Menkeu: Pemulihan Ekonomi Kuartal IV Diperkirakan Meningkat Cukup Kuat

Oleh Humas     Dipublikasikan pada 17 November 2021
Kategori: Berita
Dibaca: 969 Kali

Menkeu Sri Mulyani memberikan keterangan pers usai mengikuti SKP, di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (17/11/2021) sore. (Foto: Humas Setkab/Agung)

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan pemulihan ekonomi di kuartal IV diperkirakan akan mengalami peningkatan yang cukup kuat.

Hal tersebut disampaikannya dalam keterangan pers usai mengikuti Sidang Kabinet Paripurna (SKP) yang dipimpin oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (17/11/2021) sore.

“Pemulihan ekonomi di Kuartal IV diperkirakan akan meningkat cukup kuat, terutama ditunjang dengan beberapa indikator, seperti Consumer Confidence Index yang meningkat, Retail Sales Index meningkat, PMI Manufaktur juga meningkat atau recover sesudah mengalami penurunan akibat (Varian) Delta,” ujar Menkeu.

Selain itu, imbuh Sri Mulyani, ekspor-impor Indonesia juga menunjukkan pertumbuhan yang sangat tinggi, yaitu sebesar 50 persen.

Untuk pasar keuangan, yield surat berharga mengalami perbaikan dengan spread yang menurun dari US Treasury.

“Tadinya pada awal bulan Juli 2021 spread-nya 512 bps atau basis poin, sekarang menurun menjadi 449 bps. Rupiah dan indeks harga saham (IHSG) juga mengalami perbaikan,” ujar Menkeu.

Meski demikian, Sri Mulyani menyadari terdapat tantangan yang harus diwaspadai, di antaranya kecenderungan inflasi atau kenaikan harga. Saat ini terjadi kenaikan harga produsen di sejumlah negara yang dapat menyebabkan kenaikan pada harga di tingkat konsumen.

“Untuk Indonesia sendiri kita lihat harga di tingkat produsen juga mengalami kenaikan 7,3 persen. Kalau di Eropa kenaikannya bahkan mencapai 16,3 persen, Cina 13,5 persen, dan di Amerika Serikat 8,6 persen, (Republik) Korea 7,5 persen. Kenaikan harga produsen ini harus kita waspadai agar tidak mendorong kenaikan inflasi pada tingkat konsumen,” ujarnya.

Kenaikan inflasi yang tajam, lanjut Menkeu, memicu Bank Sentral Amerika atau The Fed melakukan tapering off yang berpotensi mempengaruhi stabilitas sistem keuangan global.

“Biasanya kenaikan federal funds rate ini bisa menimbulkan potensi guncangan dari sisi capital flow ke emerging country dan juga kemudian menimbulkan excess dari sisi nilai tukar. Indonesia juga harus berhati-hati dan waspada terhadap kemungkinan dinamika global yang berasal dari potensi tapering off ini,” ujarnya.

Dengan fondasi ekonomi yang terus diperkuat, pemerintah berharap akan memberikan kesiapan yang lebih baik dalam menghadapi kemungkinan dinamika global tersebut.

“Pemulihan ekonomi kita di Kuartal III sudah cukup menunjukkan bahwa seluruh sisi permintaan, konsumsi, investasi, ekspor-impor, semuanya mengalami pembalikan atau pemulihan, rebound dan recover. Demikian juga dari seluruh sisi sektoral, baik itu di sektor perdagangan, manufaktur, pertambangan, konstruksi, akomodasi, transportasimaupun pertanian dan infokom (informasi dan komunikasi) semuanya mengalami rebound dan recover di Kuartal III, meskipun kita dihadapkan pada Varian Delta yang cukup berat,” pungkas Menkeu. (TGH/UN)

Berita Terbaru