Mayoritas Pengangguran Lulusan SMK, Presiden Jokowi Minta Sistem Pendidikan Vokasi Dirombak
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengemukakan, sistem pendidikan dan pelatihan vokasi saat ini harus dilakukan perombakan, dan pemerintah harus melakukan lagi reorientasi pendidikan dan pelatihan vokasi ke arah demand driven.
Dengan demikian, kurikulum, materi pembelajaran, praktik kerja, pengujian, dan sertifikasi bisa sesuai dengan permintaan dunia usaha dan industri.
Ini yang paling penting saya kira harus melibatkan dunia usaha dan industri, karena mereka lebih paham kebutuhan tenaga kerja yang fokus pada pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sektor-sektor unggulan, seperti maritim, pariwisata, pertanian, industri kreatif, kata Presiden Jokowi dalam pengantarnya pada Rapat Terbatas tentang pendidikan dan pelatihan vokasi di Kantor Presiden, Selasa (13/9) sore.
Presiden menegaskan, semuanya harus terintegrasi dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan vokasi ini, mulai dari SMK, kursus-kursus di BLK (Balai Latihan Kerja), kemudian juga aturan-aturan yang mempermudah pembukaan sekolah-sekolah keterampilan swasta. Ini harus semuanya terintegrasi sehingga betul-betul apa yang tadi saya sampaikan di depan dapat kita kejar, ujarnya.
Sebelumnya Presiden Jokowi menyampaikan data mengejutkan dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan, bahwa ditinjau dari latar belakang pendidikan, proporsi pengangguran terbesar adalah mereka lulusan SMK 9,84%. Angka ini lebih tinggi dari pengangguran lulusan SMA 6,95%, SMP 5,76%, dan SD 3,44%. Dari 7,56 juta total pengangguran terbuka 20,76% berpendidikan SMK.
Sementara dari sisi usia, jika pada 2010 tingkat pengangguran usia 15-19 berada pada level 23,23%, pada 2015 angka ini meningkat menjadi 31,12%.
Kekuatan Besar
Sebelumnya pada awal pengantarnya Presiden Jokowi mengulang kembali pernyataannya, bahwa kompetisi antarnegara semakin sengit, semakin berat. Namun demikian, menurut Presiden, dalam menghadapi persaingan itu sesungguhnya Indonesia memiliki kekuatan yang besar, yaitu 60% dari penduduk Indonesia adalah anak muda.
60% dari penduduk Indonesia itu anak muda, ini kekuatan kalau kita bisa mengelola, kalau kita bisa memanfaatkan dari potensi kekuatan ini,” tegas Presiden Jokowi.
Jumlah tersebut, lanjut Presiden, akan terus meningkat hingga mencapai 195 juta penduduk Indonesia produktif di tahun 2040 yang akan datang. Angka yang besar ini diyakini Presiden akan menjadi potensi penggerak produktivitas nasional, apabila Indonesia bisa menyiapkan mulai dari sekarang. Namun sebaliknya, jika tidak disiapkan dengan baik, akan menjadi potensi masalah, utamanya potensi pengangguran di usia muda.
Untuk itu, Presiden Jokowi mengingatkan, pemerintah harus betul-betul fokus menyiapkan SDM Indonesia yang berkualitas sehingga bisa melakukan lompatan kemajuan dan mengejar ketertinggalan dengan negara-negara yang lain.
Kita harus mampu membalikkan piramida kualifikasi tenaga kerja yang saat ini mayoritas masih berpendidikan SD dan SMP menjadi sebuah tenaga kerja yang terdidik dan terampil, tutur Presiden Jokowi. (FID/DID/ES)