Luncurkan “Making Indonesia 4.0”, Presiden Jokowi: Kalau Yang Pesimis-Pesimis, Saya Enggak Percaya

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 4 April 2018
Kategori: Berita
Dibaca: 14.454 Kali
Presiden Jokowi didampingi Menperin Airlangga Hartarto menyaksikan robot bekerja saat meluncurkan “Making Indonesia 4.0”, di Cendrawasih Hall, JCC Jakarta, Rabu (4/4) pagi. (Foto: Rahmat/Humas)

Presiden Jokowi didampingi Menperin Airlangga Hartarto menyaksikan robot bekerja saat meluncurkan “Making Indonesia 4.0”, di Cendrawasih Hall, JCC Jakarta, Rabu (4/4) pagi. (Foto: Humas/Rahmat)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) percaya bahwa dampak dari revolusi Industri 4.0 akan 3000 kali lipat dibandingkan dampak revolusi industri pertama sekitar 200 tahun yang lalu. Namun Presiden tidak mempercayai prediksi McKinsey Global Institute, bahwa revolusi Industri 4.0 akan menghilangkan 800 juta lapangan kerja sekarang sampai tahun 2030 karena diambil alih oleh robot dan mesin.

“Kalau yang ini saya enggak percaya, enggak percaya kalau yang ini. Kalau yang pesimis-pesimis itu saya enggak percaya atau paling enggak rada enggak percaya,” kata Presiden Jokowi saat meluncurkan “Making Indonesia 4.0” yang merupakan roadmap atau peta jalan mengenai strategi Indonesia dalam implementasi memasuki Industri 4.0, di Cendrawasih Hall, Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Rabu (4/4) pagi.

Presiden percaya revolusi Industri 4.0 justru akan melahirkan jauh lebih banyak lapangan kerja baru daripada jumlah lapangan kerja yang hilang. “Artinya apa? Apakah revolusi Industri 4.0 ini sebuah peluang besar? Jawaban saya, “ya” kalau kita mempersiapkan, kalau kita merencanakan, dan bisa mengantisipasi ini,” tegasnya.

Untuk itu, Presiden Jokowi sangat mengapresiasi Kementerian Perindustrian yang dengan sangat sigap dan serius mempersiapkan roadmap implementasi Industri 4.0 di Indonesia, yang nantinya akan lebih dikenal dengan “Making Indonesia 4.0”.

Presiden menilai, nama program ini sangat tepat karena dua hal, ‘making’ dapat diartikan membuat, membangun, atau mewujudkan sesuatu di mana dalam hal ini diartikan sebagai membangun kembali perindustrian.

Yang kedua, kombinasi ‘making’ dengan ‘Indonesia’ berarti mewujudkan, membangun Indonesia ke era baru, yaitu Indonesia 4.0, yang di dalamnya terdapat beberapa aspirasi besar untuk merevitalisasi industri Indonesia secara menyeluruh.

“Harapannya dengan mengimplementasi Industri 4.0 Indonesia dapat mencapai top 10 ekonomi global pada tahun 2030, melalui peningkatan angka ekspor neto kita kembali ke 10% dari PDB dan peningkatan produktivitas dengan adopsi teknologi dan inovasi,” ucap Presiden Jokowi seraya menambahkan, dalam aspirasi “Making Indonesia 4.0” juga tercantum aspirasi untuk mewujudkan pembukaan 10 juta lapangan kerja baru di tahun 2030.

Sebagai langkah awal dalam menjalankan “Making Indonesia 4.0”, menurut Presiden, terdapat lima industri yang menjadi fokus implementasi Industri 4.0 di Indonesia, yaitu makanan dan minuman, tekstil, otomotif, elektronik, dan kimia.

Kelima industri itu dinilai Presiden merupakan tulang punggung dan diharapkan membawa efek ungkit yang besar dalam hal daya saing dan kontribusi terhadap ekonomi Indonesia menuju 10 besar ekonomi dunia di 2030.

“Mulai hari ini, “Making Indonesia 4.0” saya tetapkan sebagai salah satu agenda nasional bangsa Indonesia dan Kementerian Perindustrian akan menjadi leading sector untuk  agenda ini,” ucap Presiden.

Dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi meminta pada kementerian dan lembaga lainnya serta pemerintah daerah dan pelaku-pelaku usaha untuk mendukung penuh program ini sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing demi kesuksesan dan kemajuan bangsa yang kita cintai ini.

Tampak hadir dalam acara yang sekaligus digabung dengan acara pembukaan Indonesia Industrial Summit 2018 itu antara lain Menko Perekonomian Darmin Nasution, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Thomas Lembong. (FID/ES)

Berita Terbaru