Meningkatkan Branding Negara Melalui “Gastro Diplomacy”

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 29 Agustus 2017
Kategori: Opini
Dibaca: 106.013 Kali

untuk foto artikelOleh : Thanon Aria Dewangga

 “The gentle art of gastronomy is a friendly one. It hurdles the language barrier, makes friends among civilized people, and warms the heart.” – Samuel Chamberlain

DIPLOMASI SEBAGAI ALAT

Diplomasi menjadi sebuah alatdalam usaha sebuah negara mencapai tujuanpolitis dan promosi negara di dunia internasional. Dalam teori hubungan internasional, istilah people to people contact menargetkan masyarakat sebagai komunitas internasional, yang perlu dipengaruhi melalui cara diplomasi yang lebih familiar dan lebih ‘cair’. Sebagian kalangan menyebutkan cara ini sebagai bentuk diplomasi yang didefinisikan sebagai usaha dari satu atau lebih  aktor internasional untuk mempengaruhi lingkungan internasional lewat hubungan langsung dengan publik luar negeri.

Toshiya Nakamura dalam artikel Japan’s New Public Diplomacy: Coolnessin Foreign Policy Objectives mengatakan bahwa diplomasi publik sendiri adalah satu metode untuk meningkatkan soft power dan diplomasi project suatu negara sebagaimana soft power itu sendiri memberikan pengaruh yang signifikan pada perncapaian-pencapaian diplomatik sebuah negara. Artikel George F. Kennan dalam Foreign Affairs yang berjudul Diplomacy Without Diplomats sangat menarik dan relevan dengan diplomasi publik. Kennan mengemukakan bagaimana Amerika Serikat yang mulai merasakan aktivitas diplomasi Amerika Serikat yang terfragmentasi, sehingga diperlukan people to people contact.

Hubungan antar individu kini semakin mudah dan kian bebas, mampu melewati batas negara di belahan dunia manapun dapat dilakukan secara mudah dan cepat. Salah satunya adalah melalui diplomasi kebudayaan yang bertujuan mempengaruhi pendapat umum masyarakat dalam upaya mendukung tercapainya kepentingan nasional. Salah satu cabang yang tumbuh dan berkembang secara kreatif dan dinamis adalah kuliner. Produk ini dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia selain menampilkan corak budaya yang khas, juga telah berperan secara nyata dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian. Hal ini yang kemudian dimanfaatkan Indonesia melalui kuliner khas nusantara sebagai alat diplomasi. Diplomasi melalui makanan ini dikenal dengan istilah gastro diplomacy.

Linda Morgan dalam thesisnya Diplomatic Gastronomy: Style and Power at the Table bahkan menyimpulkan ‘the power symbolism of diplomatic meals, creating the term “diplomatic  gastronomy” to describe the prestige based power interactions that use food as a medium for interaction’. Sebagai salah satu contoh praktis, pada Januari 2012, Duta Besar Indonesia untuk Spanyol Adiyatwidi Adiwoso Asmady melancarkan gastro diplomacy dengan mengundang para Duta Besar untuk mencicipi kuliner Indonesia yang disajikan di Hotel Intercontineltal, Madrid Spanyol, dengan maksud untuk lebih memperkenalkan Indonesia khususnya dari sisi kuliner kepada masyarakat di Spanyol.

APA ITU GASTRO DIPLOMACY?

Banyak yang belum memahami apa itu gastronomi dan bisa jadi lebih banyak yang mengerti kuliner daripada gastronomi. Secara singkat, gastronomi dalam bahasa Indonesia disebut sebagai upaboga yang mempunyai pengertian yang berbeda dengan kuliner. Indra Ketaren, Presiden Indonesia Gastronomy Association pernah menyampaikan, gastronomi dalam bahasa akademis disebut sebagai the art of good eating alias seni makan yang baik. Secara universal gastronomi adalah sebuah pengetahuan yang mempelajari mengenai hubungan kuliner dengan berbagai komponen budaya dan sejarah dimana makanan sebagai poros tengah yang fokusnya pada hidangan yang berkualitas prima (gourmet). Sedangkan kuliner dalam bahasa akademisnya adalah the art of good cooking alias seni memasak yang baik. Secara sederhana, Indra Ketaren ingin menyampaikan bahwa gastronomi adalah pemerhati, pecinta dan penikmat makanan (culinary connoisseur) dan menilai makanan dari sisi sejarah, budaya, lanskap geografis dan metoda memasak.

Diplomasi gastronomi menjadi alat yang paling populer dalam diplomasi publik. Dengan berbekal pisau, garpu dan bendera serta menggunakan restoran untuk mempromosikan kebudayaan dan makanan serta berbagi keberagaman yang unik setiap makanan berbagai negara. Mantan Menteri Luar negeri Amerika Serikat Hillary Clinton bahkan pernah menyatakan bahwa penggunaan makanan dalam berdiplomasi adalah cara yang sudah lama digunakan dalam praktik-praktik diplomasi. Selain itu di era tahun 2000, beberapa negara sudah melakukan gastro diplomacy. Gastro diplomacy merupakan inisiatif awal diplomasi kuliner yang diluncurkan Pemerintah Thailand pada tahun 2002 untuk mendorong lebih banyak orang di seluruh dunia makan masakan Thailand. Contoh lain adalah Korea dengan diplomasi kimchi dan Malaysia dengan proyek Malaysian Kitchen.

Sebetulnya Indonesia memiliki ragam seni dan budaya kuliner yang keberadaannya perlu dikembangkan dan dilestarikan agar tidak hilang ditelan waktu. Kekayaan kuliner yang merupakan kearifan lokal patut dipertahankan bahkan perlu dilakukan pengembangan makanan daerah dengan semakin banyak ragam makanan yang muncul untuk menjadi ciri khas dari daerah. Kuliner tradisional merupakan salah satu kekayaan budaya yang sepatutnya harus digali kembali popularitasnya. Sebagai salah satu aset budaya, upaya itu dapat dilakukan melalui revitalisasi dan proses transformasi melalui konsep invented tradition yang bernilai ekonomis dan daya jual untuk pariwisata dan budaya.

Hal tersebut di atas, sudah menjadi perhatian dari Presiden Joko Widodo. DalamRapat Terbatas tanggal 3 Februari 2017, beliau mengingatkan bahwa brand power Indonesia belum kuat dibandingkan dengan negara tetangga.”Saya ingin mengingatkan bahwa brand power di Indonesia baik untuk perdagangan, untuk investasi maupun pariwisataLaporan diterima, brand power Indonesia di bidang perdagangan dan investasi berada pada tingkat 6,4 persen. Jauh di bawah Singapura dengan angka yang nyaris mencapai 10 persen dan Thailand yang berada sedikit di atas Indonesia. Sedangkan di bidang pariwisata, Indonesia berada di tingkat 5,2 persen. Sementara brand power pariwisata di Thailand berada pada tingkat 9,4 persen dan Singapura yang ada pada tingkat 8,6 persen.Oleh sebab itu, Presiden berharap rapat terbatas ini lahir rancangan kebijakan yang berorientasi ke pembentukan nation branding Indonesia yang kuat.

GASTRO DIPLOMACY UNTUK MENINGKATKAN BRANDING

Melalui gastro diplomacy, dikaitkan dengan beragamnya keunggulan yang dimiliki oleh Indonesia, sebetulnya keinginan dari Presiden Joko Widodo dapat dipenuhi bila semua stakeholders bekerjasama dengan keras untuk mewujudkannya. Ada tiga cara yang sebetulnya dapat dilakukan yaitu :

Acara Diplomatik, Erik Goldstein dalam the Politic of the State Visit mengatakan diplomatic ceremony -especially its pomp and circumstance -is a useful diplomatic tool. Both bilateral and multilateral diplomatic ceremonies provide a means of communicating ideas and information.One rational for the meeting of agents and the use of diplomatic ceremony is provided through the medium of food. Salah satu barometer penggunaan upacara diplomatik adalah melalui media makanan. Ketika kepala negara berkumpul dalam konteks bilateral atau multilateral, fitur inti dari acara-acara diplomatik yang paling penting adalah perjamuan makanan. Seringkali dalam beberapa acara diplomatik, kita ‘terjebak’ untuk memberikan western food daripada makanan lokal. Sudah saatnya para menteri dan pejabat tinggi di negara kita, mulai menyajikan makanan lokal kepada tamu-tamu asing untuk memperkenalkan budaya Indonesia melalui makanan. Salah satu contoh yang sangat menarik yang sudah dilakukan adalah ketika Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi menjamu Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrovdengan rendang yang telah terpilih menjadi makanan paling enak di dunia versi CNN.

Pariwisata, Liz Sharples dalam Food Tourism Around the World:  Development, Management and Markets menyampaikan the growth of culinary tourism is seen as an outcome of a trend where people spend much less time cooking, but choose to pursue their interest in food as a part of a leisure experience such as watching cooking shows, dining out and the like.Adanya perkembangan trend wisata gastronomi atau yang lebih popular dikenal sebagai wisata kuliner yang pada saat ini  didorong oleh local genius. Salah satu upaya untuk menarik wisatawan melalui wisata gastronomi adalah dengan menggelar pagelaran atau festival. Beberapa contoh penyelenggaraan kegiatan di atas atara lain Madrid Fusion & Gastro Festival, Internationale Tourismus-Borse di kota Berlin, Los Angeles Food and Wine Festival dan World Expo Milano. Pagelaran dan festival di atas dikenal sebagai ajang gastronomi yang banyak sekali menarik minat wisatawan mancanegara. Selain festival, beragam program liburan banyak disampaikan oleh pihak tour travel untuk mengunjungi suatu tempat hanya untuk mencicipi makanan yang sudah dikenal wisatawan melalui program televisi. Kegiatan seperti ini sudah digagas oleh komunitas Jakarta Food Traveler yang sering mengadakan kegiatan berkeliling Jakarta hanya untuk memcicipi kuliner khas daerah tersebut.

Pengembangan UMKM Informal, Anthony Bourdain dalam acara televisi No Reservation pernah mengatakan the more street food we have, the more it’s embraced by every income strata, the better world we have.Hasil Sensus Ekonomi 2016 mendata jumlah usaha non pertanian di Indonesia mencapai 26,7 juta usaha. Dari total jenis usaha tersebut, sekitar 70,8% merupakan kategori usaha tidak menempati bangunan. Jenis usaha tersebut misalnya pedagang keliling, usaha kaki lima, usaha dalam rumah tempat tinggal dan sebagainya. Diakui atau tidak, sebagian besar masyarakat Indonesia mengkonsumsi makanan baik pagi, siang dan malam dari makanan kaki lima dan menjadi tulang punggung penggerak roda ekonomi indonesia.Untuk itu diperlukan langkah terpadu terhadap pelaku UMKM di  Indonesia dengan mengangkat dan mengkukuhkan harkat martabat makanan jalanan dan usaha industri makanan rumah tangga sebagai bagian dari wajah gastronomi Indonesia.

Salah satu jalannya adalah membangun citra produk makanan jalanan dan usaha industri makanan rumah tangga secara menyeluruh dan konsisten baik di Indonesia maupun di luar negeri.Thailand, Vietnam dan Malaysia telah mendorong pengembangan makanan kaki lima agar lebih go internasional, melalui penayangan di channel televisi berbayar yang menayangkan makanan. Selain itu perlu upaya untuk memberikan fasilitas bagi para pelaku UMKM yang bergerak di bidang makanan serta memberikan pelatihan menjadi entrepeneurship, food higienic, marketing dan lain-lain, secara otomatis akan menggerakan roda perekonomian bangsa dengan perluasan tenaga kerja dan kedaulatan pangan.

 

Saat ini banyak negara yang sudah all out untuk menggarap nation branding, untuk itu sudah saatnya Indonesia terus untuk meningkatkan melalui diplomasi film, olahraga, kebudayaan dan kuliner/gastronomi. Kecenderungan pola hubungan internasional yang lebih mendorong people to people contact seyogyanya disambut oleh Indonesia menjadi sebuah keunggulan baik dari sumber daya alam maupun manusia. Salah satu event besar yang sangat mendunia yang akan diselenggarakan di Indonesia adalah Asian Games tahun 2018. Diperlukan upaya bersama meliputi semua pihak baik pemerintah, sektor swasta dan masyarakat agar Indonesia dapat menjadi champion dalam gastro diplomacy.

———-

*) Penulis adalah Staf Ahli Bidang Hukum dan Hubungan Internasional, Sekretariat Kabinet

 

Opini Terbaru