Masih Kurang 7,5 Meter, Bendungan Bajulmati Jawa Timur Belum Bisa Dimanfaatkan Maksimal
Meskipun sudah diairi sejak 1 Desember 2015, Bendungan Bajulmati yang terletak di dua kabupaten, Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, sampai saat ini belum bisa dimanfaatkan secara maksimal untuk keperluan irigasi sawah, penyediaan air baku, penyediaan tenaga listrik, dan reduksi banjir.
Kepala Kantor Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas, Darmanto, saat menerima Staf Ahli Perekonomian dan Kesra Sekretariat Kabinet (Setkab) M. Amperawan menjelaskan, kondisi itu terjadi karena volume air masih kurang 7,5 meter dan kapasitas air masih 50 persen untuk mencapai kondisi spill-out (melimpas melebihi batas atas bendungan).
Spill-out harus dicapai untuk mengetahui kualitas ketahanan bendungan sebelum diterbitkan sertifikat operasional dan pemeliharaan (sertifikat OP) dari Komisi Ketahanan Bendungan. Baru setelah dinyatakan aman melalui penerbitan sertifikat OP, pemanfaatan bendungan dapat segera dilakukan secara maksimal, kata Darmanto, di Kantor BBWS-Brantas, Surabaya, Rabu (14/9) pekan lalu.
Dalam tinjauan langsung Staf Ahli Perekonomian dan Kesra, Setkab ke Bendungan Bajulmati bersama Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Pengairan Kabupaten Banyuwangi, Camat Wongsorejo, dan pejabat BBWS-Brantas, diperoleh data dan informasi bahwa target waktu spill-out menjadi lebih lama dari yang direncanakan (pertengahan tahun 2016) karena para petani di sekitar aliran air bendungan menuntut pengelola bendungan agar tidak menutup akses air Sungai Bajulmati yang selama ini mengairi lahan sawah mereka.
Untuk itu, Staf Ahli Bidang Perekonomian dan Kesra Setkab M. Amperawan menyarankan selain mendorong akselerasi pemanfaatan bendungan untuk kesejahteraan masyarakat, perlu adanya kebijakan yang arif dan solutif dalam mengatasi permasalahan penyediaan air bagi petani pada satu sisi dan pencapaian kondisi spill-out bendungan pada sisi yang lain, agar tidak terjadi konflik.
Pemkab Banyuwangi dan Situbondo
Bendungan Bajulmati yang merupakan satu dari lima bendungan yang secara teknis telah selesai pembangunannya pada tahun 2016 itu, selain untuk mewujudkan kedaulatan pangan, juga untuk ketahanan air, ketahanan energi, dan pengendalian banjir di wilayah Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Di samping itu, keberadaan bendungan juga dapat dimanfaatkan bagi pengembangan kawasan pariwisata.
Dengan adanya bendungan ini, luas areal sawah yang dapat diairi meningkat dari 1.400 hektar sebelum dibangunnya bendungan menjadi 1.800 hektar, yang tersebar di 10 desa di Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi dan 1 desa di Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo. Selain mengairi sawah, bendungan yang bervolume maksimal 10 juta m³ ini juga menghasilkan air baku sebanyak 110 liter per detik, dan penyediaan 340 KW listrik bagi 2 desa di sekitar bendungan.
Tidak berlebihan bila Sekretaris Daerah Kabupaten Banyuwangi S. Kariyono menyambut baik keberadaan Bendungan Bajulmati yang dinilainya dapat menunjang kedaulatan pangan, ketahanan air, kedaulatan energi, dan pengendalian banjir di wilayah Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Situbondo, Jawa Timur itu.
Masyarakat Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Situbondo menyambut baik keberadaan Bendungan Bajulmati, yang manfaatnya besar bagi kemajuan pembangunan di kedua daerah tersebut, kata S. Kariyono, saat menerima Staf Ahli Bidang Perekonomian dan Kesra, Sekretariat Kabinet, M. Amperawan, di Kantor Bupati Banyuwangi, Jumat (15/9) lalu.
Dalam pertemuan yang dihadiri oleh Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait di Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Situbondo, pihak Pemkab Situbondo berkeinginan untuk dapat mengelola kepariwisataan di bendungan mengingat lokasinya juga berada di wilayah Kabupaten Situbondo.
Menanggapi keinginan tersebut, Sekretaris Daerah Kabupaten Banyuwangi S. Karyono berjanji akan mendiskusikannya bersama-sama. Nanti segera kita bahas bersama dengan Pemkab Situbondo, ujarnya. (Bambang Prasetya/Rifki Abdi)