari santri, Indonesia punya hari santri.

“Alhamdulilah, ini patut kita syukuri,” ujar Presiden.

Kepala Negara menjelaskan, Indonesia memiliki 268 juta penduduk, 85% di antaranya muslim. Namun demikian, lanjut Presiden, Indonesia ini negara majemuk, sukunya saja ada 714 suku di Indonesia. Kepala Negara menambahkan bahwa Indonesia beda dengan Singapura yang memiliki 4 suku, atau Afghanistan yang memiliki 7 suku.

“Sukunya berbeda-beda dari Sabang sampai Merauke, dari Pulau Mianggas sampai Pulau Rote, bahasa daerahnya juga berbeda-beda, agamanya juga berbeda-beda,” sambung Presiden ke-7 Republik Indonesia.

Oleh sebab itu, Kepala Negara mengajak para santri untuk menjaga persatuan, kesatuan, kerukunan, persaudaraan, ukhuwah Islamiah, menjaga ukhuwah watoniah, dan yang terpenting ukhuwah basoriah.

“Jangan lupa semua perbedaan-perbedaan itu merupakan anugerah yang diberikan Allah kepada kita bangsa Indonesia,” tegas Kepala Negara. (DID/AGG/ES)

Berita Terbaru