‘Landscape’ Berubah, Presiden Jokowi Minta Mendikbud dan Menristekdikti Cepat Merespons
Dalam bagian lain sambutannya pada Pembukaan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Hanura, di Kuta, Bali, Jumat (4/8) pagi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyinggung perubahan-perubahan global perubahan dunia itu betul-betul nyata sudah ada.
Presiden mengingatkan, sekarang sudah muncul generasi Y yang nantinya 10 tahun lagi akan mempengaruhi pasar, akan men-drive pasar, akan mempengaruhi landscape politik, akan mempengaruhi landscape ekonomi kita.
Mereka ini, lanjut Presiden, nantinya sudah tidak membaca koran, tidak melihat TV lagi. Pegangannya hanya satu kotak kecil yang namanya gadget, yang namanya gawai, yang namanya smartphone.
Pegangnya hanya itu. Mau lihat berita mereka hanya klik di situ, pengen film, pengen TV mereka hanya kaya skarang kaya Netflix. Nantinya akan mengarah ke sana. Perubahan-perubahan seperti ini yang harus kita sadari. Akan ada landscape ekonomi baru, landscape politik baru baik Global, nasional, maupun daerah, tutur Presiden.
Oleh sebab itu, Presiden Jokowi mengingatkan kita semuanya harus bersiap menghadapi transisi-transisi seperti ini, karena merekalah nanti yang men-drive mempengaruhi pasar, ekonomi, dan politik.
Oleh sebab itu, lanjut Presiden, kalau infrastruktur sudah dimulai, sudah dikerjakan, ada yang selesai ada yang belum, tahapan berikutnya yang harus dimulai yaitu pembangunan sumber daya manusia. Ini wajib dan harus kita lakukan karena persiapan-persiapan dalam menghadapi persaingan global itu betul-betul harus disiapkan secara detail dan secara baik, ujarnya.
Menurut Presiden, tidak bisa lagi, misalnya pendidikan vokasional, pendidikan kejuruan, training-training vocational, training-training skill, kemudian perguruan tinggi dan universitas-universitas kita itu monoton dan rutinitas seperti yang dihadapi sekarang, linear seperti yang dikerjakan seperti sekarang ini. Kita harus berani mengubah semuanya.
Presiden memberikan contoh, misalnya SMKS sudah berapa puluh tahun yang namanya jurusan di SMK itu jurusan hanya jurusan bangunan, jurusan listrik, jurusan mesin. Mestinya jurusan-jurusan ini juga harus diganti dengan perubahan-perubahan yang ada.
Bisa saja di situ jurusan animasi, jurusan video, jurusan retail misalnya, ujar Presiden mencontohkan.
Demikian juga perguruan tinggi, menurut Presiden, sudah berapa puluh selalu jurusannya adalah jurusan-jurusan yang itu-itu saja. Jurusan ekonomi, jurusan hukum pasti ada. Jurusan sospol pasti ada. Tidak pernah kita berani detail masuk ke hal-hal yang dibutuhkan sekarang ini.
Kita terlalu linier, terlalu rutinitas padahal perubahan-perubahan ini sangat cepat sekali, ucap Presiden Jokowi seraya menambahkan, di sisi lain Elon Musk sudah berbicara masalah hyperloop, sudah berbicara masalah Tesla, sudah berbicara masalah SpaceX.
Mestinya, lanjut Presiden, fakultas-fakultas mulai ke hal-hal yang memang dibutuhkan oleh masyarakat, hal-hal yang dibutuhkan oleh industri, hal-hal yang dibutuhkan oleh pasar, ke hal-hal yang dibutuhkan oleh negara.
Ia memberi contoh, misalnya kenapa tidak ada fakultas Human Resources Management. Mengapa tidak ada fakultas logistik, mengapa tidak ada fakultas retail platform, mengapa tidak ada fakultas khusus mengenai packaging, fakultas mengenai e-sport, atau fakultas mengenai green building misalnya.
Presiden menekankan, karena dunia sudah berubah, kalau kita tidak mau seperti itu sangat berbahaya sekali, kita kalah dalam persaingan persaingan global. Kalau kita masih berkutat pada rutinitas, berkutat pada hal-hal linier, tidak berani melakukan terobosan-terobosan, bisa kita betul-betul ditinggal dan kalah oleh aman dan kalah dalam persaingan global, tutur Presiden Jokowi.
Harus Direspons
Presiden mengingatkan, bahwa perubahan-perubahan itu mau tidak mau harus kita hadapi dengan sebuah mindset, dengan sebuah pola pikir baru, dengan sebuah manajemen baru, sehingga setiap perubahan-perubahan itu lincah dan selalu bisa kita ikuti.
Menurut Presiden, dirinya selalu menyampaikan kepada para menteri agar regulasi-regulasi yang menghambat, regulasi-regulasi yang tidak memberikan kecepatan dalam bertindak itu dihilangkan saja, dihapus saja. Ganti dengan hal-hal kebijakan-kebijakan yang baru, dengan regulasi-regulasi yang baru. Sehingga kita fleksibel, tuturnya.
Presiden Jokowi mengaku sudah menyampaikan pada Mendikbud (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan), agar kita ini memiliki sebuah fleksibilitas sehingga bisa merespons setiap perubahan-perubahan yang ada di dunia.
Mendikbud, Menristekdikti itu sangat, harus sangat responsif terhadap perubahan-perubahan yang ada di global, maupun perubahan-perubahan yang kita hadapi di negara kita, tutur Presiden Jokowi.
Pembukaan Rapimnas Partai Hanura itu dihadiri sejumlah menteri, diantaranya Mendagri Tjahjo Kumolo, Sekretaris Kabinet Pramono Anung. Selain itu, hadir pula Gubernur Provinsi Bali Mangku Pastika, Ketua Umum Partai Hanura Osman Sapta, Ketua Dewan Pembina Partai Hanura Wiranto, dan pimpinan partai politik lainnya. (FID/OJI/ES)